ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ O1 ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

373 46 38
                                    

"Beli ikan kxntol balado satu porsi teh,"

Permintaannya membuat pemilik warung dan orang yang makan di warung terkejut mendengar permintaan tersebut.

"Nggak ada neng. Di penjara saya kalo jual kxntol balado." jawab Siti—pemilik warung dengan dahi mengkerut serta tatapan judes.

Gadis yang kini menjadi pusat perhatinya memukul kecil bibirnya. "Maaf typo, maksud aku beli ikan tongkol teh." pintanya.

"Bjir, typo-nya Mona kxntol mulu." kata Jufry yang sedang makan di warung itu.

"Pasti dah disodorin manuk-nya Koko." kata Arhan.

"Berapa?" tanya Siti.

"Satu porsi, berapa ya?" tanya balik Mona sambil menghitung uang dari saku celana jeans-nya.

"Lima belas rebu kalo pake nasi."

"Oke, satu teh."

Siti membungkus pesanannya menggunakkan kertas bungkus. Lalu ia memberikan bungkusan nasi itu kepada Mona bersamaan dengan Mona membayarnya dengan selembar uang berwarna hijau. "Makasih ya teh." ucapnya lalu pergi tanpa mengambil kembalinya.

"Lah kembaliannya belum neng!" seru Siti namun tidak sampai karena gadis itu keburu pergi jauh.

"Maklum kaga sekolah jadinya dongo gak ngerti kembalian." ucap Wijayanto didepan Siti.

"Anak mana sih pacarnya Koko?" tanya Siti.

"Anak pungut katanya."

"Yang bener?"

Wijayanto menganggukkan kepalanya iya. "Kata Koko gitu, dia nemu di jalan terus dijadiin pacar." katanya sambil menyodorkan uang tuk membayar makanan.

"Njir sakit hatinya Koko ditinggal Naya langsung mungut cewek jalanan." balas Siti menerima uang Wijayanto. "Kembalian kaga?"

"Kaga, kembaliannya bungkusin nasi telor bumbu kacang aja teh." jawab Wijayanto.

Whung.... whung...

Suara motor mio karbu berwarna merah muda dikendarai oleh dua perempuan SMA penjual donat berhenti di depan gerobak bakso Yanto. "Abang ambil setoran!" teriak Roro.

"Orangnya makan siang neng," sahut supir angkot yang duduk di kursi gerobak es kelapa sambil nyebat rokok mahalnya.

"Ih mesti deh," sebal Roro lalu mengajak Una duduk disamping supir angkot itu.

"Mau es kelapa?" tawar Mursid pada gadis berambut pendek disamping Roro.

"Es Kepala? Serem atuh a." jawab Una lugu.

"Ke la pa neng," Mursid mengejanya dengan pelan sambil menyodorkan gelas berisi es kelapa kepadanya. "Ini minum aja."

"Gue gak ditawarin pisan euy?" tanya Roro iri.

"Bagi dua nih," Una meminumnya terlebih dahulu lalu memberikannya pada Roro, dan diminum oleh temannya. "Ih rasanya kok asem ya."

"Es Kelapa campur keringet Mursid," sahut Koko yang menemani kekasihnya makan di meja warung gerobak es kelapa-nya. "Sama Mursid habis dikasih peresan handuk keringet angkot."

"OMG! HEOL! Huek!" heboh Roro memuntahkan es kelapanya dari tenggorokkannya. Kemudian ia berlari kearah warung air tuk membersihkan tenggorokkannya.

Mona melihatnya tertawa kecil ditengah makannya. Ia memegang ujung jaket kekasihnya yang akan melayani pembeli, konsepnya ia selalu mengintili kekasihnya dengan memegang ujung jaketnya karena ia takut ditinggal.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang