IIC (27)

599 50 22
                                    

Tubuhnya tersentak karena interupsi panggilan telepon membuat ibu hamil itu memeriksa ponsel melihat banyak sekali panggilan masuk dari ibu mertuanya.

Menutup mata sambil menjilati bibirnya karena perasaan Ayla sudah tidak enak jika orang tua ini yang menelponnya.

Menelan ludah kasar, akhirnya dia mengintip jika sekarang jam dua dini hari. Orang gila mana yang mengganggu orang lain di malam tenang seperti ini?

Sampai kapan pun Ayla tidak akan pernah suka dengan orang tua ini!

Pandangan Ayla menelisik ke sekeliling saat dia menyadari tidak ada Auden di sampingnya. Ke mana laki-laki itu?

Ayla kembali memeriksa jika dia memang tidak salah lihat Auden tidak ada.

"Ke mana dia?" gumamnya.

Menarik napas panjang, Ayla hanya terdiam membiarkan ponselnya berkedip-kedip dengan panggilan masuk yang entah sudah ke berapa ratus.

"Kenapa orang tua ini?" Muak sekali rasanya melihat semua panggilan ini.

Tapi di mana Auden sebenarnya? Ayla tahu keduanya kembali tentang setelah Auden menjawab dengan lantang soal Sandra, dan Ayla tahu dia tidak akan pernah masuk daftar yang dinginkan laki-laki ini.

"Auden... kenapa kamu buat semuanya jadi rumit? Padahal aku bertahan sejauh ini karena kamu, tapi kamu tidak pernah melihat sejauh itu. Selalu saja Sandra."

"Huh! Muak bangat sama sekalian semua!"

Melihat ponselnya tidak berhenti berkedip, Ayla dengan berat hati mengangkatnya.

"Ada apa, Mami?" tanya Ayla dengan suara tidak senang sama sekali.

"Dari mana kamu, Ayla?"

"Tidurlah. Orang gila mana yang mengganggu orang di jam dua dini hari?!" sindir Ayla walau sepertinya Delisha tidak merasa bersalah akan itu.

"Ah iya. Mami menelpon buat mengingatkan kamu aja, sih. Auden tidak ada sekarang, kan?"

Dada Ayla terasa kembang-kempis dengan pertanyaan ibu mertuanya. Firasatnya sudah buruk sejak awal dan sekarang pertanyaan itu kian membuat lehernya seperti dicekik.

Meremas ponselnya dengan keras, Ayla berusaha mengatur napasnya karena rongga dada begitu sesak. Wanita rapuh itu menjilati bibirnya menahan bulir-bulir bening yang hampir merembes.

"Sampai kapan Ayla kamu akan terus membuat semuanya jadi rumit?"

"Maksudnya?" tanya Ayla sudah tak kuat menahan air matanya dan kian meremas ponsel. Rasa ingin mencampakkan begitu kuat.

"Andai kamu punya otak, seharusnya kamu tidak perlu bertanya lagi. SEHARUSNYA kamu tidak pernah merusak pernikahan bahagia orang lain, membuat Auden dan Sandra pasangan bahagia yang saling mencintai harus bertemu diam-diam karena orang tidak tahu malu seperti kamu yang merusak pernikahan orang lain."

Mulut wanita itu menganga, debaran jantungnya terasa hampir copot. Dadanya terasa sakit sekali dengan tuduhan tersebut.

"Mami mengganggu ketenangan tidur hanya untuk ini?"

"Hanya?" sentak Delisha di ujung telepon membuat Ayla kian meremas ponselnya kuat.

"Ayla! Selain tak punya otak, kamu tidak punya hati. Bagaimana mungkin kamu bisa tidur tenang setelah merusak. Kamu itu PERUSAK!" bentak ibu mertua.

"Aku tahu aku perusak! Ya! Aku memang tak punya otak! Puas, kan?" balas Ayla dengan tubuh gemetaran. Menahan marah, dia akan konfrontasi malam ini pada orang tua sialan ini. Rasa kantuk tadi hilang seketika dan dia akan memenangkan ini.

ISTRIKU INGIN CERAI! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang