Barmann

561 7 0
                                    

"Jessi, sini."

Jessi mengalihkan pandangannya ke arah dua temannya yang sudah duduk terlebih dahulu di sebuah meja yang jaraknya tidak jauh dari tempat Jessi berdiri. Dia melangkahkan kakinya sambil tersenyum lebar ke arah dua temannya yaitu Chika dan Olla.

"Hai, udah lama?" ucap Jessi basa basi membuat Chika memutar bola matanya malas, sedangkan Olla langsung menaruh gelas kosong di depan Jessi dan menuangkan alkohol yang sudah Olla dan Chika pesan.

"Lo lama amat anjir, katanya gak kerja tapi malah ngaret banget."

Jessi hanya tersenyum simpul mendengar Chika yang mengeluh tentang keterlambatannya. Jessi mengambil gelas yang berisi alkohol yang dituangkan oleh Olla lalu meminum alkohol yang langsung menyengat di tenggorokannya.

"Harusnya gue libur hari ini, tapi malah disuruh ke kantor bentar. Bos gue rewel banget, gara—gara ada klien besar katanya yang mau ngiklanin produk mereka di perusahaan tempat gue kerja, jadi gue ke kantor dulu bentar tadi buat urus ini itu." jelas Jessi panjang lebar.

Setelah mendengar penjelasan dari Jessi, mereka memilih untuk bersenang-senang menikmati malam minggu mereka yang sudah lama tidak mereka nikmati karena terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.

Mereka bercanda sambil sesekali melirik ke setiap laki-laki yang lewat. Beberapa ada yang melirik balik, tapi kalau tidak oke menurut mereka maka mereka akan mengabaikannya. Seperti sekarang, Chika sedang digoda oleh bule yang sempat dilirik oleh Chika tadi. Chika yang sudah setengah mabuk pun hanya menerima saja perlakuan bule itu. Olla dan Jessi menebak kalau Chika sebentar lagi akan hilang dari pandangan mereka karena pastinya sudah dibungkus bule itu.

Mereka berdua kembali menikmati minuman mereka dan jujur kepala Jessi sudah sedikit pening. Dia melihat Olla masih santai duduk sambil matanya berpencar kesana kesini.

"Kok gak ada yang bagus sih?" keluh Jessi.

"Apanya? Makanya jangan minum terus, lo dilirik terus tuh sama cowok-cowok." sahut Olla sambil menunjuk beberapa laki-laki yang ingin mendekati Jessi tapi Jessi terlalu sibuk dengan urusannya sendiri.

"Itu berarti mereka gak menarik dimata gue, makanya gak gue lirik." Olla mengendikkan bahu mendengar ucapan Jessi. Tak lama Olla dihampiri oleh seorang laki-laki yang bertubuh tinggi dengan rambut yang rapi tersisir ke belakang. Tapi itu tidak membuat laki-laki itu terlihat culun, malah terlihat seperti sugar daddy.

Mereka berkenalan dan berakhir Jessi ditinggal sendiri. Baru kali ini dia yang paling akhir mendapatkan pasangan, mungkin karena dirinya sedang stress karena pekerjaannya akhir-akhir ini jadi auranya sedikit gelap sekarang sehingga tidak ada laki-laki yang berani mendekatinya.

Karena sudah sendiri dimeja yang dipesan oleh Chika tadi. Jessi memutuskan untuk pergi ke tempat duduk yang ada di depan bartender. Selain memang aneh kalau duduk di meja besar sendiri, dia tidak tahan dengan laki-laki yang selalu berusaha gabung dengannya padahal mereka tidak menarik sama sekali dimata Jessi.

Sampai di depan meja bartender, dia menarik kursi untuk duduk. Tak lama seorang bartender yang menggunakan kameja serta celemek serba hitam dipinggangnya dan juga masker hitam yang menutupi wajahnya datang menghampirinya.

"Mau pesan?" tanya bartender itu dengan suara beratnya. Jessi mengangguk singkat, matanya sudah susah dibuka sekarang. Ia sepertinya sudah benarbenar mabuk.

"Mau pesen cocktail yang enak disini." bartender itu mengerutkan kening mendengar ucapan Jessi. Dia hanya mengangguk singkat, lalu segera membuat pesanan Jessi sambil terus melirik ke arah Jessi.

Bartender itu tersenyum tipis dibalik masker hitam yang menutupi wajahnya sambil menggeleng pelan. Sedangkan Jessi masih berusaha untuk sadar sambil menumpu kepalanya dengan sebelah tangannya.

Tak lama, minuman cocktail pesanan Jessi sudah jadi dan sudah disodorkan didepan Jessi. Jessi tidak berkata apa-apa, dirinya langsung menyambar cocktail itu dan meminumnya. Matanya terbuka sedikit saat lidahnya merasakan rasa cocktail tadi. Enak, pikirnya. Jessi melirik ke arah bartender tadi yang tak jauh darinya, bartender itu juga sedang menatap ke arahnya.

Saat pandangan mereka bertemu, bartender itu memberikan senyuman yang terlihat dari kedua matanya. Jessi menggelengkan kepalanya pelan untuk mengurangi rasa pening akibat alcohol dan berusaha melihat wajah bartender itu dengan jelas.

"Ganteng." satu kata yang terucap dari bibir Jessi sambil wajahnya tersipu.

Jessi mengambil gelas cocktail tadi lalu mengangkatnya sedikit ke arah bartender yang membuatnya tanda dia menikmati minuman yang dibuat oleh bartender itu sambil tersenyum tipis. Lalu meminum lagi cocktail itu.

Ada sebuah notes yang tidak Jessi sadari jatuh, notes itu jatuh dipahanya membuat pandangan Jessi melirik ke notes itu. 'Want to order something delicious? I will make it for you -A' Jessi melirik ke arah bartender tadi dengan mata terbuka lebar. Bartender itu sudah sibuk dengan pekerjaannya dan tidak melirik ke arah Jessi lagi.

Jessi bukan tidak tahu maksud dari notes tadi. Setiap club atau bar pasti ada kode untuk memesan sesuatu yang tidak diketahui orang awam. Pesanan yang mengarah ke arah sex. Pesanan ini hanya untuk orang-orang yang memang sering berkunjung saja. Sedangkan Jessi baru pertama kali datang ke bar ini dan sudah ditawari orderan spesial itu?

Jessi yang sibuk dengan pikirannya sambil menatap notes yang ada ditangannya sampai tidak menyadari kalau bartender tadi sudah di depannya.

TOK... TOK...

Ketukan pada meja didepannya membuat Jessi tersadar dan mengangkat wajahnya menatap seseorang didepannya.

"Gimana? Mau coba?" suara berat itu kembali berdengung di telinga Jessi dan membuatnya mematung. Bartender itu menunggu sampai Jessi menjawab pertanyaannya.

"Mau..." jawab Jessi dengan suara pelan tapi masih terdengar ditelinga bartender itu. Bartender itu segera melepas celemek yang ada dipinggangnya lalu menaruh asal di atas meja.

Dia memberi kode kepada Jessi untuk mengikutinya. Jessi segera turun dari kursi tempatnya duduk dan mengikuti bartender tadi. Jessi melangkah dengan susah payah karena kepalanya berputar akibat terlalu banyak mengosumsi alkohol.

GREEPPP...

"Hati-hati, gua tuntun ya." suara berat itu kembali terdengar bahkan membuat Jessi meremang karena suara itu berada dekat ditelinganya dan seperti berbisik.

Langkah mereka berdua yaitu Jessi dan sang bartender menuju ke ruangan yang biasa disewa oleh orang-orang untuk bersenang-senang. Jessi sedikit tersenyum saat tangan laki-laki disampingnya ini terus merangkul pinggangnya.

Mereka sampai di depan pintu kamar yang berada di ujung. Jessi sedikit kebingungan karena biasanya jarang dibawa ke ruangan yang ada diujung begini karena ruangan ini ruangan VVIP. Oh, tidak. Jessi bahkan tidak punya uang sebanyak itu untuk menyewa ruangan VVIP untuk tidur dengan laki-laki. Dia menghentikan langkahnya yang membuat bartender tadi menoleh ke arahnya.

"Kenapa? Berubah pikiran?" tanya bartender itu.

Jessi menggeleng, "Mau ruangan lain... ruangan ini kan mahal." suara tawa terdengar di telinga Jessi membuat dirinya sedikit malu. Bartender itu menatapnya tepat di mata Jessi membuat Jessi gugup.

"Gratis untuk malam ini." Jessi membulatkan matanya mendengar ucapan bartender itu tapi belum sempat ia melayangkan pertanyaan lainnya tangannya sudah ditarik untuk masuk ke dalam ruangan VVIP itu.

Cerita selengkapnya ada di link yang ada di bio.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang