"Aku butuh penjelasanmu, sekarang"
Stephanie menarik Jessie ke meja kosong dekat meja kasir, dia menarik kursi dan mendudukkan Jessie di sana, ia duduk di depan Jessie.
"Jes, sekarang jelaskan padaku"
Jessie menatap bingung Stephanie. "Tentang?"
"Kau dan dr.Raynold"
Sepertinya tema perbincangan ini sangat seru, menurut Ny.Dave. Akhirnya dia ikut duduk di samping Stephanie.
"Hmm ya aku berpacaran"
"Bagaimana bisa?"
"Hmm, karena aku mencintainya dan dia mencintaiku. Ya,,jadinya kita berpacaran",jawab Jessie dengan tersenyum senang.
"Jadi kalian tidak menyia-nyiakan waktu malam itu" lanjut Ny.Dave yang membuat Stephanie bingung.
"Maksud Nyonya?"
"Waktu itu dr.Raynold mengajak Jessie untuk pulang bersama, hingga sekarang dia sering mengajak Jessie pulang bersama" jelasnya.
"Lalu bagaimana kau bisa berpacaran dengannya?" Kali ini Stephanie melontarkan pertanyaan untuk Jessie.
Jessie menceritakan hal indah di malam itu, menjelaskan tentang permainan yang membuat dia dan Antolin bersatu.
"Jadi siapa yang menyatakan duluan? Kau atau dia?"
Jessie menggedikan bahu "ntahlah, lagi pula aku tidak peduli soal itu"
"Apa kau sudah mengenal satu sama lain?" Tanya Ny.Dave.
"Mungkin belum tapi yang jelas dia orang baik"
"Kau senang sekarang?" Tanya Stephanie.
"Sangat!"
"Kuharap kau bahagia dengannya" Ny.Dave tersenyum melihat Jessie sangat senang.
"Terima kasih Ny.Dave"
"Kita bisa double date" ujar Stephanie sembari mengangkat alisnya berkali-kali.
"Ya, kurasa" jawab Jessie dengan diiringi tawanya.
---
Ralina mengantar kedua cucunya ke sekolah. Randy duduk dikursi penumpang di depan bersama dengan neneknya yang menyetir, sedangkan Queenzy duduk tenang dengan boneka teddynya di kursi belakang.
"Ehem" Ralina berdehem, Randy menoleh memastikan neneknya baik-baik saja. "Nenek ingin bertanya sesuatu"
"Apa, nek?" Tanya Randy.
"Menurut kalian Beverlly bagaimana?"
Randy terdiam, dia bingung harus menjawab apa. Untunglah Queenzy yang menjawab.
"Dia terlihat jahat, dia seperti nenek sihir dalam dongeng. Hmm, tapi waktu itu dia membelikanku permen kapas"
"Apa dia masih seperti nenek sihir?"
"Tentu" jawab Queenzy polos.
"Queenzy mau punya ibu baru?"
Randy menoleh ke arah Queenzy, dia sangat antusias dengan jawaban adiknya.
"Tidak! Queenzy tidak mau jika dia menjadi ibu Queenzy, Queenzy tidak mau ibu tiri. Ibu tiri itu jahat"
Ralina menghela nafas, rasanya memang benar. Queenzy tidak menyukai Beverlly, tapi bagaimana dengan Randy?
"Lalu bagaimana denganmu, Ran?"
"A aku rasa dia baik, aku akan mendukung apapun pilihan ayah" Randy sedikit tersenyum.
Ralina kembali menghela nafas, pikirannya kali ini sangat kacau.
---
Rafael baru saja keluar dari ruangan pasien yang dulu pernah ia tangani. Pasien itu agaknya semakin membaik.
Rafael baru selesai mengecek pasien-pasiennya.
Dia ingin kembali ke ruangannya, tapi sebelum itu ia berhenti di meja resepsionis. Meminta tolong untuk memesankan segelas kopi hitam di kantin.
Segelas kopi hitam mungkin bisa membuat mood Rafael kembali membaik.
Dia kembali melanjutkan langkah menuju ruangannya, ia membuka pintu.
"Ibu" serunya.
Ya, Ny.Lucas sedang berdiri di depan mejanya sembari memegang foto anaknya dengan balutan toga dan baju kelulusan.
"Raf" Ralina kembali meletakan foto tersebut pada posisi sebelumnya.
Rafael menghampiri ibunya tapi dia masih belum berani sekedar untuk memeluk dan mencium pipi ibunya. "Ada apa ibu kemari?"
Ralina menyilangkan kedua tangannya di depan dada. "Apa sudah menemukan orang yang kau cintai itu?"
Seketika tubuh Rafael menegang, tangannya panas-dingin. Dia harus menjawab apa? Jika ia bilang 'tidak' perjodohan akan tetap berlanjut, tapi jika ia bilang 'iya' siapa wanita yang dia cintai?
"A ada, bu" ujarnya tergagap.
Bagai sebuah sihir, bibir Rafael bergerak sendiri menyebut kata 'ada'.
'Sial! Apa yang aku ucapkan tadi' gumam Rafael dalam hati.
Ralina mengangkat sebelah alisnya "siapa? Bisa kau kenalkan dengan ibu?"
"Te tentu bu, tentu",jawabnya meyakinkan, bahkan dia sendiri tidak yakin dengan jawabannya.
"Bisa kau suruh dia kemari sekarang?" Tanya Ralina yang membuat Rafael terdiam seribu bahasa. Rasanya Rafael ingin menghanyutkan dirinya sendiri kelaut.
Ceklek
"Ini kopiny..."
"Sayang, kau datang" Rafael menghampiri seseorang yang baru saja masuk dan merangkulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romance[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.