Antolin x Jessica
Kejadian dua minggu setelah pertemuan Antolin dengan wanita cantik yang ternyata seorang dokter baru di departemen mata rumah sakit dia bekerja.
---
Antolin duduk di kantin rumah sakit bersama ketiga temannya, Rafael, Andrew, dan Stewart. Berbincang masalah pekerjaan, pasien, menggosipkan dr. Moses, hingga membicarakan masalah pribadi masing-masing.
"Bagaimana kabar Jessie?" tanya Stewart yang kini menyesap Americanonya.
Setelah menyesap kopi hitam, Rafael kembali meletakkan cangkir kopi di atas meja, melipat kaki kanan di atas kaki kirinya. "Well, dia baik-baik saja, dia sedang sibuk kuliah, hanya saja akhir-akhir ini dia labil. Tiba-tiba moodnya bisa naik lalu turun lagi, sepertinya Jessie memiliki kelainan jiwa" keluh Rafael yang kini memijat pelipisnya.
Stewart menepuk pundak temannya, menenangkan teman listingannya agar tidak memikirkan hal-hal aneh. "Hal seperti itu juga pernah terjadi pada Aleana saat hamil Lula. Aku bahkan sama sekali tak bisa jauh darinya, bahkan waktu itu kalian tahu sendiri aku sampai membawa dia ke kantor" Stewart menceritakan masa kelamnya saat sang istri juga menderita labilitas saat sedang hamil anak pertama mereka.
"Untung saja Aleana tidak ikut ke ruang operasi" tambah Antolin, tangannya terulur mengambil kentang goreng, mencolek ke tempat saus lalu memasukkannya ke dalam mulut.
"Hampir, dan saat itu aku yang menanganinya. Bahkan aku harus dibantu ketiga suster dan Jack untuk menenangkan Aleana yang memaksa masuk ke ruang operasi" kenang Andrew yang diikuti kekehan ketiga temannya. "Hah, saat itu tenaganya sangat kuat, bahkan dia tak sengaja menendang ehem, yang membuatku tidak masuk tiga hari"
Tawa ketiga dokter semakin pecah setelah mendengar curhatan terakhir Andrew.
"Itulah kekuatan wanita yang tidak kita ketahui" Stewart mengambil kentang goreng dan ingin mencocolnya ke saus, ternyata sausnya habis, jadi dengan berat hati dia memakannya tanpa saus.
"Jangan-jangan Jessie hamil?" Celetuk Andrew yang membuat Rafael terdiam.
Lelaki berahang tegas itu kemudian menggeleng "kurasa dia hanya kecapaian dengan tugas kuliah" sergah Rafael.
Ketiga dokter tersebut mengangguk ikut mengamini ucapan Rafael.
"Wah itu kan dokter-dokter baru di departemen mata, cantik-cantik ternyata. Ah, kenapa dokter-dokter baru di departemen kita laki-laki semua" celetuk Rafael membuat Antolin melempar potongan kentang ke arah temannya.
"Mati kau jika melirik wanita lain" tegas Antolin. Enak saja, sudah diberi satu masih ingin yang lain. Antolin bahkan sudah merelakan pujaan hatinya kepada sang teman dengan sangat sangat berat hati, sekarang temannya malah berlaga layaknya playboy lagi. Lihat saja jika Rafael menyakiti Jessie, Antolin adalah orang pertama yang akan menghajar, memukul, atau mungkin membunuh Rafael.
Ugh, menyeramkan.
"Hey, itu Jessica"
Ucapan Andrew mampu membuat mata Antolin yang tadinya menyala menatap Rafael kini menarik diri untuk menatap ketiga wanita yang ada di kasir, atau mungkin hanya satu yang ditatapnya.
"Biar aku yang mengambil sausnya" dengan gerakan cepat Antolin berdiri menjauhi ketiga temannya dengan membawa wadah saus.
"Aku taruhan dua puluh dollar jika Jessica tersipu" Andrew merogoh celana mengambil dompet lalu menaruh beberapa lembar kertas di atas meja.
"Aku bertaruh tiga puluh dollar bahwa Antolin tidak akan berani menghadapinya" kini Stewart yang meletakkan berlembar-lembar kertas dollar di atas meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romance[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.