Dr. & Me 21

50.9K 2.2K 7
                                    

"Hello"

'Hi Beverlly, remember me?'

Tubuh Beverlly bergetar, bahkan hanya mendengar suaranya saja Beverlly sudah terlihat ketakutan.

"C Cody" gumamnya pelan.

'Kau masih mengingatku, Sayang?'

Beverlly segera menutup sambungan telepon, tubuhnya masih bergetar membuat dia harus menopang pada pintu, wajahnya terlihat pucat.

Siapa sebenarnya Cody itu? Mengapa dia bisa membuat seorang Beverlly menjadi ketakutan?

---

Hari sudah berganti lagi, kicauan burung kembali terdengar, rumput-rumput sudah berembun membuat hawa dingin di pagi hari begitu kental.

Rafael sudah sibuk dengan dapur, membuat sarapan untuk keluarga kecilnya. Dia sudah rapih dengan setelan kemeja dan celana bahan bermerk, bahkan dasinya sudah teranyam dengan rapih melingkar di kerah kemeja.

"Randy, kau ikut dengan ayah atau tidak?" Teriak Rafael sembari mengangkat roti yang baru dia bakar dan menatanya di atas piring.

Tak ada jawaban.

"Randy?" Panggil Rafael lagi.

Nihil, tetap tidak ada jawaban.

Apa anaknya masih tidur? Ah dia lupa hari ini adalah hari minggu jadi maklum jika kedua anaknya belum bangun.

Rafael membuka pintu kamar kedua anaknya. Mereka masih setia dengan kasur mereka masing-masing, dengan gaya yang berbeda pula.

Kasur Queenzy terlihat sangat berantakan, guling yang sudah di bawah kasur dan selimut yang bersebrak tak berbentuk, bahkan kepala Queenzy sudah pindah posisi, bukan di bantal melainkan di ujung selatan kasurnya. Hebat sekali anak bungsunya, bisa tidur berputar seperti itu.

Rafael menggeleng kepala.

Beda sekali dengan sang saudara yang terlihat sangat kalem, tenang, dan nyaman dengan posisi tidur manisnya. Kedua tangannya dilipat di atas perut dengan selimut utuh membungkus tubuhnya.

Dia jadi tidak enak untuk membangunkan kedua malaikatnya, tapi dia juga tidak tega meninggalkan kedua anaknya di rumah.

Rafael mengangkat tubuh Queenzy dan membawa ke kamarnya, agar Queenzy dapat tidur lebih tenang. Rafael menyelimuti tubuh kecil Queenzy dan mengecup keningnya.

"Sleep well, my angel" bisiknya.

Dia keluar kamar lalu menutup kembali pintu kamarnya dengan pelan. Rafael mengambil ponselnya yang tergeletak di meja ruang tengah. Dia menekan dial up nomor satu.

"Hi mom"

'Ada apa, Raf?'

"Bu, bisa kerumahku?"

'Baiklah, kenapa?'

"Aku ingin menitipkan Randy dan Queenzy dengan ibu"

'Baiklah ibu kesana'

"Aku tunggu"

Rafael mengakhiri perbincangannya dan berjalan kembali ke dapur melanjutkan kegiatannya yang sempat tertunda.

---

Jessie mengangkat krat bahan-bahan makanan bersama para koki kantin. Inilah rutinitas pagi jika bahan makanan di dapur kantin habis.

"Jes" panggil lelaki berjas putih dengan kacamata yang tersangkut apik di hidungnya, pasti sudah ketebak siapa yang memanggilnya. Antolin.

Jessie menoleh ke sumber suara yang "dr.Raynold" sapanya. Rasa bahagia menyeruak di hati yang memicu jantungnya berdetak dengan cepat. 'Oh Tuhan, jangan sampai dia mendengar detak jantungku' mohonnya.

"Baru buka kah?"

"Bahan-bahan baru datang, dok" Jessie kembali mengangkat krat yang tadi sempat ia anggurkan demi menatap pujaan hatinya.

"Sini aku bantu".

"Ti tidak usah" jawabnya ragu.

"Sudahlah, ayo" Antolin memegang sisi kanan krat dan Jessie di sisi kiri, mereka masuk ke dapur dan meletakan ditumpukan bahan-bahan makanan yang lain.

"Ada lagi?" Antolin menggesekan kedua telapak tangannya lawan arah guna untuk menghilangkan kotoran yang ada di tangannya.

"Sudah dok. Cuci tangan, dokter"

"Kau juga"

"Ah baiklah" mereka mendekati tempat cuci tangan di dapur kantin. Bahkan mereka mencuci tangan bersama, mereka seperti sepasang kekasih.

Setelah Antolin mencuci tangannya, kini dia mengusap tangan penuh sabun milik Jessie dan membilasnya dengan air.

Bahkan Jessie sendiri kaget dengan perilaku dokter yang dia sukai ini, ia hanya diam dan menunduk menyembunyikan guratan merah di pipinya.

"Lihat Jessie dan dr.Raynold, mereka seperti pasangan kekasih ya?"

"Iya, aku rasa mereka cocok"

"dr.Raynold sangat tampan"

Bisikan demi bisikan yang dilontarkan para koki disana agaknya terdengar oleh kedua insan yang sedang mengeringkan tangan dengan handuk kecil.

"Oh hi Tn.Breeze,Tn.Houten dan Mirabella" sapa Antolin ketika melihat ketiga koki dapur kantin sedang berdiri tak jauh dari mereka.

Jessie hanya menunduk tanpa berani menatap ketiga pasang mata yang menatapnya dengan pandangan yang errr berbinar. Namun, jelas berbeda artian tentang berbinar di sini. Tn.Breeze dan Tn.Houten menatap binar Jessie dan Antolin karena mereka sangat mendukung jika kedua orang tersebut bersatu, tetapi Mirabella menatap binar pada Antolin karena dia menyukainya.

"Hi dokter tampan" sapa Mirabella dengan gaya khasnya yang terlihat seperti anak kecil, ck membuat kedua senior koki itu malu saja.

Antolin tersenyum melihat kelakuan koki termuda di sini. Ini sebenarnya bukan sekali dua kali Antolin melihatnya seperti itu.

"Aku harap kalian bisa memasakkan sesuatu yang enak untukku" kata Antolin.

"Tentu" jawab Mirabella tetap pada gayanya.

Jessie dan kedua koki senior itu hanya menatap malas ke arah Mirabella.

"Ayo dok" ajak Jessie yang mulai dibakar kekesalan, Antolin menganggukan ajakan Jessie.

"Aku keluar dulu" pamit dokter tampan itu pada ketiga koki.

"Baik dok" jawab ketiganya kompak.

---

"Mom" sapa Rafael menyambut ibunya yang baru masuk rumah, mengecup pipi ibunya.

"Mana cucu-cucuku?" Tanya Ny.Lucas

"Mereka masih tidur"

"Oh begitu" Ny.Lucas menaruh tas mahalnya di atas buffet ruang tengah.

"Ibu sudah sarapan?" Tanya Rafael dari dapur, dia sedang mengaduk teh hijau hangat untuk ibunya.

Ibunya hanya meminum teh hijau.

"Sudah sayang "Ny.Lucas mendekati anaknya.

"Ini bu" Rafael memberikan secangkir teh pada ibunya.

"Ny.Lucas mengambilnya dan mengaduknya lagi. "Oh iya, kemarin kau bertemu dengan Beverlly?"

Rafael mengerutkan kening, bagaimana ibunya tahu?

"Iya, ibu tahu dari mana?"

Ny.Lucas menyesap teh hijau hangat buatan anaknya. "Ibu yang memberitahunya kalian di Disneyland"

Rafael merubah wajahnya menjadi tegang, bukan takut melainkan kaget.

'Jadi kemarin bukanlah kesengajaan?' Tanyanya dalam hati.

Dr. & Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang