-Rafael pov-
Aku dalam perjalanan menuju kantor, aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang.
Aku tidak terlalu fokus, karena ada hal yang aku pikirkan yang membuat fokusku terbagi.
Ntahlah, kenapa aku memikirkan hal ini. Aku memikirkan tentang Beverlly.
Bukan karena aku menyukainya melainkan aku bingung, mengapa Beverlly membohongi kami.
Ya Tuhan, kenapa aku malah memikirkannya.
Aku menghela nafas dengan gusar.
Aku harus tahu seluk beluk Beverlly sebelum dia menjadi pendampingku. Walaupun bisa di bilang aku tidak mencintainya.
Bagiku awal pernikahan tanpa cinta itu tidak masalah, karena sebelumnya juga seperti itu. Aku menikahi mantan istriku sama sekali bukan dasar dari cinta, tapi lama kelamaan aku bisa menerima dan mencintainya walaupun ketika hal itu terjadi dia mencampakkanku.
Hah, sudahlah aku penat memikirkannya.
Ku parkirkan mobilku di parkiran khusus pegawai rumah sakit, setelah itu aku masuk ke dalam rumah sakit.
Hari ini aku ada operasi jam 9 jadi aku harus cepat untuk mempersiapkan operasi.
Aku menekan tombol up di lift, tak lama pintu lift terbuka, aku masuk kexdalam lift. Namun aku mengurungkan niatku setelah melihat seorang yang ada di dalam lift.
Seketika mood ku semakin buruk, ya Tuhan baru datang sudah bertemu dengan orang menyebalkan ini. Shit!
Wanita menyebalkan itu menatapku dengan tajam, aku kembali menatapnya dengan tajam, dia berjalan keluar lift.
Ku angkat dagu kearahnya dan masuk ke dalam lift.
"Apa?" Tanyanya sinis.
"Dasar wanita gila, baru datang sudah bertemu denganmu" kataku sekenanya dan langsung menutup lift.
-Jessie pov-
Aku dari ruangan Stephanie untuk mengantar pesanannya. Sekarang aku berada di lift.
Lift terbuka tepat di tempat tujuanku, lantai dasar, aku melangkahkan kakiku keluar lift, tapi sebelumnya aku melihat orang menyebalkan berdiri di depanku.
Ku tatap tajam ke arahnya dan melangkah keluar dari lift.
Dia kembali melototiku sembari mengangkat dagunya, dia jalan masuk ke dalam lift.
"Apa?" Kataku galak.
"Dasar wanita gila, baru datang sudah bertemu denganmu" katanya yang membuatku kesal.
'Menyebalkan', aku ingin sekali menendangnya namun pintu lift sudah tertutup.
"Awas saja, jika bertemu lagi, aku akan menendangmu seperti ini" caciku sembari berbalik arah dan mengangkat kakiku seakan-akan aku akan menendangnya.
"J Jes",seru seseorang. Oh Tuhan, Antolin. Wajahnya tepat di depan kakiku. Bagaimana ini?
Ini memalukan sungguh, ingin rasanya aku terjun ke jurang yang paling dalam dan tak ingin melihatnya lagi.
Ku tarik kembali kakiku, aku tidak berani menatapnya, jangan kan menatap, untuk menoleh ke arahnya pun aku tak berani.
"Ma maafkan aku dok" segera saja aku meninggalkannya, ntahlah aku berani untuk bertemunya lagi atau tidak.
---
-Author pov-
Rafael dan Antolin keluar dari ruang operasi, operasi berjalan dengan sukses walaupun ada sedikit kendala tadi.
Rafael hampir membunuh pasiennya, jika Antolin tidak memperingatkannya. Dia hampir salah menyuntikan obat.
"Ada apa denganmu, Raf?" Tanya Antolin mengimbangi jalan Rafael.
Rafael membuka masker dan sarung tangannya dalam diam, tak ada niatan untuk menjawab.
"Oh man, kau hampir membunuhnya tadi. Ada apa?"
Rafael masuk ke dalam ruangannya, menaruh asal pakaian operasinya di sofa, duduk di kursinya.
Antolin ambil duduk di depan Rafael. Mereka hanya terpisah oleh meja.
Rafael mengusap wajahnya, guratan wajahnya terlihat nyata bahwa dia tidak dalam keadaan tenang.
"Tell me, why?" Antolin menatap lekat temannya.
"Beverlly" Rafael memainkan pulpen yang ia selipkan dijari kanan.
"Ada apa dengannya?" Antolin mulai tertarik dengan topik bahasan temannya. Dia membenarkan letak duduk.
Rafael menghela nafas, ia masih terdiam.
Antolin menyipitkan matanya, "kau mulai mencintainya?"
Dokter tampan itu menggeleng "tidak, hanya saja dia telah membohongi kami"
"Membohongi kalian?" Antolin membenarkan kacamatanya. "Maksudmu?"
"Kemarin aku, Queenzy, dan Randy ke Disneyland dan bertemu dengannya, ia bilang itu kebetulan, tapi ibuku bilang, dia yang memberitahu Beverlly bahwa kami di Disneyland"
"Mungkin memang kebetulan, Raf" ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi "kenapa ini jadi masalah? Dulu kau juga suka berbohong" Antolin tersenyum meremehkan.
"Sial kau, itu sudah masa lalu" wajahnya terlihat mengeras karena mendengar ucapan Antolin.
"mungkin ini adalah karma"
"Antolin, masalahnya ini menyangkut anak-anakku. Seburuk-buruknya manusia dia juga tidak ingin anaknya buruk"
Antolin tertawa meremehkan "bijak sekali"
"Sialan!"
Rafael melempar pulpen yang dipegangnya, dengan sigap Antolin menangkap.
"Anakmu bisa menerima Beverlly?"
Rafael menghela nafas "ku rasa Randy juga tidak menyukainya"
Antolin mengerutkan keningnya "kenapa?"
"Dia yang mengatakannya padaku, bahwa Beverlly sepertinya tidak bisa menjadi ibu yang baik baginya dan Queenzy"
"Benarkah Randy berkata seperti itu?"
Rafael mengangguk.
"Ck, anakmu sudah dewasa"
"Ya, seperti itulah" Rafael menghembuskan nafasnya pasrah. "Bagaimana denganmu? Kenapa kau belum juga menikah?" Tanya Rafael.
"Ini sudah kita bahas, Raf" Antolin mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Kenapa? Kau tidak laku? Hah" ejek Rafael.
Antolin tidak terlalu peduli dengan ejekan Rafael. Dia melepaskan kacamatanya dan membersihkan kaca dengan tisu yang dia ambil di meja Rafael.
"Aku rasa si penjaga kasir itu menyukaimu"
"Siapa? Jessie?" Antolin kembali memakai kacamatanya.
"Hm" Rafael mengangguk, ia memicingkan matanya menatap teman sejawatnya "apa kau juga menyukainya?"
"Apa maksudmu?"
"Ck, murahan sekali dirimu sampai menyukai wanita macam dia" kata-kata pedas itu tidak bermakna apa-apa bagi Antolin, dia sudah sering mendengar itu dari mulut temannya.
"Kau bahkan lebih murahan dariku, Rafael Darryn"
"Sial!" Ingin sekali Rafael meninju wajah temannya ini, tapi dia tidak mau jika temannya mengganti kacamata menjadi kacamata hitam.
"Oh ya, aku ingin tahu. Apa kau pernah mencintai mantan istrimu? Kalian sudah lama bersama bukan?" Ia menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri.
Rafael menghela nafas, lagi. Seolah dirinya kelebihan udara. "Jika ku bilang tidak maka aku berbohong" Rafael mengusap bingkai foto yang ada di ujung mejanya "Namun disaat aku mencintainya dia pergi"
![](https://img.wattpad.com/cover/44441403-288-k38845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romance[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.