"Selamat ulang tahun~"
Anak-anak kampung ciledek menyanyikan lagu ulang tahun untuk Naysid—bayi laki-laki byang baru menginjak usia setahu, anak dari Mursid dan Una. Mereka merayakannya di halaman murah dengan tema seadanya, yang penting dirayakan.
"Do, adek kembar mu kok gak ikut?" tanya Dita pada Aldo.
"Sakit kata Mona." jawab Aldo.
"Fyuhhh...." Una dan Mursid meniup lilin kue tart secara bersamaan membuat putra mereka memekik senang. "Yeay!"
Lalu Mursid memotong-motong kecil kue tersebut tuk diberikan kepada anak-anak yang datang. Sedangkan Iva memberi anak-anak plastik berisi chiki tuk dibawa pulang. "Makasih ya udah dateng," katanya.
"Sama-sama teteh." jawab anak-anak menerima hampers klang tahun tersebut.
"Yang nggak dapet kue, beli sendiri ya minta bunda." kata Mursid kepada anak majikannya yang tidak mendapatkan jatah potongan kue.
Arsy dan Aldo mendengus karena mereka bersama Freya dan Najwa tidak mendapatkan potongan kue, mentang-mentang mereka keluarga paling mapan jadinya tidak diberi kue begitu? "Ngeselin!" seru mereka berempat.
Setelah merayakan ulang tahun Naysid mereka pun pulang ke rjmah masing-masing, sementara Mursid membereskan tikar dan kado-kado untuk putranya masuk ke dalam rumah.
"Kado dari bang Koko gede juga ya a," kata Una membuka bungkus kardus hadiah dari Koko.
"Isinya apa?" tanya Mursid.
"Stroler bayi a, belum kado dari si kembar sendiri ngado kuda-kudaan."
"Balikinnya nanti gimana ya kalo si kembar ultah?"
"Nggak bakal dirayain ultah si kembar jadi santai aja. Nggak usah gantiin," jawab Mursid enteng.
"Bentar lagi Najwa ulang tahun, tetus teh Sofya ngado vespa mini nanti kita balikkinnya apa a?" tanya Ina yang tiba-tiba kepikiran ulang tahun Najwa dua hari lagi.
"Boneka barbie aja yang murah, pasti teh Sofya ngerti keadaan kita."
Una menghela nafas panjang sambil menoleh kearah kado-kado yang ada di dalam rumahnya. "Belum lagi Arsy, Aldo, aduh kayaknya Una nyesel deh ngerayain ultah Naysid soalnya kudu balikkin kado mereka yang dateng nanti kalo ultah."
"Gapapa de nggak usah dipikir, masih lama juga pasti nanti ada aja kok rejekinya." balas Mursid menenangkan istrinya yang selalu panik.
"Iva tolong anterin kue ke si kembar," pinta Mursid pada Iva yang sedang melanjutkan membaca novel di kamarnya.
Iva keluar dari kamarnya yang berukuran 3 × 2 m, sejak kakaknya menikah itu kamar di rumahnya jadi diperkecil menggunakkan triplek sebagai pembatas karena dia perempuan senidiri di keluarganya. "Kuenya tinggal satu bungkus bang."
"Yaudah kasih aja ke si kembar, yang penting ngasih." ucap Mursid.
Dasar Mursid sok kaya.
"Teh Mona!" panggil Iva sambil mengetuk pintu rumah Koko.
Mona menggeliatkan tubuhnya dan membuka matanya perlahan, ia melihat dua anaknya tidur disebelahnya dengan dahi yang dikompres. "Masa udah pagi?" gumamnya.
"Teteh Mona ada di rumah nggak?" teriak Iva sekalo lagi.
Mona turun dari ranjangnya lalu keluar kamar, ia melihat tetangga depan rumahnya sedang menngintip lewat jendela rumahnya. "Iya, bentar." katanya kemudian membuka pintunya.
"Ini hampers kecil-kecilan dari ultahnya Naysid." kata Iva memberikan bingkisan chiki pada Mona.
"Wah makasih ya," kata Mona menerimanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
Fanfic[ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ]Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di tengah kesederhanaan pasar, cinta hadir tanpa disadari, mengikat hati mereka satu sama lain. akseraaaa...