Dr. & Me 15

58K 2.5K 17
                                    

Pagi telah datang, hawa sejuk subuh menyeruak masuk ke dalam kamar tidur sederhana milik Jessie.

Alarm membangunkannya, diusapnya wajah khas baru bangun tidur, tapi masih saja terlihat, cantik.

Dia merenggangkan otot-ototnya, wanita disebelahnya masih tidur.

Jessie bangun dari kasurnya dengan perlahan dan ke luar kamar.

"Hoamm..." Stephanie menguap dan merenggangkan ototnya, dia melirik kesebelah kirinya, kosong.

"Jes Jessieee Jessieee" teriak Stephanie dan bergegas meninggalkan kasur.

"Jangan teriak-teriak, aku disini" ada suaranya tetapi dimana orangnya?

Stephanie mendatangi asal suara "sedang apa kau?" Ternyata Jessie ada di dapur.

"Membuat sarapan" jawabnya sembari memasukan roti yang dibeli Stephanie tadi malam kedalam panggangan.

Stephanie menghampiri Jessie, menuangkan air ke dalam gelas dan menegaknya.

"Lebih baik kau mandi, kau akan telat"

"Kau memangnya mau jaga kantin hari ini juga?" Tanya Stephanie.

Jessie mengangguk.

Stephanie mencibir "istirahatlah dulu"

"Kasian Ny.Dave, tak enak hati aku jika tidak masuk lagi"

"Tapi kakimu belum sembuh be..."

"Sudah sana mandi" Jessie mendorong badan Stephanie menjauh.

Stephanie memanyunkan bibirnya "dasar keras kepala" Stephanie berjalan masuk ke kamar mandi.

---

"Queenzy Randy cepat sarapan" teriakan Rafael menggelegar di dalam rumah bergaya modern.

"Iya ayah" jawab Randy ikut berteriak.

"Ayo" ajak Randy setelah selesai menguncir rambut Queenzy.

Randy dan Queenzy berjalan mendekati ayahnya.

Keluarga kecil Lucas sedang melakukan kegiatan rutin mereka yaitu sarapan bersama.

"Queenzy habiskan susumu, Sayang" kata Rafael.

Queenzy menyambar gelas dan menegak habis susunya.

"Habis" dia memamerkan gelas kosong digenggamannya.

"Pintar" Rafael mengusap bibir Queenzy yang belepotan susu.

"Sudah habis, Ran?"

"Sudah yah" jawab Randy sembari membersihkan tangannya.

Setelah menyelesaikan rutinitas, mereka langsung pergi meninggalkan rumah.

---

Jessie dan Stephanie memasuki halaman rumah sakit, Jessie duduk dikursi roda yang tadi malam dipinjamnya di ruangan Rafael. Sebenarnya dia juga enggan memakai kursi roda itu lagi jika tidak dipaksa oleh Stephanie.

Tujuan pertama mereka adalah kantin. Ini sudah pukul 6.10am pasti kantin sudah buka. Jessie merindukan Ny.Dave.

Benar saja, ketika mereka datang Ny.Dave sedang membuka kantin.

"Ny.Dave" panggil Jessie.

Wanita cantik sekitar berumur 35 tahunan itu menoleh ketika namanya dipanggil suara yang sangat familiar baginya.

"Jessie, oh ya ampun" dia menghampiri Jessie dan memeluknya. "Bagaimana kabarmu? Apa kakimu baik-baik saja?" tanya wanita bernama asli 'Laurent Orina Dave'.

Dia memperhatikan setiap inchi kaki Jessie yang diperban.

"Aku baik-baik saja Ny.Dave" Jessie tersenyum "maafkan aku telah menyusahkanmu"

"Seharusnya aku yang minta maaf belum sempat menjengukmu, maafkan aku"

"Tidak apa-apa"Jessie mengembangkan senyumnya lagi.

Ny.Dave baru menyadari bahwa ada seorang selain mereka berdua. "Oh dr.Rubbs, maafkan aku telah melupakanmu" Ny.Dave berdiri tegak dan tersenyum pada dokter muda ini.

"Tidak apa-apa, aku senang melihat kalian berdua seperti keluarga" Stephanie melemparkan senyum manisnya yang mampu membuat David berpaling padanya.

"Tentu, Jessie sudah aku anggap saudaraku sendiri"

"Oh syukurlah kalau begitu, jadi aku tidak terlalu khawatir tentangnya" tawa khasnya terdengar anggun.

"Tentu, ayo kita masuk, apa kalian sudah sarapan?"

"Sudah Ny.Dave" jawab Stephanie.

---

-Rafael pov-

Aku baru saja selesai mengerjakan tugasku sebagai dokter bedah. Aku mengoperasi seorang pasien yang mengidap penyakit kanker payudara.

"dr.Lucas, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya suami si pasien, kelihatannya dia masih muda, ya, mungkin berumur kepala dua.

"Istri Anda sudah dipindahkan keruang ICU" jawabku sembari melepas masker.

"Apa dia baik-baik saja?"

Aku menepuk pundak lelaki muda itu "jangan terlalu khawatir, berdoalah untuk kesembuhan istrimu" aku tersenyum. "Aku harus pergi, permisi"aku meninggalkannya.

Ku berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ruanganku.

"Ibu" seruku ketika membuka pintu ruanganku. Terlihatlah wanita tercantik yang aku miliki sedang melihat-lihat foto yang berjajar di meja kerjaku.

"Oh Rafael" dia tersenyum manis padaku.

Aku berjalan menghampirinya dan mencium pipinya. "Ada apa ibu kemari?" Tanyaku.

Dia masih mengeluarkan senyum angelic-nya. "Aku sengaja kemari" dia mengambil duduk di kasur depan meja kerjaku.

"Kau merindukan anakmu yang tampan ini?" aku memeluknya, haha aku masih sering bermanja dengannya.

"Ishh kau ini" dia menjitak pelan kepalaku.

Aku terkikik, ini lah hal yang paling kusuka, bermanja dengan ibuku. Semenjak ayahku meninggal hanya ibu lah yang aku punya.

Kejadian beberapa puluh tahun lalu, aku masih mengingatnya. Ayahku adalah seorang pilot, dia kecelakaan saat menjalankan tugasnya. Ketika itu umurku sekitar 10 tahun. Setelah kejadian itu, ibuku menjadi orang yang sangat pendiam, sering melamun, dan jarang keluar dari kamar, aku tidak tega melihatnya, aku selalu berusaha untuk mendekati ibuku dan menghiburnya, sampai suatu saat ibuku kembali tersenyum dan menjadi seperti ibu-ibu lainnya yang sering bersosial.

Tidak ada yang lebih berharga dari ibuku dan juga anak-anakku.

"Raf" panggilnya,dia sedang mengelus-elus lengan kokohku.

"Yes?"

"Menikahlah dengan Beverlly"

Dr. & Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang