Deirfiúr Mo Chara

718 2 0
                                    

"Hendra... kapan ngerjain tugas nih? besok dikumpulin cuy!!!" tanyaku pada sahabatku.

"Sekarang aja deh, kita ngerjain dirumah gue."

Aku dan Hendra memang 1 kelompok untuk menyalesaikan tugas analisa perancangan sistem. Tugas yang belakangan ini membuat otakku sedikit kacau. Aku dan Hendra berteman sejak semester awal.

Entah hal apa yang membuat kami bisa berteman sampai saat ini. Tapi yang jelas Hendra adalah teman terbaikku. Saking akrabnya kami untuk menginap dirumahnya pun sudah hal biasa bagiku. Semua anggota keluarganya pun mengenalku. Ya, namaku Erlan Darmawan atau teman-temanku biasa memanggilku Erlan.

Sekarang aku berada di dalam mobil Hendra yang sedang melesat membelah jalanan ibu kota. Matahari sore memancarkan sinar kekuningan membuat pemandangan gedung bertingkat menjadi lebih indah. Waktu di jam tanganku menunjukkan pukul 4 sore, lalu lintas saat ini belum terlalu padat. Hendra pun semakin menginjak dalam pedal gas mobilnya yang membuat perjalanan kami menuju rumahnya lebih singkat. Rumah dengan 2 lantai dan pekarangan yang luas.

"Masuk Lan, bokap nyokap gue lagi gak ada," ajak Hendra.

"Emang bokap nyokap lo kemana?"

"Lagi ada acara di Bandung."

"Oh..." jawabku singkat.

Kami pun masuk ke dalam rumah mewah milik keluarga Hendra. Sangat beruntung bocah ini karena terlahir di keluarga yang memiliki harta yang cukup berlimpah. Kami lalu menaiki tangga menuju kamar Hendra yang terletak di lantai dua. Kamar yang cukup besar untuk satu orang dengan fasilitas dan alat elektronik yang cukup lengkap. Ada TV, AC, DVD Player, dan lain-lain.

"Tuh Lan laptopnya. Tinggal pake aja, gue mandi dulu ya."

"Gue bingung mulai dari mana nih Ndra?"

"Catetannya ada di file gue. Lo copy paste aja. Nanti tinggal tambahin." perintah Hendra sebelum menutup pintu kamar mandi.

"Oke deh."

Setelah mendapat arahan dari Hendra, aku mulai mengutak atik tugas yang membebaniku saat ini. Dengan sedikit usaha dan pikiran akhirnya selesai sudah sebagian tugas yang bertepatan dengan Hendra yang keluar dari kamar mandi. Rambutnya masih basah dan handuk masih membelit di pinggangnya. Aku sendiri masih duduk di depan laptop dengan pikiran yang mulai jenuh dengan tugas.

"Kenapa lo Lan?" tanya Hendra.

"Mumet nih pala gue. Lo lanjutin nih! Ntar tinggal di gabungin!"

"Hahahahahahahaha! Gue kira lo kenapa? Yaudah istirahat dulu sana!" suruh Hendra saat Bi Sumi datang membawa nampan berisi dua gelas besar sirup dan sepiring wafer coklat ke kamar Hendra.

"Saya kira siapa? Nggak taunya mas Erlan. Monggo di minum Mas."

"Makasih Bi Sumi."

Bi Sumi, pembantu rumah tangga keluarga Hendra sejak dulu. Sangat setia melayani keluarga Hendra. Bi Sumi sudah kenal akrab denganku, karena aku memang sering menginap dirumah Hendra. Wajahku sudah tak asing lagi di kediaman keluarga Hendra.

"Sana lo istirahat! Sini biar gue yang lanjutin." sergah Hendra.

"Eh, kakak lo mana Ndra?" tanyaku seraya merebahkan badan di atas renjang empuk.

"Siapa? Indira?"

"Ya kakak lo emang siapa lagi selain si Indira."

"Nggak tau gue. Paling dirumah temennya."

Indira, kakak perempuan Hendra. Gadis dengan tinggi semampai dan rambut terurai berwarna hitam pekat, yang selalu bercanda dan berbincang denganku. Gadis cantik dengan kepribadian supel dan baik. Anak tertua di keluarga ini sedang menyelesaikan studinya di sebuah Universitas ternama di Ibu kota. Namun sedari tadi tak kulihat wajah cantik miliknya.

Cerita PendekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang