ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡22ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

585 70 40
                                        

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN

ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

"Token abis, beras abis, minyak juga abis, belum popok Naysid yang menipis a."

Una mulai mengeluh pada suaminya karena uang hasil keduanya tidak cukup untuk biaya hidup mereka, pantas saja orangtuanya dulu suka bertengkar mengenai masalah uang. Memang ya uang adalah hal yang penting di kehidupan ini.

"Duluin bayar token aja de kalo masalah makan bisa diganti pake mie bihun biar kenyang." jawab Mursid tanpa beban.

"Mana cukup a, orang di rumah ini kita berenam. Belum Wahid kalo makannya nambah terus," ucap Una menata uang diatas meja untuk keperluan.

Mursid menyebulkan asap rokoknya sambil melihat burung kenari peliharaannya. "Nanti gue suruh nyolong singkong ae dia."

"Nyolong dimana a?"

"Di belakang halaman haji Sutopo."

"A," panggil Una kini dengan ekspresi gelisah kepada suaminya. "Una udah telat tiga minggu, gimana nih a?"

Mursid terbengong sebentar mendengar pernyataan istrinya baru saja. "Apa tuh artinya kalo telat?"

"Kayaknya hamil lagi a, soalnya aa pernah kelepasan nggak pake kxndom pas ngecrxt di dalem." kata Una membuat Mursid seketika pingsan.

"Alamak a! Kenapa pingsan?!" pekiknya.

"Beban hidupnya bertambah," kata Roro tiba-tiba muncul di depan keduanya.

"Tolong periksain suami gue Ro! Gue takut menjanda." panik Una.

"Gapapa janda ntar nikah lagi sama yang lebih kaya."

Una menggelengkan kepalanya tudak mau. "Gue cintanya udah habis ke aa Mursid yang selalu ngebahagiain gue walaupun melarat dikit."

"Ih cringe bet lu na, mana ada melarat dikit. Orang lu tiap hari ngeluh gak ada duit," kata Roro dengan kalimat tajamnya.

"Kena serangan jantung ringan nih suami lo. Jangan dikasih kerja berat-berat dulu, sama kurangin rokoknya."

"Aa kalo nggak ngerokok sehari katanya kayak monyet kelimpungan." balas Una mengingat pesan suaminya mengenai kebiasaan merokoknya.

"Ih lo kok mau sih dinikahin monyet!"

"Udah dibilang gue cintanya ke a Mursid!" seru balik Una.

"Minta tolong periksa perut gue dong ro, ada anaknya apa enggak sekarang? Gue takut nih hamil lagi, mana Naysid baru jalan setahun lebih tiga bulan."

"Adah tuh kembar tujuh."

Bruk.

Una yang langsung percaya itu shock berat dan kemudian ikut pingsan membuat Roro kerepotan sendiri harus meminta tolong warga terdekat tuk membopong keduanya ke dalam rumah.

"Mon tolongin Una sama Mursid pingsan," pintanya pada Mona yang sedang menjaga dua anaknya bermain sepeda roda tiga di halaman rumah.

"Terus?" tanya Mona bingung.

"Ya tolongin lah ege!"

Mona menggelengkan kepalanya tidak. "Maaf nggak bisa bantu, Mona badannya kecil mana bisa bantuin gotong Mursid."

"Suami lo mana? Gak bisa bantu juga?"

"Ngarit," jawab Mona dengan watadosnya.

"Dih kampung bet dah ngarit segala di hari minggu," dumel Roro lalu mencari bantuan lain.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang