Kali ini seragam sekolah Michika raib! Kelas mereka baru saja menyelesaikan pelajaran olahraga di gym. Begitu ke kelas untuk mengambil kemeja dan roknya, dua benda sudah tidak ada. Michika cari ke mana-mana, tak ia temukan.
"Eh, Viktor! Elo kan yang ngumpetin seragam Chika? Buruan kasih tau, di mana seragam Chika!" Sophie langsung menuduh Viktor tanpa babibu.
Viktor yang duduk di bangku paling pojok dan paling belakang, sontak menggelengkan kepalanya cepat.
"Sini tas lo! Gue geledah sendiri deh!" Sophie tidak percaya. Ia langsung mendatangi tempat duduk Viktor untuk menggeledah ransel cowok itu.
"Soph, gue tau lo bestie-nya Chika. Tapi jangan ikutan ngerundung Viktor juga dong." Seorang teman dari kelasnya, menahan aksi Sophie.
Selain nerd, Viktor ini bisa dibilang tidak punya teman. Bukannya dijauhi, tapi ia sendiri yang cenderung menarik diri dari pergaulan sekolahnya. Ketika didekati, ia menghindar. Pokoknya, anak itu terlihat lebih nyaman sendiri. Hingga tak heran, kalau kehadirannya sering terlupakan. Tapi karena insiden kemarin, kini namanya jadi diperbincangkan.
"Gue nggak ngerundung! Gue cuma cari segaram Chika!"
"Tapi lagak lo yang kayak pereman, bikin kesan orang lain, Soph."
"Guys, Sophie kan emang gitu. Makanya dia diputusin sama Leroy." Celetuk seorang teman lain yang langsung membuat Sophie meradang. Apalagi setelah celetukkan itu, teman-teman sekelas yang lain jadi ikut menertawainya.
Sophie sudah mau melabrak mereka satu per satu, namun segera Alan tahan. Setelah Michika, Alan tidak mau satu sahabatnya lagi dicap sebagai perundung.
Gara-gara insiden itu, sontak di sisa jam pelajaran yang tersedia, hanya Michika seorang yang masih mengenakan seragam olahraga. Kaos warna putih lengan pendek dan celana panjang warna maroon. Hal itu membuat guru yang mengajar bertanya-tanya.
"Seragam saya ilang." Michika menjawab pendek, jujur dan seadanya.
"Kok bisa ilang?"
"Diambil sama Viktor, Bu." Sophie menimpali.
"Sophie, jangan asal tuduh kamu ya. Nanti jatuhnya fitnah loh."
Sophie hanya memutar kedua matanya jengah.
"Ya sudah, karena kondisi tersebut, Ibu ijinin kamu pake seragam olah raga. Tapi besok kamu sudah harus pake seragam kamu lagi ya."
Michika hanya mengangguk. Setelah merencanakan rencana bersama Oisin, Michika memang jadi lebih tenang.
"Oke, sekarang buka buku halaman 278."
Di tengah pelajaran sedang berlangsung, Michika merasa ada yang mengawasinya. Datangnya dari arah meja belakang, pojok. Dengan pelan, Michika menolehkan kepalanya dan ia mendapat Viktor sedang tersenyum aneh kepadanya.
*
"Weh, Chik, trend baru nih?" Hunter segera menyeletuk saat tanpa sengaja ia melihat Michika bersama Sophie tengah berjalan tak begitu jauh di depannya dan teman-temannya.
Michika dan Sophie sama-sama berhenti, lalu menoleh ke belakang. Mata Sophie secara otomatis langsung tertuju pada mata Leroy yang juga melakukan hal sama. Menyadari sama-sama seperti itu, keduanya langsung membuang muka sambil bergirik.
"Emang nggak panas, pake kaos olahraga dan celana panjang kayak gitu?" imbuh Kahlil.
"Seragamnya dicolong sama Viktor!" Sophie menjawab cepat. Lalu ia segera mengamit Michika untuk segera pergi dari hadapan cowok-cowok itu. "Udah yuk, Chik, cepetan, kita pulang!"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Girl I Met That Day
Teen FictionBagi Oisin, Jaiko sudah seperti sosok pahlawan karena telah menyelamatkannya dari perundungan yang selalu ia alami semasa SD. Sayangnya, pertemuannya dengan Jaiko hari itu, sekaligus menjadi hari terakhir mereka bertemu. Meski semasa SMP Oisin sudah...