Dr. & Me 23

48.3K 2.1K 17
                                    

Rafael menghela nafas, lagi. Seolah dirinya kelebihan oksigen. "Jika ku bilang tidak, maka aku berbohong" Rafael mengusap bingkai foto yang ada di ujung mejanya "Namun disaat aku mencintainya dia pergi"

Antolin mendengarkan cerita temannya dengan seksama "lalu, kau tahu bagaimana kehidupannya sekarang?"

Rafael mengambil bingkai foto itu. Terlihat foto dirinya dengan kedua anaknya yang sedang tertawa bersama. "Ntahlah sepertinya dia sudah menikah" duga Rafael.

"Kau tahu dari mana?"

Rafael mengelap foto itu dengan tisu dan meletakan pada posisinya lagi, tak ada niatan sama sekali untuk menjawab pertanyaan temannya itu.

"Bagaimana dengan Mia, kau masih menyukainya?"

Rafael tersenyum miring "kau ingat dengannya?"

"Tentu saja mantan kekasihmu dulu"

"Tapi kau jyga menyukainyakan?" Ejek Rafael.

Memang, Mia adalah mantan kekasih Rafael tapi sebenarnya yang menyukai Mia lebih dulu adalah Antolin. Banyak wanita cantik yang disukai Antolin tetapi berujung dengan Rafael. Seperti Mia, Sherryn, Zoey, Tiffany dan Thalia.

Rafael memang sangat berbakat menjadi playboy.

Jika Rafael adalah badboy lain halnya dengan Antolin. Dia sangat pendiam dan tak banyak bermimik. Wajahnya hanya dapat menunjukkan muka datar.

"Sudahlah, itu sangat menyakitkan" sindir Antolin.

"Kau terlalu pasif bung, kau harusnya lebih berani"

"Aku tidak bisa bergaya sok keren sepertimu"

"Kau tidak harus sok keren, kau hanya butuh mendapatkannya lalu, bumb kau tembak dia",jelas Rafael.

Antolin tersenyum "terima kasih atas nasihatnya dokter cinta"

"Sial kau, haha" tawanya khas.

---

-Jessie pov-

Ya Tuhan, Bagaimana ini? Sepertinya aku tidak berani bertemu Antolin lagi, bahkan melihatnya saja aku sangat malu.

Ku lap kembali meja kantin yang sempat tertunda. Kantin sudah tutup.

"Jes" panggil seorang, aku masih tak bergeming.

"Jessie" aku tetap pada pemikiran ku.

"JESSIE ALLISON!" Teriak seorang yang membuatku terbangun dari lamunan.

"I iya" aku menoleh ke sumber suara, oh Ny.Dave.

"Ada apa, Nyonya?" Tanyaku.

"Itu ada yang mencarimu",tunjuk Ny.Dave pada seorang.

Tunggu seorang, lelaki, tampan. Tidakkkk! Dia Antolin.

Aku malu!

"Hi Jes"

Ya Tuhan, bagaimana ini? Aku punggungi dia, aku malu. Ya Tuhan ya Tuhan, bantu aku, tolong buatkan jurang di depanku sekarang juga!

Aku yakin wajahku pasti sangat merah padam,aku malu, sangat malu!

"Jes, kenapa diam saja?" Ujar Ny.Dave.

"A ah i iya, sepertinya sudah selesai, aku kebelakang ya" ku langkahkan kakiku ke dapur.

"J Jes tunggu" dia menghentikan langkahku, ia tepat di depanku. Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan? Aku tidak bisa tenang.

Dia menatapku sangat dekat, aku semakin menunduk "wait, Jes are you sick?" Dia memegang pipiku.

I'LL MELTING NOW, GOD!

Ku rasakan pipiku memanas "a aku baik-baik saja"

"Benar?" Aku mengangguk.

"A ah dok, aku sudah selesai jadi aku harus pulang" aku bergeser untuk melewatinya, tetapi ia menutupinya lagi.

"Kau mau pulang bersamaku?"

WHAT? I HOPE IT'S NOT DREAM!

Ku cubit tanganku sendiri "ouch" ringisku. It's Not a dream, this is real.

"Apa yang kau lakukan?" Dia mengusap bekas cubitanku.

"Ti tidak" gagapku.

"Jadi bagaimana Jes? Sudahlah terima saja" seru seorang yang berdiri tak jauh dariku.

Ya Tuhan, aku lupa di sini masih ada Ny.Dave. Ku tatap wanita cantik yang setiap hari kutemui. Dia mengangguk, bahkan aku melihat bibirnya bergerak 'say-yes'.

"Bagaimana?" Tanya Antolin memastikan, aku menoleh dan mengangguk perlahan.

Antolin tersenyum padaku "baiklah, aku akan menunggumu"

Bibir ku ikut tertarik, aku mengangguk dan berlari ke dapur untuk mengambil barang-barangku di loker.

-Antolin pov-

Ny.Dave mengacungkan dua jempol kepadaku sebagai tanda selamat.

Hah, aku baru saja mengajak Jessie pulang bersamaku dan dia mengiyakan.

Ini pertama kalinya aku akan pulang bersama Jessie, sebelumnya aku gagal mengantarkan dia pulang, karena pasienku kambuh. Namun aku harap kali ini tak ada kendala.

'Thanks God, oh yeah thanks Raf, i'll pay for it' seruku dalam hati.

Jessie keluar dari dapur, penampilannya sangat natural, celana jeans, kemeja lengan panjang dengan dua kacing atas terbuka, sepatu sneakers dan rambutnya yang diikat kuncir kuda. Pure, but awesome.

Aku terdiam terpaku menatapnya dari bawah sampai atas, cantik sekali ciptaanmu, Tuhan.

"Ehem" deheman Ny.Dave membuatku terjaga dari lamunanku. "Sudah cepat sana pulang" ujar Ny.Dave sembari tersenyum.

"Tap tapi kantinnya?"

"Biar aku yang tutup, Jes"kata Ny.Dave

Tanpa disuruh dua kali aku pun mengajaknya "ayo Jes" dia mengangguk malu-malu. Manisnya!

"Ny.Dave kami duluan" pamitku.

"Ny.Dave aku pulang" pamit Jessie.

"Iya sana cepat, nanti kemalaman" Ny.Dave tahu saja apa yang aku butuhkan.

Kami keluar dari kantin meninggalkan Ny.Dave sendirian. kubuka pintu mobil untuknya "masuklah" dia tersenyum dan mulai masuk, ku tutup kembali pintu mobil dan segera masuk ke kursi kemudi.

Mobil sedanku bergerak dengan sangat lamban, aku sengaja mengendarai dengan perlahan, agar aku bisa berlama-lama dengannya.

Ntahlah, sejak kapan perasaanku tumbuh padanya. Aku rasa dia biasa saja, tidak seperti teman-teman kampus yang dulu aku sukai, bahkan jika dibandingkan dengan Mia ataupun Tiffany, aku rasa Jessie kalah cantik. Namun ada yang membuatku tertarik padanya.

Dia anak yang ceria dan selalu tersenyum. Aku menyukainya!

"Ehem" aku mencoba mencairkan suasana yang sedaritadi hening. "Kau sudah makan?"

"I iya dok"

Kruyukkk...

Mencoba berbohong ya?

"Haha, aku harap cacing di perutmu tidak bernyanyi" seketika wajahnya terlihat menyesal.

Sepertinya dia tidak pandai berbohong, ia menggigit bibir dan memegangi perut.

Lucu sekali.

Dr. & Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang