Quickie

761 5 0
                                    

Bagi yang sudah menikah, kalian pasti pernah melakukan quickie kan? Entah di mobil, di dapur, di toilet gedung pas mau menghadiri resepsi perkawinan, atau bahkan mungkin di toilet pesawat yang sedang mengudara? Bagaimana sensasinya? Sungguh liar biasa bukan? Rasa mendebarkan karena buru-buru, was-was karena takut ketauan, dan menggebu-gebu seolah dikejar oleh sesuatu yg tak jelas itu ternyata bisa menambah variasi dalam hubungan seks.

Belum lama ini aku, panggil saja Jessi. Akan menceritakan tentang pengalaman seks kilatku bersama suamiku saat menghadiri resepsi pernikahan. Entah kenapa pula aku melakukan 'hal itu' di toilet gedung, dan bukannya melakukan di rumah sebelum berangkat ke resepsi pernikahan.

Tapi ternyata seru lho! Waktu itu malah kondomnya sempet ketinggalan di dedek gue. Dan tau nggak, gue baru nyadar pas lagi antri di prasmanan! Aku juga sempet repot rogoh-rogoh gaun pestaku, mencoba membebaskan slempitan kondom yang masih membandel sambil membetulkan celana dalam yang terasa nyempil.

Kok bisa? Trus kok sempet-sempetnya laki loe pasang kondom, katanya quick sex? Kalau kalian bingung kenapa bisa sempet pake kondom. Ya disempet-sempetin lah, kami emang belum mau punya anak. Jadi biarpun kemana saja, kapan saja, kalau nggak gue yang nyimpen di tas pasti suamiku juga sedia kondom di dompetnya.

Hmm, ternyata ada juga pepatah bisa diambil dari sini, sedia kondom sebelum berpergian. Hehehehe, buat persiapan nggak ada salahnya kan? Bukan hanya karena mau hujan saja kita musti sedia payung.

Cerita quickie ini terjadi pas aku masih menikmati masa cuti di rumah setelah tiga bulan bergelut dengan panasnya terik matahari di lapangan.

Kira-kira sebulan yang lalu ketika sedang mencari-cari alamat temanku yang pindah rumah ke komplek baru di pinggiran Jakarta, aku dan suami sampai kepayahan karena alamat yang diberikan sungguh-sungguh nggak jelas dan bikin pusing tujuh keliling.

"Pokoknya, begitu masuk gerbang ikuti aja jalan utama, nanti ketemu bundaran langsung belok kanan. Pas gang ke-empat belok kiri, masuk aja lurus sampai ketemu pohon gede dan kebun nanas yang lagi berkembang. Nah, kalau udah ketemu langsung belok kanan.

Oiya, jangan lupa ngitung kalau udah nglewatin tujuh belas polisi tidur, di sebelah kanan ada gerobak Rujak Ulek pas di depan rumah. Nah itu rumah gue." terangnya mencoba secara rinci di telepon ketika aku menghubungi dua hari sebelumnya.

Benar-benar alamat yang sulit untuk dicari. Blok apa dan nomor berapa? Kejarku penasaran. Lucunya, temanku tersebut belum terlalu hafal dengan blok rumah yang baru ditempatinya 5 hari yang lalu, karena rumah dan segala kwitansi pembelian sudah diurus oleh suaminya dan si rekan tersebut tinggal menempati dan mengatur isinya saja.

"Ngg... apa yaaa? Udah deh, pokoknya aja ikutin petunjuk gue, pasti nyampe..." sekali lagi dia mencoba meyakinkan kami. Oke lah, kami akan mencoba mencarinya. Maka perjuangan itu pun dimulai.

Sesuai kekhawatiranku sejak awal, kami berdua benar-benar nggak ketemu dengan rumah sesuai arahannya karena gerobak Rujak Ulek yang dimaksudkan ternyata sudah pindah ke lokasi lain gara-gara sepi pembeli. Konon penjualnya berniat menjual komoditi yang halus-halus saja, entah apa maksudnya.

Tak lupa pula dengan pohon besar yang dimaksud, juga telah jadi korban semena-mena dari gergaji mesin karena dahan dan daunnya yang lebat mengganggu jaringan kabel listrik dan telepon.

Tentang Kembang Nanas? Hmn... rupanya lain dari yang dimaksud dengan apa yang ditemukan, karena menurut reportase singkat temanku dari TKP ternyata nanas yang satu ini merupakan varian unggul dari Hawai, yang katanya lebih mantap dengan duri-durinya yang besar dan tajam dan konon rasanya lebih legit.

Polisi tidur? Ah, entah sudah berapa puluh kali gajlukan itu kami lewati sehingga malas untuk mengingatnya. Apesnya, temanku ini lupa memberikan berita terkini dan terpercaya tersebut sebagai sumber informasi terbaru bagi kami untuk mencari rumahnya. Padahal biasanya, dia itu paling rajin memberikan breaking news tentang si artis yang sudah bercerai gara-gara kasus selingkuh plus KDRT padahal baru menikah dua bulan, atau si artis itu yang telah menikah siri di Bali dengan vokalis ganteng dari grup band terkenal, dan segala berita-berita gosip terbaru lainnya.

Apes yang kedua adalah ketika kami berhasil menemui seorang petugas keamanan berbadan kekar dengan kumis tebal melintang seperti kumisnya Pak Raden tapi berhati lembut. Beliau kami dapati sedang santai dan mencabuti bulu hidungnya di bawah pohon asam.

"Pak, tahu alamat rumahnya Bu Ashel?" tanya suamiku dengan sopan sambil membuka kaca mobil.

"Blok apa dan nomer berapa, Pak?" sahutnya tak kalah sopan pula. Nah, disitu lah letak permasalahnya. Maka pak Raden eh, petugas keamanan tersebut kontan terjangkit penyakit bingung ketika kami tanyai dengan ancer-ancer yang amburadul versi Ashel tadi dan menganggap kami nggak lebih pintar dari anak SD!

Akhirnya kami memutuskan untuk balik arah pulang setelah hampir empat puluh lima menit lebih kelimpungan mencari alamat yang dimaksud, lagipula hari juga sudah semakin malam.

"Mah gantian nyetir ya... Papa capek." kata suamiku di sebelahku yang masih sibuk adu argumentasi tentang ancer-ancer rumah yang diberikan via HP dengan si Ashel tadi.

"Uhmm... boleh." sahutku nggak keberatan sambil mematikan teleponku.

Ketika jalanan sepi, mobil pun menepi. Tanpa membuka pintu mobil suamiku beringsut ke jok penumpang sementara aku sedikit mengangkat tubuhnya.

"Aaaah Papa niiih... ribet deh. Kenapa nggak mau keluar dan masuk dari sebelah kiri aja siiih?!" agak kesal aku dibuatnya. Tapi dibandingkan dengan aku yang hanya duduk saja dan suamiku yang nyetir dari ujung ke ujung, siapa yang lebih capek hayooo? Maka kami pun berganti posisi.

Aku agak mengangkat pantatku untuk memberikannya ruang agar bisa menempati kursi sebelah kiri, sambil mengangkat kaki kananku siap-siap mendarat ke jok kemudi. Ups, terjadi insiden kecil, yaitu gesekan kinetis. Seperti layaknya hukum fisika, bahwa gesekan yang terjadi antara dua buah benda bisa menimbulkan panas. Teori itu menimpa kami.

"Sebentar sayang, jangan buru-buru..."

"Aahhh..." tanpa disadari suamiku mendesah lirih. Ternyata gesekan pantat tersebut menimbulkan gairah panas si kecil di bawah sana, apalagi ditambah dengan parfumnya yang menyergap hidung (tapi pas diingat-ingat, waktu itu kok kayaknya dia sengaja ya?!)

"Hmmm..." tangan suamiku nggak bisa diam. Tangannya bergerak merayap, meremas dan menjelajah hingga protes kecil terlontar dari bibir mungilku.

"Berbisik! Ssstt... ntar kalau ada orang lewat gimana?"

Akibat koefisien gesek tadi, timbullah panas yang membutakan mata sekaligus membangkitkan gairah usaha saya, yaitu usaha untuk mencapai kenikmatan. Adalah W = F x S. Dimana W = Wusaha, F = Fosisi Bercinta dan S = Seks. Terjemahan bebasnya menurut kamus online Google adalah, bagaimana mencari kepuasan seks dalam berbagai posisi dalam situasi darurat. Hehehe yang ini adalah dalil fisika modif ala Quickie, dan bukan rumus turunan dari Om Isaac Newton.

cerita selengkapnya ada di link yang ada di bio.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang