Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Enak ya lu ro. Lulus langsung kuliah,"
Rentetan kalimat yang terucap dari belah bibir seorang Una yang duduk di pinggiran sawah bersama Roro. Kedua gadis SMA itu menyempatkan diri tuk menongkrong dipinggiran sawah.
"Di syukuri aja kalo gue, na." jawab Roro dengan memandang kosong sawah.
"Gue sebenernya bimbang. Soalnya gue anak pertama dari lima bersodara, tapi kata ibu gue lanjut aja selagi mampu dan ada yang biayain." ceritanya pada Una.
"Lo sama Mang Yanto udah pacaran?"
"Belom. Gak tau mang Yanto cuma bilang mau bayarin ukt kuliah gitu," jawab Roro.
"Gue sama emak bapak gue disuruh jadi TKW biar utang bapak gue lunas. Caranya gimana yak?" kata Una tiba-tiba membuat Roro membolakan matanya.
"Buset beneran na?"
Una menganggukkan kepalanya dengan mata yang berair. "Hiks, dunia itu jahatnya. Roh gue dulu bego banget waktu ditanya 77 kali sama malaikat siap lahir di dunia."
Roro memeluk teman seperjuangannya di SMA yang sedang menangis itu, ia mengusap-usap punggung belakangnya. "Yang sabar na, nggak boleh ngomong gitu ih nanti malaikat marah loh."
"Gue capek. Padahal masa sekolah kurang lima bulan lagi tapi ibu gue ngomel-ngomel nyuruh gue putus aja buat fokus kerja." curhat Una disela tangis-nya.
"Telat banget emak lo nyuruh putus sekolah."
Una melepaskan pelukannya kemudian mengusap air matanya. "Aslinya dari kelas satu gue disuruh putus sekolah tapi gue bertahan karena gue gak mau kalo gak sekolah. Alhasil gue jualan buat bayar printilan sekolah untung nggak ada spp."
"Semangat na, kurang lima bulan lagi kita pasti bisa lulus bareng-bareng." ucap Roro sambil menggenggam dua tangan temannya tuk memberi semangat.
"Apa gue nikah aja ya Ro?" tanya Una dengan helaan nafas lelah. "Gue pengen dinafkahin aja."
"Emang boleh sama emak bapak lo nikah? Bukannya disuruh jadi TKW lo?"
"Iya sih, tapi ah gue pengen kayak Mona hidupnya yang tiba-tiba dikawin cowok ganteng plus bertanggung jawab."
Roro manggut-manggut paham sambil menepuk pundak temannya. "Tenang nanti lo dinikahin bang Mursid kok."
"Tapi bang Mursid miskin tapi gue suka."
"Emang cinta itu buta na. Jadi jalani apa yang lo mau aja selagi lo masih bisa mnikmati hidup di dunia, hidup dibawa santai aja jangan dibawa pusing." ucap Roro kemudian keduanya terhenti berbicara karena mendnegar teriakkan seorang pedempuan yang sangat familiar di telinga keduanya.
"ABANG!!!! JANGAN TINGGALIN DEDE!" teriak seorang perempuan yang mengejar laki-laki yang membawa layangan di pinggiran sawah.
"Ya kan lari dulu biar terbang layangannya." jawab Koko yang menarik benang layangannya.