Episode 24

0 0 0
                                    

Meski mendapat libur panjang setelah event offline, nyatanya Michika tidak bisa beristirahat dengan tenang. Rentetan kejadian aneh makin sering terjadi padanya. Berawal dari kejadian di UKS dua hari lalu, Michika terus mendapatkan teror. Michika menyebutnya sebagai teror, karena Michika jelas terganggu dengan ulah orang itu. Setelah teror di UKS, teror selanjutnya Michika dapat ketika sedang cuci muka di toilet. Ia melihat ada pantulan ponsel dari cermin yang terarah dari pintu toilet. Selanjutnya pada saat Michika hendak ke kantin untuk makan bersama Sophie dan Alan, di salah satu meja di kantin tersedia berbagai makanan dan minuman dan disertai foto Michika serta secarik kertas yang bertuliskan:

Selamat makan, Michika-ku <3

Saat itu kantin sempat ramai dan anak-anak menuduh itu adalah ulah Oisin. Secara cowok yang digosipkan dengan Michika kan Oisin. Tapi Oisin dengan sinis mengatakan, "Norak."

Artinya, tidak mungkin Oisin melakukan itu. Ingat soal bunga yang pernah Oisin berikan untuk Michika? Di situ, Oisin tidak menyangkal atau berkata apa-apa. Ia membiarkan spekulasi anak-anak beredar karena memang itu pemberian Oisin. Lagian nih ya, masa iya, Oisin akan menggunakan cara itu untuk menunjukkan cintanya pada Michika sih?

"Stalker. Fix, udah pasti lo punya stalker di sekolah ini, Chik." Sophie mengangguk yakin akan kesimpulan yang ia ambil setelah rentetan kejadian yang menimpa Michika.

"Gue setuju. Ini perbuatan stalker. Mungkin stalker ini nge-fans sama lo, Chik. Tapi keblabasan."

Michika menggigit bibir. Ia tidak menyangka ternyata stalker bisa semengerikan ini ya. "Pokoknya gue harus nyari tau siapa stalker ini. Kalo gue nggak bisa nangkep siapa orang ini, hidup gue nggak bakalan tenang."

*

"Kali ini gue percaya Chika nggak ngada-ngada. Mulai dari yang di UKS, terus katanya dia sempet difoto pas di toilet sendirian, yang di kantin, ditambah yang paling baru, barusan gue denger Chika dapet coklat dan bunga mawar pas dia baru masuk ke kelas. Lagi-lagi orang yang ngasih nyertain foto Chika sama sepucuk surat cinta." Abel menggunakan pengamatannya untuk mengamati kejadian yang terjadi pada Michika. Awalnya ia memang sempat mengira Michika mungkin hanya mengalami mimpi pada saat kejadian pertama di UKS. Tapi setelah berturut-turut ada saja yang Michika alami, ia yakin kalau Michika tidak sedang membual.

"Hm. Gue jadi ngerasa dejavu." Hunter menggumam pelan. Seluruh perhatian keempat temannya pun tertuju padanya.

"Dejavu kenapa lo?" Leroy langsung bertanya.

"Kejadian ini ngingetin gue sama masa lalu gue sama Michika pas SMP dulu."

Seperti yang sudah diketahui, Hunter dan Michika berasal dari SMP yang sama. Mereka masuk di tahun yang sama dan berada di kelas yang sama. Keberadaan kelas yang sama itulah, yang membuat Hunter dan Michika saling mengenal. Pada awalnya mereka hanya sebatas saling kenal. Namun lama kelamaan mereka menjadi dekat berkat sikap Hunter yang tengil dan sering menjaili Michika.

Sampai ketika mereka naik kelas 8, mereka masih berada di kelas yang sama. Saat itu, ada satu cowok yang dulunya berasal dari kelas 7 yang berbeda namun di kelas 8 ia satu kelas dengan Hunter dan Michika. Sejak kelas 7, cowok itu sudah naksir Michika, namun tidak berani mendekati apalagi nembak Michika. Nah, di kelas 8, ia mulai berani mendekati Michika, bahkan ia sudah memiliki kepercayaan diri yang tinggi untuk nembak Michika. Sayang, Michika menolaknya.

Cowok itu semula sedih, terpukul dan menjauh dari Michika. Tapi satu minggu setelahnya, cowok itu kembali mendekati Michika. Bahkan ia jadi lebih berani dalam mendekatinya. Ia bilang tidak apa-apa Michika sudah menolaknya, yang penting ia masih bisa dekat-dekat dengan Michika.

The Girl I Met That DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang