Dr. & Me 36

39.6K 1.5K 17
                                    


Malam kini kembali lagi untuk menemani warga New York. Langitnya cukup terang dengan taburan bintang yang terlihat menggantung.

Jessie dan Antolin tidak ingin melewatkan malam indah ini, mereka menghabiskan waktu berdua sembari berjalan-jalan disekitar taman yang menjadi saksi bisu kisah pemersatu mereka.

"Bagaimana operasi tadi?" Tanya Jessie sembari menggigit cone es krimnya yang tersisa setengah.

Antolin mendudukkan dirinya di atas rumput yang diikuti Jessie. "Berhasil"

"Syukurlah" seru Jessie dengan senyumnya.

Antolin menatap Jessie yang sedang menghabiskan es krimnya "kau mau?" Tawar Jessie.

Antolin menipiskan jarak diantara mereka dan menjilat ujung bibir Jessie yang tertinggal jejak es krim.

Tentu saja Jessie sangat kaget, wajahnya terlihat sangat tegang.

Antolin menjauhkan wajahnya dan tersenyum "manis"

'You make me melt, boy' seru Jessie dalam hati.

Antolin tersenyum melihat wajah Jessie yang langsung berubah merah "Jes, kau tahu?"

Jessie menggeleng.

"Wajahmu seperti kepiting rebus" ujar Antolin diiringi gelak tawanya.

Jessie memanyunkan bibirnya, dia kesal dengan kelakuan Antolin yang senang sekali mengusilinya.

"Haha, kau lucu sekali" Antolin mencubit gemas kedua pipi Jessie.

"Ouchhhh" teriak Jessie kesakitan. "Sakit" Jessie memukul lengan Antolin.

Antolin terus saja menertawainya.

"Menyebalkan" gumam Jessie.

"Iya iya maafkan aku" Antolin mencoba meredakan tawanya.

Jessie membersihkan kedua telapak tangannya dari rempahan cone es krim, Antolin memberinya botol mineral.

"Jes"

"Hmm" Jessie sedang meneguk air di dalam botol.

"Jika nanti kita menikah kau ingin punya anak berapa?"

Uhuk uhuk...

Kata-kata Antolin membuat Jessie tersedak, pertanyaannya sungguh mengejutkan.

Antolin segera mengelus punggung kekasihnya. "Pelan-pelan, Jes"

Jessie kembali meminum air itu dengan perlahan, takut tersedak lagi. "Hah"

"Kau baik-baik saja?" Jessie mengangguk. "Apa pertanyaanku salah?"

Jessie menggeleng "tidak, hanya saja aku kaget" Jessie menoleh menatap Antolin "kalau kita menikah aku ingin punya anak, hmm dua. Perempuan dan laki-laki, bagaimana dengamu?"

"Aku ingin sebelas"

"What? Banyak sekali" Jessie membulatkan matanya.

Hey, dia pikir hamil itu gampang dan melahirkan itu tidak sakit? Apa dia tidak berfikir cara mengurus anak itu bagaimana? Itu sulit.

Antolin memeluk Jessie dari belakang, membiarkan kepala kekasihnya bersandar pada dada bidangnya "aku ingin memiliki banyak keturunan dari mu, bahkan aku sudah memikirkan akan tinggal disebuah rumah yang sederhana jauh dari kota, nanti didekat rumah kita ada kebun. Kita akan tinggal bahagia di sana" jelas Antolin menggambarkan angan-angannya.

Jessie senyum-senyum sendiri mendengar penuturan lelaki yang dia cintai, dia tidak menyangka kekasihnya bahkan sudah memikirkan hingga jauh ke kehidupan setelah menikah.

"Apa yang kau ingin kan setelah kita menikah nanti?"

Jessie mendangak menatap wajah kekasihnya "aku hanya ingin kau tetap mencintaiku hingga nanti kita tua dan akhirnya terpisah karna maut"

"I will"

Jessie tersenyum mendengarnya, setelahnya dia merasakan bibir lembut menyentuh pucuk kepalanya.

"Aku akan membawamu ke keluargaku"

Jessie terdiam mendengarnya antara malu dan senang.

"Jadi kapan kau akan memperkenalkanku pada keluargamu?" Pertanyaan yang sungguh menyiksa. Apa yang harus Jessie katakan? Dia tidak mungkin bilang bahwa keluarganya meninggalkannya dan dia hanya tinggal bersama kakaknya dan sekarang kakaknya sedang sekarat. Dia tidak ingin membuka aibnya sendiri.

"A ah aku mengantuk, ayo kita pulang" Jessie langsung berdiri dan berjalan lebih dulu meninggalkan Antolin yang masih bingung dengan gelagat aneh Jessie.

Dr. & Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang