Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya.
Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Tono memeriksa sapi-sapi miliknya yang berada di kandang halaman belakang rumah, sekaligus mengecek stok susu sapi perah yang akan dijual di pasar oleh adik laki-lakinya. Sebenarnya ia gabut sih melakukan hal tersebut, namun mau bagaimana lagi? Istrinya sedang full time di rumah saat ini, jadi ia tidak dapat keluar rumah seenaknya.
"Dimas ntar kesini?" tanya Sofya sambil membawa satu karung pakan sapi berisi rumput kering.
"Iye, stok susu di toko-nya abis. Kemarin Sherli suruh bawa kaga mau," jawab Tono sembari menyuruh orang suruhannya menata jerigen-jerigen berisi susu ke teras rumah. "Jangan lupa ditotal duitnya ya Kas."
"Siap bos," jawab Akas—salah satu orang suruhan di ternak sapinya.
"Minta satu buat Koko. Ntar gue tf duitnya," pinta Sofya diiyakan oleh Tono lalu berjalan ke dalam rumah.
Ia melirik guru private bimbel putranya yang ada di ruang tamu, bersamaan dengan guru tersebut melirik kearahnya. Jadi keduanya saling lirik-lirikan mata tanpa sepengetahuan Ajun—anak pertama Tono dan Sofya.
Sementara Sofya melanjutkan aktivitasnya memberi tujuh anak sapi makanan di halaman ternak. Tenaganya seperti tidak ada habisnya si istri juragan sapi itu, "Cepet gede lu pada biar bisa jadi duit." katanya pada Sapi.
"Bunda!!! Mau ke Mona," pinta Najwa berlari kearah ibunya.
"Mandi dulu terus ngaji! Abis ngaji boleh pulang ke rumah Mona." titah Sofya dituruti oleh Najwa.
"Otey bunda," jawab Najwa kemudian berjalan kearah ayahnya yang sedang berbicara dengan adik kandung sang ayah.
"Babeh toyong yepasin bajunya." pintanya.
"Bunda kan ada. Mintol bunda sana, babeh masih ngitung duit setoran," ucap Tono dengan menggenggam segepok uang berwarna merah dari Dimas.
"Ih babeh," Najwa sebal lalu masuk ke dalam rumahnya, ia mencoba melepaskan pakaian sendiri di depan kamar mandi.
Tono lagi-lagi melirik Jupe yang masih mengajari putranya ia mengibas-ibaskan uang berwarna merahnya bak pamer pada wanita itu. Guru bimbel putranya itu tahu jika lelaki tersebut sedang mencari perhatiannya, ia hanya membalas dengan senyuman tipis dan gerakan mata yang penuh arti.
"Makan dulu Dim," titah Tono pada adik-nya yang sedang asik nyebat di teras rumah.
"Males bang, gue mau langsung ke pasar. Udah ditunggu bang Yanto disana buat cod-an ayam Jago."
"Neng kiw," sapa Dimas pada Jupe lalu masuk ke salam mobil pick up-nya.
"Najong," kata Tono menendang ban mobil pick up tersebut.