"There’s Nothing Holdin' Me Back" – Shawn Mendes
•
•Lima hari berlalu sejak sore tak terlupakan Anna dan Mahesa naik motor bareng, dan suasana udah mulai agak santai, meski setiap ketemu, teman-temannya pasti suka nyinggung soal itu. Hari ini, mereka bertujuh ngumpul di rumah Reina buat hangout santai. Jay sibuk ngurus organisasi, dan Ben tenggelam dalam tugas kuliah yang numpuk, jadi mereka nggak bisa ikut.
“Welcome to my humble palace,” sambut Reina saat mereka masuk. Rumahnya nyaman dan estetik banget dengan dekorasi minimalis yang bikin betah. Sofanya yang empuk udah jadi spot favorit mereka buat rebahan.
“Nih, gue bawa kue pukis, cemilan lokal yang wajib lo coba,” Yura langsung nyodorin bungkusan kue pukis ke Anna. Anna, yang baru pertama kali nyicipin, langsung bereaksi heboh, “Enak banget, sumpah! Ini ada keju sama coklat juga?”
Jake ketawa liat antusiasmenya. “Itu baru kue pukis, Na. Masih banyak lagi makanan yang bakal bikin lo makin cinta sama Indonesia.”
“Hmm, atau mungkin udah cinta gara-gara orang Indonesia juga, ya?” celetuk Vicky sambil kedip-kedip jahil ke arah Mahesa dan Anna. Yang lainnya ketawa, sementara Anna dan Mahesa cuma saling melirik sambil pura-pura nggak peduli.
“Oh iya, katanya kemarin kalian jalan-jalan berdua ke sunset spot, ya? Romantis banget, nggak ngajak-ngajak,” goda Liza dengan senyum penuh arti.
Anna langsung ngerasa pipinya memerah, dan cuma bisa nyengir, “Ah, itu cuma jalan-jalan biasa kok, nggak ada yang spesial.”
Mahesa yang duduk di sebelah Anna ikut menimpali dengan santai, “Iya, bener. Gue kan cuma ngajak temen buat ngeliat sunset, nggak lebih.”
Jake langsung melirik Mahesa dengan tatapan protektif yang diam-diam ngasih kode, seolah ngewanti-wanti, "Hati-hati lo kalau main-main sama adik gue." Mahesa cuma bisa ketawa kecil ngeliat sikap protektif Jake, dan Anna yang ngerasa suasana sedikit awkward langsung pura-pura fokus ke kue pukis yang dia pegang.
Vicky cengengesan sambil ngelirik mereka berdua. “Iya, iya, kita semua ngerti kok, ‘temen’,” katanya dengan intonasi penuh penekanan di kata terakhir. Lagi-lagi, semua orang ketawa, sementara Anna dan Mahesa cuma bisa senyum-senyum pasrah.
---
Setelah suasana tenang lagi, Reina ngajak ngobrol lebih serius. “Jadi, Na, gimana rasanya tinggal di Jakarta sejauh ini?”
Anna menarik napas, berpikir sejenak. “Sejujurnya, awalnya cukup overwhelming. Tapi sekarang, dengan kalian semua, gue ngerasa lebih nyaman. Dan tiap hari selalu ada hal baru yang gue pelajarin, mulai dari makanan, bahasa, sampe budaya.”
“Kalau soal bahasa, lo bisa belajar dari kami semua,” kata Yura, yang langsung disambut anggukan setuju dari yang lain.
“Misalnya,” kata Liza sambil cengengesan, “Lo tau nggak kalau ada kata ‘baper’?”
Anna mikir sejenak, “Baper? Pernah denger sih, tapi belum ngerti banget.”
Jake langsung antusias, “Nah, itu artinya ‘bawa perasaan,’ Na. Biasanya dipake buat ngegambarin orang yang gampang merasa sesuatu yang lebih dari situasi biasa.”
Vicky menambahkan, “Contohnya... misalnya lo diajak jalan sama Mahesa, terus lo ‘baper’... ya, lo ngerti lah maksudnya,” katanya sambil ketawa kecil. Yang lain juga ketawa, dan Anna cuma bisa nyengir malu-malu.
Reina menyelamatkan Anna dari ledekan dengan mengalihkan topik. “Eh, ngomong-ngomong, lo udah pernah coba makanan tradisional Betawi kayak soto Betawi belum?”
Anna menggeleng. “Belum pernah! Terdengar menarik, sih. Gimana rasanya?”
Liza menjelaskan, “Soto Betawi tuh sup daging sapi yang kuahnya creamy, enak banget. Kita harus ajak lo makan itu kapan-kapan.”
Jake menepuk bahu Anna, sambil tersenyum lembut. “Gue juga bakal nemenin lo, Na. Ntar biar gue aja yang nyari tempat paling oke buat nyobain soto Betawi.”
“Siap, gue tungguin kalian ngajak, ya,” kata Anna sambil tersenyum lebar.
---
Obrolan terus berlanjut, dan mereka semua saling ngasih rekomendasi tempat dan makanan khas Jakarta yang harus dicoba Anna. Mahesa yang 'lebih pendiam' hari itu cuma sesekali nimbrung, tapi matanya nggak lepas dari Anna yang keliatan sangat menikmati suasana bareng teman-temannya.
Setelah beberapa jam, mereka mulai santai-santai lagi, dan Vicky ngeluarin album foto lama mereka waktu baru masuk kuliah dulu.
“Gila, waktu cepat banget berlalu,” kata Yura sambil senyum nostalgia liat foto-foto mereka yang dulu masih lugu. “Dulu gue nggak nyangka kita bakal sedeket ini.”
Liza setuju. “Iya, kita semua dari berbagai latar belakang dan karakter yang beda-beda, tapi tetep bisa klop. Dan sekarang ada Anna yang makin bikin rame.”
Anna tersenyum hangat, ngerasa terharu. “Gue bener-bener bersyukur bisa kenal kalian semua. Thanks, ya, udah bikin gue merasa diterima.”
“Nggak usah sungkan, Na. Sekarang lo udah bagian dari kita,” kata Mahesa sambil ngasih senyum hangat ke Anna.
Jake menepuk bahu Mahesa ringan, tapi tatapannya serius. “Inget, Mah. Gue kakaknya Anna, jadi kalau ada apa-apa, langsung lapor ke gue, ya.” Mahesa ketawa kecut, sementara yang lain cuma saling lirik-lirik sambil cengengesan, nahan tawa.
Dan untuk beberapa saat, mereka semua terdiam, menikmati kehangatan kebersamaan mereka. Anna menyadari bahwa mungkin di sinilah tempatnya yang baru—bersama orang-orang yang udah mulai dia anggap sebagai keluarga kedua di Jakarta.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanfictionIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...