Warn 17+ [M]
ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ
"Enyak cekayi!!" puji Pitaloka memakan perkedel yang terbuat dari ubi ungu buatan ibunya.
"Ibu!!!" teriaknya berlari ke halaman belakang mencari ibunya.
Mona sedang membabati rumput liar disekitar peternakan kambing suaminya menggunakkan gunting rumput, "Iya sayang?" sahutnya.
Langkah Pitaloka terhenti saat melihat salah satu buruh ayahnya—Raka tengah merapikan keset di halaman samping rumahnya yang dijadikan rumah produksi keset. "Baba," panggilnya.
"Baba masih keluar ta," jawab Raka.
"Baba jeyek yah," ucap Pitaloka membuat Raka dan Riko yang sedang bekerja tertawa disana karena mereka tahu bahwa hubungan Pitaloka kurang baik dengan Koko.
"Miyip babi," sambungnya duduk di kursi dekat Riko yang sedang mengepak sabut kelapa untuk dipres.
"Kenapa Tata nda suka baba?" tanya Riko.
"Babi ish," jawab Pitaloka sambil menampilkan gigi-gigi susunya.
Mona mencuci tangannya sebelum mencari putrinya ke dalam rumah, ia melihat Kalingga tengah bermain mobil-mobilan bersama Aldo di kamar. "Tata mana al?" tanyanya pada Aldo.
"Nggak tau, tadi makan di depan tv." jawab Aldo.
Ia melihat kearah ruang televisi yang kosong hanya tersisa piring kosong bekas makan olahan ubi ungu buatannya. "Tata," panggilnya.
"Aldo pulang waktunya les sama teh Jupe," panggil Arsy masuk ke dalam rumah pamannya.
"Masuk aja ke kamar Gata adik mu di kamar sama Gaga," balas Mona masih melanjutkan mencari putrinya.
"Assalamualaikum," salam Mursid datang dengan membawa rumput-rumput kering di motor 80-annya.
"Waalaikumsalam." jawab Mona lalu memberi amplop berwarna putih titipan dari suaminya untuk upah Mursid. "Makasih ya a."
"Sama-sama, senang bekerja sama dengan anda." jawab Mursid menerima upahnya itu.
"Kata abang utangnya Una jangan lupa bulan lalu tiga ratus ribu." peringat Mona membuat Mursid menyengir.
"Iya mingdep ya Mon, soalnya ini suit buat beli rokok gue."
Mona menganggukkan kepalanya tidak masalah. Kemudian ia masuk ke tempat produksi keset suaminya, ternyata putrinya sedang bergurau dengan Riko dan Raka menggunakkan sabut kelapa.
"Tadi Tata manggil ibu iya?" tanyanya.
"Eung, tata mau buyat na ibu." jawab Pitaloka merentangankan dua tangannya meminta gendong.
"Ayo mandi dulu sama ibu, terus bantu ibu buat lagi bola-bola ubinya." kata Mona lalu menggendong putrinya.
"Kerja lembur bagai kuda," celetuk Haidar datang dengan menyetir mobil pick up milik Koko ke halaman rumah.
"Duit lembur makin nambah," sahut Mona berjalan masuk ke dalam rumahnya.
Haidar menyengir sambil mengacungkan jempolnya, "Pinter bet istrinya pak bos sekarang." katanya lalu menurunkan kelapa-kelapa untuk stok jualan es kelapa dari badan pick up.
"Ibu mau aji!" pinta Kalingga.
"Ngaji? Tanya baba dulu ya soalnya umur mu masih kecil banget." jawab Mona di tengah memandikan dua anaknya di dalam kamat mandi.
"Otey ciyap."
Tak lama setelah itu Koko datang dengan motor listrik second tapi masih mulus untuk istrinya, supaya istrinya tidak lelah berjalan menggendong dua anaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PASAR CINTA
Hayran KurguSetiap senyuman dan sentuhan kecil membawa getaran, sementara di sekitar mereka, pasar tetap berdenyut dengan energi khasnya. Di antara hiruk pikuk pedagang dan pembeli, senyuman, tatapan, dan sentuhan kecil membawa getaran yang tak terduga. Cinta h...
