-Rafael pov-
Mobilku terus melaju membelah jalanan New York.
Lagi-lagi aku telat untuk menjemput anak-anakku. 'Maafkan ayah, Nak' aku terus meminta maaf dalam hati, ya walaupun tidak ada yang mendengarnya.
Tujuan awalku adalah ke sekolah Randy, karena sekolahan Randy searah jika dari rumah sakit.
Aku memarkirkan mobilku di halaman sekolah Randy, lumayan sepi. Karena sudah sekitar sejam yang lalu sekolah ini selesai, hanya terlihat beberapa anak yang sedang menunggu jemputan, mungkin.
Ku tolehkan kepalaku kekanan dan kekiri mencari Randy, hingga aku masuk kedalam sekolahnya. Ku cari ruang kelas 11-2 Ilmu Alam.
'Oh, di sana' aku bergegas menghampiri kelas itu, sepi.
Ku edarkan pandangan keseluruh kelas, berharap ada Randy di sana. Nihil.
Aku menghela nafas.
"Permisi" seru seseorang, aku memutar badanku.
Wanita berkacamata ya umurnya mungkin seumuran ibuku, sepertinya dia guru disini.
"Oh ya, saya Hannah, saya guru disini. Ada yang bisa saya bantu?" Ucapnya mengenalkan diri sembari mengulurkan tangan.
"Oh aku Rafael, aku wali dari Randy siswa 11-2 Ilmu Alam" jelasku sembari menjabat tangannya.
"Oh Randy, bukankah dia sudah pulang?"
"Pulang?" Tanyaku kaget.
"Iya tadi ada yang menjemputnya, dia bilang dia wali dari Randy juga"
"Walinya Randy?" Tanyaku lagi
Ya Tuhan, siapa dia? Kumohon lindungi Randy, aku harap dia bukan penculik.
"Dia seorang wanita dan Randy juga mengenalnya". Aku masih terdiam, aku berusaha berfikir. Apa ibu? Tapi kenapa ibu tidak memberitahu ku jika menjemput Randy?
"Ah apa kau tidak tahu Tuan?" Tanya Hannah, dia mengetahui wajah khawatirku.
"Apa dia neneknya Randy?" Tanyaku takut-takut, siapa tahu itu bukan ibu.
"Hm, dia masih terlihat muda untuk dibilang nenek" jelasnya.
Ibuku juga tidak pantas jika dipanggil nenek, percayalah wajahnya masih muda.
Oh Tuhan, aku bisa gila. Siapa dia?
"Apa sudah lama dia menjemputnya? Apa dia memberitahu mu kemana mereka akan pergi?" Tanyaku lagi.
Sekarang aku benar-benar cemas.
"Randy bilang dia akan menjemput adiknya" katanya.
"Baiklah, aku permisi" aku langsung berlari meninggalkan guru Randy, aku tidak peduli dia akan menganggapku tidak sopan, yang aku pikirkan sekarang adalah Randy.
---
"Beverlly pov-
Saat ini aku dan Randy, putra sulung dari calon suamiku sedang berada di sekolah anak bungsu Rafael yang menyebalkan itu. Siapa lagi kalau bukan si Queenzy nakal itu.
Sebenarnya aku juga malas untuk menjemput mereka, jika tidak untuk mendekati ayahnya yang sebentar lagi menjadi suamiku.
Aku dan Randy berjalan menyusuri lorong menuju kelas Queenzy.
Ku lihat anak menyebalkan itu sedang tertawa bersama seorang wanita, sepertinya itu gurunya.
"Permisi" ujarku tersenyum ramah. Haha ini hanyalah topeng, tenang saja.
"Oh hi" ujar wanita cantik itu berhenti tertawa dan segera berdiri.
"Nenek sihir" seru Queenzy pelan, tapi aku masih dapat mendengarnya, ingin rasanya aku menampar anak itu, tapi tidak mungkin, jadi aku hanya tersenyum, terpaksa.
"Queenzy kemari" seru Randy, bocah itu berlari kearah Randy.
"Kau akan menjemput Queenzy?" Tanya gurunya.
"Oh iya, aku yang akan menjemputnya" jawabku masih dengan senyum manis, yang sebenarnya aku juga muak.
"Aku tidak mau pulang denganmu!" Teriak bocah tengik ini. Sial! Apa-apaan dia.
"Queenzy!" Bentak Randy.
Si guru itu menyamakan tinggi di depan Queenzy "bibi ini dan kakakmu kan sudah menjemputmu jadi kau pulang bersamanya ya?" Katanya lembut, tidak pantas anak kecil ini dilembuti, cih.
"QUEENZY TIDAK MAU! QUEENZY MAU DIJEMPUT AYAH!" Teriaknya lagi yang memekakan telinga 'shit! I hate kids'
"Queenzy ayo kita pulang" ujarku sebisa mungkin lembut.
"Queenzy pulang sama bibi ini ya? Kan ada Randy juga" lanjut guru itu sembari mengelus rambut Queenzy, cih menyebalkan.
"Yasudah kalau begitu, kami pamit pulang" ujarku tersenyum.
"Baiklah..." ucapan guru itu terpotong oleh teriakan setan kecil ini, huh menyusahkan.
"AKU TIDAK MAU!"
"Ayo Queenzy" ajak Randy.
"Tidak mau!"
"Queenzy kau tidak boleh begitu"
"Pokoknya tidak mau!"
Hah, setan kecil. Menyusahkan sekali.
Aku menarik tangannya "ayo Queenzy"
"Tidak mau!" Dia malah memeluk kaki gurunya, sedangkan Randy hanya terdiam Sial!
Aku terus menariknya "ayo Queenzy"
"Tidak mau!"
"Queenzy!" bentakku, aku sudah tidak tahan dengan kelakuannya. Namun, ya Tuhan Beverlly kau terlalu sembronoh.
"Nyonya! Jangan membentak adikku" ujar Randy kalap, terlihat wajahnya yang mengeras dan menatapku horor. Aku hanya dapat menelan ludahku.
"Ayo Queenzy" Randy melepaskan pelukan Queenzy pada kaki gurunya.
Sial!
"Randy Queenzy" teriak suara seorang lelaki, tunggu aku mengenalnya.
Rafael?
"Ayahhhhhh!" Queenzy berlari menghampiri ayahnya.
Kenapa Rafael harus datang disaat yang seperti ini, oh Tuhan aku harap tidak akan terjadi hal yang fatal.
"Kau baik-baik saja sayang?" Tanya Rafael pada Randy, dia mengangguk. Rafael menggendong Queenzy.
"Beverlly?" Serunya, aku tersenyum menanggapi.
"Raf" panggilku.
Dia menghampiriku "kau yang menjemput Randy?" Tanyanya, aku mengangguk dan tersenyum.
"Oh kenapa kau repot-repot sekali? Dan... bagaimana bisa kau mengetahui sekolah Randy dan Queenzy?"
"Ah tidak repot kok, aku tahu dari ibumu" jawabku.
"Oh begitu, oh Mrs.Ovine" sapanya pada guru itu.
"Tn.Lucas" jawabnya tersenyum.
"Ayah ayo kita pergi" rengek si bocah tengik itu.
"Baiklah, kalau begitu kami pergi dulu Mrs.Ovine" pamit Rafael pada guru si setan kecil.
"Ya baiklah Tuan"
"Oh ya, Beverlly terima kasih telah menjemput anak-anakku"
Aku tersenyum "sama-sama"
Rafael, you make me melt.
"Yaudah kami pergi dulu" Rafael dan Randy berbalik arah meninggalkan kami. What? Dia meninggalkanku? Dia tidak menawariku untuk pulang bersama atau sekedar ke kantornya?
Tanpa disangka Rafael berhenti dan balik badan kearahku "oh ya, kau ingin ikut ke kantorku, Beverlly?"
Bingo!. "A ah tentu" jawabku tersenyum senang dan segera berlari mengejarnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romansa[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.