50

79 11 7
                                    

Begitu pintu kamar tertutup, Anna bisa merasakan suasana di antara mereka berubah. Tidak ada lagi gangguan dari luar, hanya keheningan yang diisi oleh detak jantung mereka yang bergema lebih keras.

Jay melepaskan dasinya, lalu menatap Anna yang masih berdiri di dekat pintu, terlihat ragu.

"Kemarilah" ucapnya, suaranya terdengar lembut namun tegas.

Anna menggigit bibirnya sebelum akhirnya melangkah perlahan. Ia baru saja sampai di hadapan Jay ketika pria itu meraih pinggangnya lagi, menariknya lebih dekat.

Jay menatapnya dalam diam, lalu perlahan menundukkan kepalanya, mempertemukan dahi mereka.

"Terima kasih" bisiknya sekali lagi, kali ini lebih dalam. "Untuk semua ini"

Anna merasakan kehangatan menjalar di seluruh tubuhnya. Ia tidak tahu harus berkata apa, jadi ia hanya mengangguk pelan.

Jay tersenyum kecil, lalu tanpa peringatan, ia mengecup ujung hidung Anna dengan lembut. Gadis itu terkejut, tapi sebelum ia bisa bereaksi, Jay sudah turun lebih rendah, menyentuh pipinya dengan bibirnya.

Anna menahan napasnya.

Kemudian, Jay bergerak lebih lambat kali ini, menatapnya seolah meminta izin.

Anna menatap balik ke dalam mata pria itu dan akhirnya, ia mengangguk pelan.

Jay tersenyum kecil sebelum akhirnya mendekat lebih dalam, membiarkan bibir mereka bersentuhan dalam ciuman yang sangat lembut.

Anna menutup matanya, membiarkan kehangatan itu menyelimuti dirinya. Tidak ada yang terburu-buru, tidak ada yang berlebihan, hanya ciuman yang terasa tulus dan penuh makna.

Saat akhirnya mereka berpisah, Jay tetap tidak bergerak jauh.

Ia masih menatap Anna dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya, hangat, dalam dan penuh kasih sayang.

***

Anna masih terbaring di bawah Jay, napasnya memburu seiring dengan setiap sentuhan lembut yang pria itu berikan. Ruangan terasa lebih hangat dibandingkan sebelumnya, bukan hanya karena suhu di dalam rumah, tetapi juga karena atmosfer yang kini menyelimuti mereka berdua.

Jay menatap Anna dalam-dalam, seolah memastikan bahwa gadis itu tidak keberatan dengan apa yang terjadi di antara mereka saat ini. Anna tidak mengatakan apa pun, tetapi sorot matanya cukup untuk Jay memahami jawabannya. Dengan gerakan perlahan, Jay menarik tubuhnya sedikit ke atas, lalu dengan satu tangan yang cekatan, ia membuka kancing kemejanya satu per satu.

Anna hanya bisa menatap tanpa bisa mengalihkan pandangannya. Setiap gerakan Jay terasa begitu lambat, seakan pria itu sengaja ingin membiarkan Anna melihat semuanya dengan jelas. Saat akhirnya kemeja itu terbuka sepenuhnya, Jay melepaskannya, membiarkan kain itu terjatuh begitu saja di samping ranjang.

Pria itu kembali menunduk, mendekatkan wajahnya ke Anna. Kali ini, ciumannya lebih dalam, lebih intens dibandingkan sebelumnya. Bibirnya bergerak dengan ritme yang tidak tergesa-gesa, memberi cukup ruang bagi Anna untuk mengikuti alurnya. Jemari Jay kembali bergerak, menyusuri lengan Anna sebelum berhenti di pinggang gadis itu, menariknya lebih dekat hingga tidak ada celah di antara mereka.

Anna merasakan tubuhnya semakin tenggelam dalam pusaran kehangatan yang Jay berikan. Ia meremas kain seprai di bawahnya saat pria itu kembali menuruni wajahnya, mengecup sisi lehernya dengan penuh kelembutan. Setiap jejak yang Jay tinggalkan terasa seperti aliran listrik kecil yang menyebar ke seluruh tubuhnya.

"Jay..." suara Anna terdengar lirih, hampir seperti bisikan.

Jay hanya menjawabnya dengan senyum kecil di sela-sela kecupan yang ia berikan. Pria itu berhenti sejenak, menatap Anna yang kini memiliki rona merah di wajahnya.

Master ft Jay Park of Enhypen [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang