Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mursid menyetir mobil angkotnya dengan membawa penumpang ke arah pasar. Di dalam mobil angkot-nya, ia menyetel lagu-lagu galau seperti Somebody Pleasure ver. 2, Mahalini, dan lainnya.
Bahkan lagunya terdengar hingga luar angkot.
"Galau amat bang," ujar dua penumpang lelaki memiliki wajah kembar membawa gitar yang baru saja turun dan membayar biaya tarif angkot.
Mursid menganggukkan kepalanya dengan ekspresi sedih. "Gue ditinggal kawin duluan sama Koko."
"Bejir, bang Koko nikah?! Kapan? Kok kaga undang-undang?" tanya Riko dan Raka bersamaan.
"Sekarang tapi nikah massal jadi kaga undang-undang. Hemat budget katanya, yang penting nikah."
"Sama siapa dia kawin bang?"
"Sama cewek, dia nemu cewek di lampu merah terus dinikahin."
"Mona?" tanya Raka.
Kepala Mursid mengangguk sambil menaikkan satu alisnya. "Lu kok tau tong?"
"Temen ngamen, pantes dia tiba-tiba ilang ternyata digondol bang Koko." ucap Riko.
"Aa, boleh tanya nggak?" tanya Una tiba-tiba datang disamping Mursid.
Mursid langsung melebarkan senyumannya kepada gadis penjual donat itu. "Tanya apa de?"
"Abang Yanto kemana ya? Mau ambil setoran duit donat. Kok gerobaknya tutupan," ucap Una menunjuk warung bakso Wijayanto yang tutupan.
"Lagi jadi saksi bang Koko kawin de di KUA. Jadi hari ini libur, besok aja kesini lagi."
Una mempoutkan bibirnya sambil memainkan jarinya. "Nggak bisa sekarang ya? Itu buat modal jualan besok."
"Coba chat aja de. Siapa tau nanti sore bisa diambil."
"Hp ku rusak a, habis nyemplung selokan. Terus hp Roro nggak punya kuota."
Mursid menhecek uang setorannya yang terdapat uang recehan hasil menarik angkot, ia memberikan beberapa lembar uang recehan pada Una. "Ini cuma sedikit buat beli kuota. Aa nggak bisa nalangi uang setoran donat soalnya duitnya kurang buat setoran ke bos nanti."
"Sepuluh ribu kurang a buat beli kuota," sahut Roro yang menunggu diatas sepeda kayuhnya berwaena merah muda.
"Tumben kaga pake mio karbu?"
"Kehabisan bensin makanya kita kejar setoran donat a," jawab Roro.
Mursid turun dari angkotnya, ia berjalan kearah tukang parkir pasar. "Pri," panggilnya.