Mona menyapu daun kering di halaman belakang rumah suaminya yang berupa pekarang dapat ditanamin sayuran atau bertenak. Entahlah, semenjak ia mengandung energinya semakin bertambah dan tidak bisa berdiam diri, ada saja hal yang harus dikerjakan.
"Al ayo nanem jagung," ajaknya pada keponakannya yang sedang bermain tanah di halaman belakang tersebut.
"Jagung?" tanya Aldo mengkerutkan keningnya.
Kepala Mona mengangguk lalu mengambil cangkul yang ada di dekatnya. "Kita harus membuat proyek besar yang menghasilkan uang!" serunya.
"Let's go!" seru Aldo.
Ntah darimana bibit Jagung yang mereka dapat. Kini Mona mulai mengcangkuli tanahnya, sementara Aldo menuangkan biji-biji jagung ke dalam tanah. Keadaan mulai hujan gerimis, namun keduanya tetap menerabas kegiatan tanam-menanam jagung sampai kucing berjenis persia milik Mona yang baru saja dibelikan oleh suaminya mengeong meminta makan di tengah pintu halaman belakang.
Duar!
Suara gemuruh petir membuat Mona dan Aldo langsung berlari ke dalam rumah. "Aaaaa!" teriak keduanya.
Meow~
Kucing Mona menghampirinya dengan menduselkan kepalanya di kakinya. "Ya ampun Mona lupa enggak kasih makan cilung," katanya kemudian menuangkan makanan kucing di baskom untuk kucingnya.
"Mona mandi!!!" minta Aldo yang tampilannya sudah kumuh.
Mona pun memandikan keponakannya dan mengganti pakaian Aldo. Setelah itu ia memberikan susu kemasan pada Aldo, "Tunggu sini dulu, Mona mau mandi." ucapnya kemudian masuk ke dalam kamar mandi.
"Ini motong jembutnya gimana?" gumam Mona melihat perutnya menutupi rambut halus kelaminnya.
"Masa mintol teh Sofya?" monolognya.
"Ah tau ah pusing. Ih tapi gatal!!!" kesalnya merasa gatal dibagian kemaluannya yang ditumbuhi bulu-bulu rimba.
Koko masuk ke dalam rumahnya setelah melepaskan jas hujannya, ia melihat jam dinding di ruang tamu rumahnya menunjukkan pukul lima sore. "De," panggilnya pada istrinya.
Terdengar dengkuran keras keponakannya dari arah ruang tengah, ia pun mengjampirinya. "Lah disini si Aldo padahal barusan dicariin emaknya di pasar." katanya.
"Abang!" seru Mona keluar kamar mandi dengan tubuh yang dililit handuk.
"Apa sayang?"
"Tolong bersihin bulunya. Gatel, Mona nggak betah!" pinta Mona memberikan alat cukur ke suaminya.
"Mau maghrib sayang nggak boleh motong-motong rambut. Bolehnya pagi," tolak Koko yang sesungguhnya menahan syahwat karena takut kebablasan, mengingat istrinya sedang mengandung.
"Dikaretin aja kali ya bang biar enggak gatal?" tanya Mona.
"Tambah sakit ntar kejepret."
Mona melepaskan handuknya di depan suaminya sehingga menampilkan tubuh polosnya. "Abang liat ini."
Koko memalingkan pandangannya kearah keponakannya. "Kenapa emang?"
"Pentil ade kenapa mengelupas?" tanya Mona membuat Koko langsung melihatnya.
"Mengelupas gimana de?" tanyanya.
"Jadi ombre sedikit kek kxntol abang tapi versi pentil ini. Tuhkan tengah pucuknya pink lainnya cokelat muda," celoteh Mona makin membuat Koko mendekat dan mengamati ikon penting di payudara istrinya.
"Ahh! Abang kenapa jadi diisep!" pekik Mona tiba-tiba suaminya tanpa aba-aba malah menghisap puting payudaranya.
Koko tersadar langsung melepas hisapannya. "Astagfirullah hal adzim, kan." frustasinya sambil mengusap wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
ФанфикшнSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
