27

152 25 5
                                    

Hari itu terasa berbeda bagi Niki. Udara sore yang biasanya segar, penuh semangat latihan basket, kini terasa berat di dadanya. Ia berdiri di tengah lapangan, bola basket di tangannya, namun pikirannya entah kemana. Setiap gerakan terasa lambat, seolah tubuhnya tidak terhubung dengan apa yang ingin dilakukannya. Niki sering melirik ke arah bangku cadangan, namun tidak ada yang bisa mengalihkan pikirannya dari apa yang sedang terjadi dengan kakaknya, Anna.

Saat bola meleset dari sasaran, terdengar suara peluit keras dari pelatih yang membuat Niki kembali tersadar. Ia menarik napas dalam, mencoba fokus kembali, tetapi sepertinya ada sesuatu yang menghalangi. Niki menunduk, tangannya memijat pelipisnya, mencoba mengusir rasa pusing yang mengikutinya sepanjang hari. Sesaat, pikirannya berkelana kembali kepada kejadian-kejadian yang membebani pikirannya, tentang Jay, tentang Anna, tentang rahasia yang harus ia simpan.

Di tengah kebingungannya, sebuah suara menembus keheningan lapangan. "Kau tidak fokus, Niki" kata Jake, seniornya yang sudah lama mengenal Niki di dunia basket. Dia berdiri di sampingnya dengan tatapan tajam, seolah bisa membaca apa yang sedang ada di dalam pikiran Niki.

Niki menatapnya sekilas, mencoba mengalihkan perhatian. "Aku hanya sedikit lelah" jawab Niki sambil tersenyum tipis, mencoba menutupi kekacauan dalam pikirannya.

Jake tidak tertipu dengan jawaban itu. Dia tahu Niki lebih dari itu. Sejak pertama kali Niki bergabung di tim basket, dia selalu memiliki semangat tinggi, tidak mudah goyah. Tapi hari ini, Jake bisa melihat jelas ada sesuatu yang mengganggu Niki.

"Hei" Jake mulai berbicara lagi, kali ini dengan nada yang lebih lembut. "Kau tahu, kalau ada sesuatu yang mengganggumu, tidak ada salahnya berbicara. Tapi jangan biarkan itu menghalangimu melakukan apa yang kau sukai"

Niki menghela napas panjang, perlahan meletakkan bola basket di bawah kakinya dan berjalan menjauh dari lapangan sebentar. "Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan" ujarnya, suaranya hampir berbisik. "Kadang rasanya semuanya terlalu banyak untuk dihadapi dan aku tidak tahu harus mulai dari mana"

Jake mengikutinya, tetap menjaga jarak namun cukup dekat untuk bisa memberikan perhatian penuh pada Niki. "Tidak ada masalah yang bisa diselesaikan dengan terburu-buru" katanya. "Kadang kita cuma butuh waktu untuk berpikir. Tapi jika kau merasa kehilangan arah, itu artinya mungkin kau perlu seseorang untuk membantu"

Niki menoleh ke Jake, matanya mulai lebih terbuka, meskipun masih terjaga ketegangan dalam dirinya. "Apa yang harus aku lakukan jika aku merasa bingung dengan semuanya ? Seperti tidak bisa memercayai siapa pun ?" tanya Niki, menghindari membicarakan masalah Anna secara langsung.

Jake menatapnya dengan serius, merasakan keraguan di balik kata-kata Niki. "Pertama, jangan melawan dirimu sendiri. Jangan biarkan masalah orang lain jadi bebanmu. Dan kedua, kalau kau merasa kesulitan, aku akan ada di sini. Kita bisa mencari tahu bersama-sama. Itu bukanlah masalah besar, asal kita tahu langkah apa yang harus diambil"

Niki tidak langsung menjawab, namun dalam hatinya, ia merasa ada kenyamanan dari kata-kata Jake. Dia tahu Jake tidak akan menghakimi dan akan membantunya mencari jalan keluar, bahkan jika itu berarti membantu menghadapi masalah yang lebih besar dari sekadar latihan basket.

"Tapi aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana" kata Niki perlahan, sesekali menunduk, merasa bimbang.

Jake mengangkat alis, mendekatkan dirinya lebih jauh lagi ke Niki. "Kalau kau butuh bantuan, aku bisa membantu mencari jawabannya. Tapi kau harus siap untuk melangkah"

Niki terdiam sejenak, kemudian mengangguk pelan, merasa seolah sebuah beban sedikit terangkat. Mungkin ini adalah langkah pertama. Mungkin tidak semua yang ada dalam hidupnya harus dihadapi sendirian.

Master ft Jay Park of Enhypen [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang