Moja Siostra

962 4 0
                                    

Setahun itu bukanlah waktu yang singkat. Aku dan adikku hanya bisa berkomunikasi melalui telepon dan bertukar pesan, merindukan saat-saat kita bersama. Aku merasa kehilangan momen-momen kecil yang biasa kita habiskan bersama. Setelah sekian lama aku tak bertemu dengan Shani, adikku. Aku baru sadar bahwa keadaan fisiknya sudah berubah. Adikku yang dulunya kurus dan tak menarik sekarang menjadi lebih padat berisi. Tonjolan payudaranya lebih nampak walau tak terlalu besar, tapi sepertinya pas dengan genggaman tanganku, apalagi sekarang pantatnya lebih sedikit berisi.

Aku sendiri sungguh kaget dengan perubahan tubuh Shani., terakhir kali aku bertemu dengannya adalah saat libur lebaran satu tahun yang lalu. Satu lebaran terakhir aku memutuskan tidak pulang ke Jogja karena sibuknya pekerjaan yang ada di Jakarta. Jadilah aku baru menyadari saat ini. Tepatnya saat aku libur dan memutuskan untuk pulang ke kampung halaman. Apalagi sekarang dia sedang suka memakai pakaian daster dan celana olah raga pendek serta kaus oblong. Apalagi kalua cuaca sedang panas dia cuek bebek cuma pakai tanktop.

Seperti kejadian beberapa hari yang lalu, kejadian ini bermula saat aku baru pulang setelah nongkrong bersama teman SMA-ku di Jogja. Malam itu aku pulang pukul dua malam, setelah selasai memakirkan motorku di garasi, menguci pagar dan pintu rumah aku langsung masuk ke kamarku yang berada di lantai dua. Four your information di lantai dua hanya ada balkon tempat untuk menjemur pakaian, ruang untuk nonton TV aku dan Shani, karena TV yang ada di ruang utama pasti dikuasai ibuku.

Selain itu di lantai dua juga ada computer, kamar mandi serta kamarku dan kamar Shani. Kalua untuk ke kamarku harus melewati kamar Shani, karena kamar kami berhimpitan, kamarku menghadap balkon. Aku menempati kamar ini karena waktu kecil Shani takut ada hantu yang muncul di jendela tersenut.

Malam itu aku ingin segera tidur dan mimpi indah, tapi langkahku terhenti di saat melewati kamar Shani, pintu kamarnya terbuka. Yang membuatku kaget adalah Shani tidur membelakangi pintu kamarnya dengan daster tersingkap, sehingga bongkahan pantatnya dan paha mulusnya itu terekspos. Walau dalam keremangan cahaya, tapi Cahaya dari ruang TV cukup membuatku bisa melihat dengan jelas paha dan pantatnya.

Jakunku naik turun, jantungku berdebar kencang, napasku mulai memburu, aku ingin melihat lebih jelas lagi. Pelan-pelan aku berjalan masuk ke kamar Shani, tanganku membuka pintu kamarnya lebih lebar agar aku bisa masuk lebih dalam. Suara derit pintu sempat membuatku takut akan membangunkan Shani, untungnya ia masih terlelap.

Aku melangkah pelan-pelan, aku bisa mendengar suara jantungku yang berdebar, hingga aku berdiri di samping kasur Shani. Ia masih tertidur sambil memeluk guling membelakangiku, tubuhnya terlihat berkeringat, walau suhu dingin AC menguar di dalam kamar. Memang cuaca malam ini cukup panas.

Kini dihadapanku terpampang bongkahan pantat Shani, celana dalamnya berwarna hitam menutupi bibir vaginanya. Aku terdiam memandang pahanya, tak kusangka paha adikku yang dulu sering kujahili sekarang sudah berubah lebih mulus. Tak tahan aku ingin memegangnya, saat itu aku lupa bahwa wanita yang sedang tidur adalah adikku sendiri.

Aku mulai dengan dengan jari telunjukku yang kuarahkan pada pahanya, dengan hati-hati agar Shani tidak terbangun dan ah! Aku berhasil menyentuh pahanyam dan mulai mengelus pelan. Astaga paha Shani benar-benar halus. Aku ingin lebih menikmatinya, sekarang aku memberanikan diri duduk di bibir kasurnya, lalu mulai meremas pantat adikku pelan yang masih tertutup celana dalamnya.

Tak hanya kelihatannya, pantat Shani memang benar-benar daging padat yang aduhai walau ukurannya tak terlalu besar. Aku terus remas pantat Shani pelan, karena tak tahan lagi aku mulai membuka celanaku dan kukeluarkan batang penisku yang mulai ereksi. Kuambil body lotion milik Shani untuk melicinkan batang penisku dan dengan perlahan aku mulai mengurut pelan penisku sambil melihat langsung objeknya, benar-benar luar biasa, aku sungguh menikmatiya.

Aku benar-benar dibuat biarahi, mengikuti nafsu yang kini tangnku mulai beranjak dari pantat ke belahan bibir vaginanya, namun baru sebentar aku meraba bibir vaginanya dan belum sempat aku menikmatinya, Shani mengubah posisi tidurnya dan membuatku kaget setengah mati. Aku langsung bangkit dan pergi keluar kamar dengan celana yang belum kupakai dan penis yang masih tegang.

...

cerita selengkapnya ada di https://karyakarsa.com/whyusmile

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang