Dr. & Me 20

49.6K 2.2K 6
                                    

-Author pov-

"Kenapa kau membawa gula kapas?"

"Orang itu membelikannya untukku"

Rafael menoleh ke arah yang ditunjuk Queenzy, Rafael cukup kaget dengan kehadirannya.

Beverlly? Bagaimana bisa? Apakah ini sebuah kebetulan? Atau... ntahlah, Rafael tidak peduli.

"Beverlly, kau ada di,sini juga?" Tanya Rafael, ia berdiri dan tersenyum "ngomong-ngomong terima kasih untuk gula kapasnya"

"Hi Rafael, kau disini juga? Oh tidak apa-apa, lagi pula Queenzy menginginkannya".

"Ayah!" Suara yang tak asing, jelas itu suara Randy.

"Randy!" Teriak Rafael sembari melambaikan tangannya.

Randy melihat ayahnya dari kejauhan segera saja dia berlari mendekati. "Huh, ayah kenapa meninggalkan ku" Randy kelelahan setelah berlari "o oh Ny.Green" seru Randy setelah mengetahui ada seseorang selain keluarganya.

"Hi Randy" sapanya sembari tersenyum manis sekali.

"Kau ada disini juga?" Tanya Randy sedikit bingung.

"Iya kebetulan ya, kita bertemu di sini, bagaimana kalau kita jalan bersama?" Ajaknya.

Randy dan Rafael saling bertatapan, mungkin mereka bingung atau mungkin mereka sebenarnya tidak enak untuk menolak.

"Bagaimana menurutmu, Ran?" Rafael melirik Randy.

"A ah, tentu" jawab Randy sekenanya.

"Baiklah ayo",Beverlly mengandeng tangan Queenzy.

Tumben sekali Queenzy mau digandeng olehnya? Mungkin karena gula kapas tadi.

Mereka pun melanjutkan kebahagiaan mereka, semua wahana mereka naiki dan semua tempat mereka jajaki.

Saat ini mereka ada di Istana Beauty & The Beast. Istana ini mirip sekali dengan istana difilm kartun tersebut.

Queenzy sangat bersemangat untuk kesana bahkan dia menarik-narik tangan Beverlly, apa dia salah menarik tangan? Atau dia memang sudah dekat dengan Beverlly? Kurasa memang sudah dekat.

"Wah ada Belle" histerisnya dan berlari kebadut berbentuk Belle.

Queenzy memeluk Belle, ini adalah princess favoritnya. Belle ikut memeluk Queenzy.

Rafael membidik kamera digitalnya ke arah Queenzy dan badut berbentuk Belle yang saling menyilangkan tangan satu sama lain.

"Aku ikut" pinta Beverlly, dia berlari kesamping kiri badut Belle dan ikut bergaya.

"Satu dua tiga" Rafael kembali membidik kameranya.

"Thank you, Belle" Queenzy kembali memeluk badut Belle tersebut. Sekarang mereka terlihat seperti adik-kakak jika sering berpelukan.

Kali ini mereka ada di Restoran Mickey. Queenzy merengek lapar, memang sekarang seharusnya sudah masuk jam makan siang.

"Ayah aaaa" Rafael kembali memasuki makanan ke dalam mulut Queenzy.

"Sini biar aku saja yang menyuapinya" pinta Beverlly.

Rafael tersenyum "tidak usah kau sedang makan"

"Tidak apa-apa, Queenzy makan dengan bibi ya?" Tanya Beverlly.

Queenzy mengangguk, tidak ada penolakan.

Beverlly mengambil piring yang ada di tangan Rafael, 'Queenzy dekat sekali dengan Beverlly? Apa dia sudah menerima Beverlly?' Pertanyaan yang sebenarnya Rafael pikirkan dari tadi. Dia aneh dengan perubahan Queenzy yang sangat sangat sangat berbeda dari sebelumnya. 'Apa karna Beverlly  membelikannya gula kapas?' Lanjutnya.

"Yah, Ayah?" Tak ada tanggapan "Ayah!" Randy akhirnya menepuk pundak ayahnya.

"Ah iya apa?" Rafael kaget dan menoleh ke arah Randy yang duduk di sampingnya.

"Ayah melamun?" Tanya Randy.

"A ah tidak, ayo makan lagi" ajaknya.

"Makanan ku sudah habis"

"O oh begitu" Rafael memakan dengan sedikit gemetar.

-Beverlly pov-

Aku sedang menyuapi Queenzy, bagus aku sudah bisa merebut hati anak ini. Aku harap dia terus seperti ini dan menerimaku menjadi calon ibunya. Sungguh menyenangkan!

Aku menoleh ke arah Rafael, dia sedang menatap ke arah ku, atau ke arah Queenzy? Atau mungkin kita berdua? 'Shit! I don't care'

Aku sangat senang!

Sudah sejak lama aku menyukai pria tampan itu, ketika ayahku menjadi pasiennya atau mungkin ketika aku pertama kali bertemu dengannya, aku tidak ingat kapan aku mulai menyukainya, oh tidak, MENCINTAINYA!

Ayah yang mengusulkan perjodohan ini dan tentu aku langsung menerimanya. Aku sangat mencintainya, sangat.

"Queenzy pintar, makannya sudah habis" pujiku. Oh Tuhan, jika bukan karena aku menyukai ayahnya, aku tidak akan mau memujinya apa lagi sampai menyuapinya.

"Tentu" jawabnya dengan tersenyum "ayo main lagi" ajaknya dengan bersemangat.

"Sebentar sayang, bibi Beverlly saja belum makan" ujar Rafael halus, ya Tuhan kenapa bocah tengik itu bisa seberuntung ini memiliki ayah Rafael.

Mungkin aku sudah terobsesi dengannya sekarang.

"Sudah tidak apa-apa ayo kita lanjutkan lagi" ajakku.

"Ayoooo" dia bersemangat hingga menarik tanganku, 'sakit, bodoh!'.

---

-Author pov-

Tak terasa waktu begitu cepat berputar, langit oren sudah ditelan oleh langit gelap dan terlihatlah temaram rembulan yang menggantung di langit bersama jutaan bintang.

Rafael mengantar Beverlly kembali ke rumahnya.

Beverlly membuka selt belt-nya dan tersenyum pada Rafael "thanks for today"

"Oh tidak, seharusnya aku yang berkata seperti itu, terima kasih telah menemani kami. Kelihatannya Queenzy juga sangat senang bersamamu" jelas Rafael.

"Ah itu biasa, terima kasih telah mengantarku. Mau mampir?"

"Mungkin lain waktu, anak-anak ku sudah tidur, salam saja untuk Tuan dan Nyonya Green"

Beverlly tersenyum manis "Baiklah, terima kasih" dia segera keluar dari mobil mewah milik dokter itu.

"My pleasure" Rafael tersenyum dan black mercy mewah itu menjauh dari rumah Beverlly.

Beverlly melambaikan tangan perpisahan untuk mobil yang telah mengantarnya "ini adalah hari yang menyenangkan" Beverlly tersenyum dan bergegas masuk ke dalam rumahnya.

Sebelum Beverlly dapat meraih gagang pintu, ponselnya berbunyi lantas dia mengambilnya.

Tanpa nama?

Beverlly pun ragu-ragu menjawabnya.

"Hello" sapa Beverlly pelan.

'Hi Beverlly, remember me?'

Seketika raut wajah Beverlly berubah terkejut mendengar suara orang disebrang sana.

Dr. & Me [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang