Aventura Lasciva

678 7 0
                                    

Evan melangkah dengan pasti saat memasuki salah satu club malam di daerah Jakarta. Brewok tipis dan rapi menghiasi bagian bawah wajahnya, ditambah dengan setelan rapi dan wangi parfum membuat penampilannya sangat oke seperti biasanya. Tampil dengan maksimal! Adalah mottonya tiap kali ia 'berburu' penghangat tidurnnya. Ini malam sabtu, sebelum pulang ke apartemennya, Evan hampir setiap minggu 'singgah' dulu ke club ini.

Tidak lama matanya melihat kearah tiga wanita yang sedang duduk sambil bercengkerama. Penampilan mereka cantik rupawan dan sudah berdandan, sepertinya memang menyiapkan diri semaksimal mungkin untuk malam ini. Perempuan yang sedang berada di 'kawanan' nya agak sulit untuk dipisahkan.

Evan berjalan lagi menembus kerumunan orang-orang yang sudah mulai berjoget mengikuti alunan musik. Di dekat bar, ia melihat targetnya. Ini dia, wanita tersebut masih menggunakan pakaian rapi seperti baru pulang kerja. Teman wanita disampingnya terlihat sedang menelpon seseorang. Terlihat jelas, wanita incarannya ini menmpilkan wajah bete karena temannya seperti akan meninggalkannya. Dan benar saja, teman wanita tersebut seperti buru-buru meninggalkan sang target sendirian. Evan segera bergerak duduk disamping wanita tadi.

"Bro, kayak biasa ya." Evan memesan minum ke bartender yang sudah ia kenal.

Bartender tersebut lalu memberikan air putih kepada Evan, lalu martini ke wanita disebelahnya.

"Dari Mas di sebelah." kata bartender menjawab raut keheranan di wajah sang wanita.

"Gue Evan." sapa Evan sambil mengulurkan tangan.

"Really?? Hahaha... lo beliin gue Martini sedangkan lo minum air putih? Akhir bulan pak? Shani btw." sambut Shani sambil berjabat tangan.

"Well, udah prinsip gue untuk gak minum alkohol sepagi ini haha..."

"Halah... sok-sokan lo, bilang aja lagi seret haha..." balas Shani.

"Haha kalo ga percaya, kita bisa ke apartemen gue. Kalo jam macet begini kita akan sampe jam 9 malem, nah gue akan minum kalo udah lewat jam segitu."

"Haha bisa aja lo, pede banget gue mau ke apartemen lo."

"PR, konsultan, lawyer?"

"Lawyer. Hebat juga lo bisa nebak."

"Cool, wanna hang out after that? Gue ada wine terbaik menunggu di apartemen gue." kata Evan sambil menunjuk Martini Shani yang sudah hampir habis.

"Oke, in one condition hahaha, lawyer style, no bsdm shit okay?"

"haha sure, i have a condition too. I have a small dick".

...

Shani masih tertawa saat mereka telah memasuki taksi online.

"Gue masih gak nyangka lo sejujur itu, hahaha and what is this? Really, Taxi online? I thought you have a car."

"But you still with me kan? So gak masalah gue pikir. Lagipula taxi online bikin gue gak harus nyetir dan capek, bagus untuk persiapan nanti."

"Buset gue capek banget hari ini", kata Shani.

"kenapa, kenapa? Cerita dong haha..."

"Yakali gue cerita sama stranger"

"Yakali lo pergi ke apartemennya stranger."

Haha, ada benarnya juga pikir Shani. Sakit apa dia kok mau-maunya ke apartemen seorang stranger. One night stand memang bukan yang pertama untuknya sih, tapi... ya gak sama stranger juga. Apa karena bete kerjaan terus bete ditinggalin Gracia tadi? Atau karena pria disebelahnya memang jago dalam hal pick up wanita? Bodo amat deh.

"laper?" tanya Evan saat mereka melangkah masuk apartemen.

"Lo yakin gamau langsung sex?"

"Hahaha. Gue gak buru-buru sih, gue kan tadi janji mau ngasih wine, kita bisa minum dulu, makan dulu or nonton." kata Evan sambil menyalakan TV dan menyetel Netflix.

"Hmm... okedeh, gue laper sih. Eh gue pinjem kamar mandi lo ya?"

"Oke, dan ini handuk buat lo, bersih kok. Hmnn... gue ada juga baju ganti juga kalo lo mau, selow masih baru kok."

"Buset lengkap ya, udah pengalaman banget kayaknya." goda Shani.

Shani menatap tubuhnya di depan cermin. Kulit putih, mulus, dengan buah dada yang tak terlalu besar dan puting berwarna pink kecoklatan. Rambutnya yang Panjang sepunggung diikat keatas olehnya agar tidak basah. Wajahnya cantik dengan lesung pipi yang terlihat saat ternsenyum, banyak temannya menyarankan untuk menjadi artis instagram atau youtube saja karena kecantikannya. Tapi dunia hukum lebih menarik baginya.

Setelah mandi dengan air hangat dan agak rileks, Shani melangkah keluar dengan berbalutkan handuk. Dilihatnya, Evan tengah duduk santai di sofa depan TV, didepannya ada sandwich dan sebotol wine. What's wrong with this man, why he is so nice? Pikir Shani. Shani merasa horny saat Evan melihatnya sambil tersenyum. Shani melangkah mendekat ke Evan.

"Lo emang bisa menunggu ini?" Shani membuka dan menjatuhkan handuknya. Mempertontonkan buah dadanya dan vaginanya. Shani lalu menaruh jarinya diatas vaginanya sambil memainkan sedikit ujung vaginanya.

Dilihatnya Evan masih tersenyum dan mulai berdiri. Shani mengangkat kaki kirinya dan menginjak kasur. Tangan kanannya jadi semakin leluasa mengobel-ngobel vaginanya.

"Ooh... ougghhh... mmpphhhhhh..." desah Shani.

Tak lama kemudian, Evan segera mengambil alih komando dan meletakkan jari tengahnya ke vagina Shani. Sangat basah rasanya. Digesekkannya jarinya semakin cepat di klitoris Shani.

"Ugghhh... oohhhhh! Aahhhhhhh..." Shani menaruh kepalanya di bahu Evan dan mengalungkan tangannya ke leher Evan.

Satu, dua, tiga jari dimasukkan kedalam vagina Shani membuat wanita ini benar-benar lemas bersandar di pangkuan Evan.

"Oohhhhh! Aahhhhhhhhhhh... oohhhhhhh..." mulut Shani membentuk huruf O, ketika Evan memasukkan jarinya dalam-dalam dan memberikan efek getar sedikit di dalam vaginanya.

Shani lalu menurunkan kakinya dan duduk dipinggir kasur.

"Let me see your dick." kata Shani sambil membuka sabuk celana Evan.

"I wanna see your small dick, hehehe..." setelah hanya menyisakan celana dalam, Shani terperanjat melihat bentuknya dari luar. Tidak sekecil yang ia piker, ternyata lebih besar dari ukuran rata-rata orang Indonesia.

"Why? This small dick surprise you?"

"Of course, gue jadi gemes haha, ini gede tau, paling gede yang pernah gue temuin dan bentuknya kok bengkok sih, hihi." Shani perlahan membuka celana dalamnya. Langsung terlihat penis bengkok dan keras di depan wajahnya.

Shani terlihat begitu bernafsu saat menggenggam penis Evan tersebut, tidak lama kemudia dia langsung mengemut penis panjang milk Evan tersebut dan memaju-mundurkan kepalanya.

"Emphh... emphh..."suara Shani saat penis Evan menusuk-nusuk pipi Shani.

Evan memegang kepala Shani dengan lembut sambil terkadang memainkan payudara dan puting milik Shani

"Puah..." suara yang keluar saat Shani selesai memberikan deepthroat, selanjutnya disambung dengan menjilat penis tersebut hingga ke pangkal dan bola pelirnya.

Evan terlihat sangat menikmati hisapan mulut Shani, dia lalu mendorong penisnya sambil memegang belakang kepala Shani dan mengulanginya beberapa kali seolah-olah memerkosa mulut Shani. Setelah puas dengan service Shani, Evan lalu mendorong tubuh Shani diatas kasur.

Shani langsung mengangkan dan berteriak keenakan saat penis Evan melesak masuk ke dalam vagina Shani.

Blesshhh...

Cerita selengakpnya ada di link yang ada di bio.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang