Anna perlahan membuka matanya, merasakan cahaya terang yang menyilaukan datang dari langit-langit kamar rumah sakit. Kepalanya terasa berat, seolah ada sebuah kabut tebal yang menyelimuti pikirannya. Detak jantungnya berdetak cepat dan rasa bingung mulai menguasainya. Di mana dia ? Apa yang terjadi ?
Lalu, suara lembut memanggil namanya, "Kak..."
Anna menoleh perlahan dan melihat Niki dengan wajah yang terlihat tegang dan penuh kecemasan, tetapi ada sebuah kelegaan yang jelas tergambar saat matanya bertemu dengan mata Anna.
"Niki..." suara Anna terdengar lemah, dan ia merasakan tenggorokannya kering. Bibirnya terasa perih.
Niki memegang tangan Anna dengan lembut, air mata mulai menggenang di matanya. "Kau sudah aman" Suaranya bergetar, tetapi dia berusaha tersenyum. "Aku di sini, Kak. Aku tidak akan kemana-mana"
Anna menatap tangan Niki yang menggenggam tangannya erat, seolah tak ingin melepaskannya. Perasaan kosong yang sebelumnya membelenggunya kini berubah menjadi kehangatan yang sulit untuk dijelaskan. Namun, perasaan itu tetap dipenuhi dengan keraguan dan kebingungan.
"Kau... kenapa aku di sini ?" Anna bertanya pelan, wajahnya menunjukkan kebingungan yang mendalam. Semua yang terjadi sebelum dia pingsan terasa kabur, seperti sebuah mimpi buruk yang tak bisa ia ingat sepenuhnya.
Niki menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Kau... kau melukai dirimu sendiri" Niki menunduk, matanya penuh dengan rasa sedih dan cemas. "Kau hampir tidak sadar. Aku membawamu ke rumah sakit dan mereka menangani luka-lukamu"
Anna terdiam, perasaan bersalah dan sakit hati kembali menghantui pikirannya. "Aku... aku merasa tak bisa bertahan lagi, Niki. Aku merasa terjebak" Suaranya semakin lemah, tetapi penuh dengan kepedihan yang mendalam.
Niki menggenggam tangan Anna lebih erat, mencoba menenangkan kakaknya. "Kak, aku tahu semuanya terasa begitu sulit. Tapi kau tidak sendiri. Aku di sini dan kita akan melalui ini bersama-sama. Kau tidak harus menghadapi semuanya sendirian"
Air mata mulai jatuh dari mata Anna. "Aku... merasa lelah, Niki. Terlalu banyak rasa sakit yang aku rasakan. Aku tidak tahu bagaimana lagi harus melanjutkan hidup ini"
Niki menunduk, wajahnya dipenuhi rasa empati yang dalam. "Aku tahu, kak. Aku tahu betapa beratnya semua ini untukmu. Tapi aku akan selalu ada di sisimu. Kita akan cari cara bersama-sama, kita akan cari jalan keluar"
Anna menggelengkan kepalanya perlahan, merasa sangat tak berdaya. "Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan"
Niki mengusap rambut Anna dengan lembut. "Jangan berpikir seperti itu, kau lebih kuat dari yang kau kira. Aku akan memastikan kau tidak terjebak lagi. Kita akan keluar dari bayang-bayang itu bersama-sama"
Keheningan menyelimuti ruangan rumah sakit itu sejenak, hanya suara detak jantung Anna yang terdengar dalam ketenangan. Namun, di hati Niki, ada sebuah tekad yang kuat untuk melindungi kakaknya dan mengembalikan kebahagiaan yang telah dirampas darinya.
"Kita akan bangkit bersama" kata Niki pelan, tapi penuh dengan keyakinan.
***
Aleyna berdiri di depan Jay, matanya menyala dengan ketegasan, wajahnya serius dan tidak menunjukkan sedikit pun rasa ragu. Dia sudah terlalu lama diam, mengamati apa yang terjadi dan kini saatnya untuk menghadapinya langsung.
"Jay" suara Aleyna berat, tetapi jelas terdengar. "Semua yang telah kau lakukan pada pada gadis itu sudah kelewat batas"
Jay menatapnya dengan tatapan yang tenang "Lalu apa yang akan kau lakukan, Aleyna ? Kau pikir mengancamku bisa menghentikan apa yang sudah terjadi ? Atau kau pikir kau bisa mengubah segalanya dengan satu ultimatum bodoh seperti ini ?"

KAMU SEDANG MEMBACA
Master ft Jay Park of Enhypen [COMPLETED]
Fanfiction(END) "You are my escape so don't ever leave me" - Jay Park.