"Beuh udah pinter jualan," puji Jufry masuk ke kios es kelapa Koko yang sekarang dihandle oleh Mona.
Semenjak Koko sempat sakit beberapa bulan tidak bekerja karena hipertensi dan sempat didiagnosa akan mengalami stroke ringan karena pola hidup suaminya yang tidak sehat. Jadi mau tidak mau Mona harus belajar mencari uang sendiri untuk keluarganya dan ia sudah mulai terbiasa sekarang berdagang, sedangkan suaminya melanjutkan usaha keset-nya.
"Ih jangan goda-goda! Nanti Mona laporin abang loh," balas Mona menjaga jarak dengan Jufry.
Jufry melihat dua anak kembar temannya itu yang bermain dalam gerobak es kelapa. "Njir jadi inget masa kecil gue yang kalo dijalanan tidur di gerobak." katanya.
"Bubu!!!" panggil putrinya yang sudah berusia dua puluh bulan.
"Iya?"
"Mik cu..." pintanya dengan merentangkan dua tangannya.
Mona pun menggendong putrinya itu menggunakkan selendang jarik lalu memberikan botol dot yang berisi susu sambil menjuali pembeli es kelapa. "Mau dibungkus atau diminum sini a?" tanyanya pada pekerja pasar yang membeli es kelapanya.
"Minum sini aja neng."
Kalingga memilih turun dari dalam gerobak untuk memegangi ujung kaos oversize milik ibunya. "Baba ndanyah?" tanyanya.
"Baba masih mencari fulus kata bang Aldo." jawab Mona lalu meletakkan gelas-gelas berisi es kelapa kepada pembeli yang duduk di kursi meja warungnya.
"Aduh kayak baru kemarin masih di perut sekarang udah bisa jalan aja." kata Mutya datang sambil menuntun putranya yang berusia lima tahunan.
"Habis dipecut belut sama abang kaki mereka mbak langsung bisa jalan." jawab Mona.
"Pasti direkomendasiin babeh."
Mona menganggukkan kepalanya iya, "Abang udah panik soalnya, mereka mau du tahun kok nggak ada gerak-gerik bisa jalan. Terus Om Tono kasih saran suruh pecut aja kaki Kaling sama Pika pake belut, dan berhasil habis dipecut belut kakinya mereka langsung jalan."
"Dulu Malvin juga gitu soalnya dan manjur beneran." jawab Mutya.
"Aku es kelapa dua bungkus, satunya di gelas kasih ke Arhan ya na." sambungnya diiyakan oleh Mona.
"Hai," sapa Malvin pada Kalingga.
Kalingga hanya menyengir lalu menunjuk sandal jepit-nya yang memiliki motif ikan badut. "Noh yu yah!" celotehnya.
"Jelek!" seru Malvin lalu menginjak kaki Kalingga.
Kalingga tidak menangis melainkan meremat ujung kaos oversize ibunya yang letaknya berada diatas lutut. "Ih..." geramnya.
"Nda yeh!" celetuk Pitaloka dengan gestur jari tidak pada Malvin.
Mutya tidak ngeh awalnya dengan kejadian awalnya seperti apa, malah tiba-tiba putranya menangis sambil berkata jika anak kembar tak seiras dan tak segender itu nakal.
"Mereka nakal sekali hiks..." lapornya menunjuk si kembar.
Mona yang mendengarnya bingung, masa iya dua bayinya menakali bocah berusia lima tahunan?
"Minta maaf ke Kalingga, bunda tau tadi Malvin pasti nakalin Kalingga."
"Gak mau!!! Ayah!!!" teriaknya lalu berlari kearah bengkel ayahnya.
Mona memberikan pesanan Mutya yang ada dalam kantong plastik. "Maafin anak Mona ya mbak kalo nakalin Malvin."
"Nggak usah minta maaf na, anak gue sama Arhan banyak dramanya. Malah gue yang harusnya minta maaf," ucap Mutya memberikan selembar uang berwarna merah pada Mona.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
Fanfiction[ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ]Setiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di tengah kesederhanaan pasar, cinta hadir tanpa disadari, mengikat hati mereka satu sama lain. akseraaaa...