ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ6♡ﮩ٨ـﮩﮩ٨ـ

720 81 67
                                        

Mona menggunting rambut panjangnya di teras rumah ditemani dua keponakannya, suaminya meminta dirinya memotong rambut panjangnya karena katanya suaminya risih melihat rambut panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mona menggunting rambut panjangnya di teras rumah ditemani dua keponakannya, suaminya meminta dirinya memotong rambut panjangnya karena katanya suaminya risih melihat rambut panjangnya.

"Pai, pai," kata Aldo sambil melambaikan tangannya ke rambut Mona yang sudah dipotong.

Najwa mengambil potongan rambut itu tuk dilempar-lemparkan ke halaman rumah.

"Tara, selesai~" kata Mona melihat pantulan gaya rambut barunya seperti dora di depan cermin berukuran sedang.

Aldo melongo melihat tampilan baru aunty-nya. "Aaaaaa!" teriaknya kemudian berlari ke belakang tubuh Najwa.

Najwa mengerjapkan matanya melihatnya. Ia tertawa karena melihat poni aunty-nya yang diatas alis. Humor receh anak ketiga Tono dan Sofya itu menurun sang ibu, berbeda dengan Aldo anak dari Rian dan Nana yang malah takut.

Memang tugas Mona sekarang menjaga dua batita itu di rumah pada pagi hari, karena kakak-kakak iparnya pergi ke rapat pertemuan sekolah.

Kening Mona mengkerut memerhatikan wajahnya di pantulan, seperti ada yang aneh tapi apa ya? Bukannya rambut pendek membuat wajahnya nampak lebih chubby?

"Onti miyip doya~" kata Najwa.

"Tapi tetep cute-kan?" tanya Mona sambil duck face di hadapan keponakannya.

"Babi!" seru Aldo.

"Huwaaaa, abang!!! Mona dikatain babi," lapor Mona masuk ke dalam rumahnya tuk melaporkan perkataan Aldo pada suaminya yang masih tidur di jam delapan pagi.

Mendengar teriakkan istrinya dan tubuhnya agak terguncang dengan koyakan tangan istrinya, ia terbangun kemudian mendudukkan dirinya. Ia sempat mengumpulkan nyawanya melihat tampilan istrinya yang berbeda, "Loh, jam berapa sekarang? Kok rambut mu udah pendek de?"

"Jam delapan," jawab Mona menunjuk jam di hp-nya berangka delapan.

"Emang salon udah buka?"

"Dede motong sendiri loh," kata Mona lalu memeluk tubuh suaminya yang tidak mengenakkan kaos saat tidur. "Soalnya dede tau, jualan abang lagi sepi pasti dompetnya juga sepi. Daripada ke salon potong sendiri aja."

"Astaga de, potong rambut nggak sampe ceban abang masih bisa bayarin. Pantes poninya njepat," kata Koko memembenarkan poni istrinya yang tidak simetris.

"Njepat apa abang?" tanya Mona.

"Nggak rata," balas Koko memeluk balik istrinya dengan menghirup perpotongan lehernya.

"Najwa ayo main," panggil anak kecil perempuan usianya seumuran dengan usia kakak keduanya.

"Teh Dita nda cekoyah?" tanya Najwa yang bermain tanah dengan Aldo.

Dita menggelengkan kepalanya tidak. "Bolos dulu kata mbah Agung."

"Ayo teh main sini," ajak Najwa.

Dita pun langsung menuju ayunan di pohon mangga yang terbuat dari kayu dan tali. Ia mendorong Aldo yang akan duduk disinggah sana-nya, "Kamu masih bayi gak boleh ayunan! Ini hanya buat aku seorang!" serunya lalu duduk di ayunan tersebut.

PASAR CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang