Affair

950 7 1
                                    

"Pa, papa... bangun pa... papa jadi lembur nggak sih?"

Eh, lembur? Bukannya ini hari minggu ya?

"Paa... katanya mau lembur ke kantor, buat persiapan audit, jadi nggak? Nanti ditungguin lho!"

"Astaga!!!" aku langsung terbangun mendengar ucapan istriku. Ku lihat dia sudah segar, sudah harum, rambutnya juga masih basah. Ku rasa dia habis mandi besar, karena semalam kami melakukan hubungan suami istri seperti biasanya.

"Pa... ih malah ngelamun lho. Kamu nggak jadi pergi?"

"Eh... iya... iya ma, jadi kok. Jam berapa ini?" istriku menengok ke arah jam dinding di kamar kami, akupun mengikutinya.

"Astaga, udah mau jam 8. Bisa ngamuk ini orang nanti!" dengan tergesa aku langsung bangun dan menuju kamar mandi. Sebenarnya mau tidak mandi, tapi aku harus mandi setelah berhubungan badan dengan istriku semalam.

Kulakukan itu secepat mungkin. Untungnya istriku cepat tanggap dengan kondisiku, dia telah menyiapkan bekal untukku karena sudah tidak mungkin aku sarapan di rumah.
Aku sudah kesiangan, telat dari janjiku. Aku janjian untuk datang jam 7 pagi sehingga kami bisa lebih cepat menyelesaikan pekerjaan dan lebih cepat pulang. Tapi ini sudah jam 8 pagi. Dia pasti ngamuk nanti.

"Papa pergi dulu ya ma."

"Iya! hati-hati pa..." hanya ku jawab dengan anggukan saja sebelum aku menginjak gas mobilku.

Secepat mungkin aku berusaha untuk bisa sampai kantorku. Masalahnya, di hari minggu ini rute terdekat untuk menuju ke kantorku masih ditutup jam segini, untuk car free day.
Mau tak mau aku harus memutar, mencari jalan yang lebih jauh lagi.

...

Akhirnya aku tiba di kantorku jam setengah 9 lebih. Aku langsung masuk ke ruangan divisiku, dan di sana sudah ada seorang wanita sedang menungguku disana. Wanita itu, Chika namanya, dia adalah bawahanku yang secara khusus aku minta hari ini untuk masuk lembur. Sebenarnya bukan hanya Chika, ada 2 orang lagi yang aku minta untuk masuk, tapi mereka sama-sama tidak bisa masuk. Alasannya pun kuat, jadi aku tidak bisa memaksa mereka lembur.

Chika langsung menggerutu ketika melihatku datang. Ya, tentu saja. Aku maklum. Bagaimanapun aku sudah terlambat satu setengah jam lebih, hampir 2 jam malah. Padahal aku yang menentukan jam berapa lembur hari ini.

Aku lihat di mejanya sudah banyak dokumen-dokumen yang sudah diprint, dia pasti bekerja keras sejak tadi, sedangkan aku, atasannya, yang sebenarnya kemarin mengajaknya untuk lembur, malah telat. Sangat bisa dipahami kalau dia marah padaku.

"Kok malah bengong! Buruan kerja pak!!!" ucap Chika sedikit membentak, membuatku terkejut dan salah tingkah.

Aku sudah hafal sifat dan tabiatnya. Meskipun dia bawahanku, tapi kalau dia benar dan aku yang salah, dia tak pernah segan untuk marah. Aku yang sempat kaget, akhirnya mengalah karena memang aku yang salah.

"Iya, maaf ya Chik, aku telat." tak kudengar jawaban darinya, hanya sebuah anggukan kecil saja.

Akhirnya aku memulai pekerjaanku. Aku beruntung memiliki rekan kerja yang cekatan seperti Chika. Dia ini masuk di kantor ini tak lama setelahku. Sebenarnya kinerjanya bagus, tapi karena background pendidikan, akulah yang akhirnya naik menduduki jabatan asisten manager saat ini.

Tapi soal pekerjaan Chika sangat bisa diandalkan. Orangnya memang sedikit jutek, tidak terlalu banyak omong, tapi kalau sudah dekat dan sudah cukup bisa untuk dia percayai, dia akan berubah menjadi orang yang periang. Sayangnya, hari ini karena aku terlambat, kurasa moodnya benar-benar jelek.

Aku sudah cukup lama mengenalnya. Sikap juteknya itu bukan dari awal ketika kami berkenalan. Ada satu masalah yang membuatnya berbeda sekali saat ini. Perceraiannya 2 tahun lalu membuatnya menjadi wanita yang cukup dingin, jutek, dan sulit untuk didekati. Apalagi dalam kondisi saat ini, dimana aku yang salah karena telat masuk lembur, sudah pasti dia akan sangat marah padaku dan menjadi semakin jutek seperti saat ini.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang