"Biaya masuk di paud-nya si kembar berapa Ko?" tanya Tono tiba-tiba pada Koko yang menjaga kios es kelapa hari ini di pasar.
Koko menaikkan satu alisnya pada kakak ipar-nya. "Mau nyekolahin siapa lu? Anak lu kan udah sd semua."
"Akash pegawe ternak gue tanya rencana mau nyekolahin anaknya disana," jawab Tono.
"Oh gue kira mau nyekolahin anak-nya janda kampung sebelah."
Tono terkekeh sambil membenarkan cincin akik ikonik miliknya yang terpasang di jemari tangannya. "Mana ada, kapok gue selingkuh."
"Uang gedung 9, Spp 560, anak gue dua tinggal dikaliin dua."
"Buset dah, mampu lo? Mahal bener sekolahnya." kata Tono kaget mendengarnya.
"Kalo gak mampu gue nggak sekolahin mereka disana. Gimana dah maksud lo?" jawab Koko.
"Buang-buang uang ae kalo ujungnya nanti sd-nya sd negeri." kata Tono mulai menyalakan ujung rokoknya lalu menyesapnya. "Dapet duit darimana emang lo?"
"Kerja sampe anak-anak gue musuhin gue karena kurang deket sama gue."
"SombhOng bet." kata Tono kemudian pergi dari kios adiknya itu.
"Pertanyaannya gajinya Akash cukup buqt nyekolahin dia disana? Orang gajinya perharinya enem puluh ribu di babeh," sahut Arhan yang sedari tadi menguping.
Koko mengendikkan bahunya tidak tahu. "Mungkin istri Akash punya sampingan kerja."
"Tapi lu termasuk berani sih nyekolahin anak di tempat mahal," kata Arhan.
"Kata teh Sofya maklum orang kaya baru." sahut Jufry.
"Amin, lagian kalo gue udah kaya gue gak bakal jualan gini." jawab Koko memperlihatkan dirinya masih menjuali pembeli yang membeli es kelapanya.
Tak lama setelah itu datanglah angkot yang dikendarai Mursid sepi penumpang, sang supir memberhentikan disebelah kios baks Wijayanto. "Ciledek-Cirayu tarek," katanya.
"Ya Allah sepi amat masa narek daritadi pagi masih dapet gocap," keluhnya mengusap keringatnya dengan handuknya.
"Pelet lu kurang manjur kali sid." sahut Jufry.
"Info pelet yang gak pake tumbal." kata Mursid.
"Haram." kata Wijayanto tiba-tiba.
"Kapan nikah dek?" tanya Mursid turun dari angkotnya.
"Lu aja besok gue nikahin?" tanya balik Wijayanto membuat Mursid shock.
"Omg! Jangan sodomi aku om."
"Aku udah punya anak istri," sambungnya takut.
"Siap si paling udah laku." balas Wijayanto.
Mursid bergabung duduk di kursi bengkel Arhan sambil menyeruput kopi hitam milik Jufry. "Waktunya jalannya cepet tapi gue koko gini-gini bae ya."
"Rokok lu masih kelas, Mursid." ucap Jufry sambil menyahut gelas kopinya.
"Lu sama Yanto kapan kawin?"
Jufry menggelengkan kepalanya tidak. "Gue gak mau nikah, nambah-nambahi beban hidup gue aja. Mending nyewa LC semalem cuman seratus lima puluh rebu."
"Lu gak takut penyakitan pri?" tanya Arhan.
"Kalo Yanto mah pasti masih nunggu kelulusannya Roro yang masih kuliah di kota besar." timpal Koko.
Jufry menyebulkan asapnya keatas. "Kalo penyakitan dah takdir, lagian gue kalo ada duit aja nyewa kalo gak ada ya nyxli."
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
FanfictionSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
