Matahari sudah berjalan ketahtanya menggeser sang rembulan yang akan berpindah tempat.
Wanita cantik yang diberi nama Jessie Allison masih asik pada posisi tidurnya di atas sofa.
Drrtt Drrtt...
Ponselnya bergetar, mau tidak mau dia harus tersadar dari tidurnya. Matanya masih tertutup tapi tangannya terus bergeser mencari ponsel.
Dapat! Dia menggeser layar ponselnya dan meletakkan di telinga kiri.
'Jes, aku sudah didepan apartemenmu'
Seketika tubuh Jessie terduduk dan matanya melebar.
"A ah, jam berapa sekarang?"
'Setengah enam'
"Ya Tuhan"
Dia mengusap wajahnya yang masih sangat khas seperti orang baru bangun tidur.
'Ada apa?'
"A ah tidak"
'Kau baru bangun?'
"Hehe" Jessie terkekeh.
'Ya Tuhan, cepat mandi'
"Baiklah, sebentar"
Jessie berlari ke kamarnya sambil membawa ponsel yang masih menempel di telinganya.
Dia kembali berlari ke luar kamar dan membuka kunci rumahnya tanpa membuka pintu.
"Jika kau mau menunggu di apartemenku datang kelantai 3 nomor 614. Aku akan mandi sekarang, bye"
Jessie mematikan panggilan secara sepihak, dia melempar ponselnya ke sofa dan segera berlari masuk kamar.
Antolin keluar mobil setelah Jessie mematikan panggilan. Dia berjalan masuk ke dalam apartemen Jessie. Masih sepi, hanya ada seorang lelaki yang sedang duduk di balik meja resepsionis.
"Permisi" ujar Antolin sopan.
"Silahkan" jawabnya.
Ia melanjutkan masuk ke dalam lift, menekan nomor 3. Ting! Sampai, dia keluar lift dan mencari rumah nomor 614.
Ketemu, dia mengetuk pintu rumah bernomor 614. Tak ada jawaban.
Antolin baru ingat bahwa Jessie sedang mandi, dia membuka pintu rumah, untung tidak dikunci.
"Jes" serunya, tak ada sahutan.
Terdengar suara gemericik dari arah pintu sebelah barat. Pasti Jessie sedang mandi.
Ceklek
Pintu terbuka, keluarlah Jessie dengan menggunakan kemeja putih berlengan panjang dan juga celana jeans berwarna hitam dengan rambut yang tertutup handuk."Jes" panggil Antolin tersenyum melihat kekasihnya yang sudah segar.
"Antolin" dia ikut tersenyum "aku ke kamar sebentar" Jessie berlari masuk kamar yang bersebrangan dengan kamar mandi.
Antolin tersenyum melihat Jessie yang berlari dengan lucunya. Dia berjalan kearah buffet sembari menatap ke setiap arah. Menilik setiap inchi ruang tengah rumah Jessie. Rapih bersih dan apik.
Antolin melihat-lihat foto yang terpajang di ruang tengah. Banyak sekali bingkai fotonya. Dari foto yang berukuran besar sampai yang kecil dan dari foto bergaya sendiri, bersama Stephanie sampai foto bersama laki-laki. Tunggu, laki-laki?
Foto Jessie dan lelaki itu sangat menarik perhatian Antolin, dia mengambil bingkai foto itu dan menatap dengan seksama.
Difoto itu Jessie memeluk lelaki dari belakang. Antolin menatap lelaki yang dipeluk Jessie, tunggu. 'Seperti pernah lihat, tapi dimana?'
"Antolin" panggil Jessie yang baru saja keluar dari kamarnya.
Antolin menoleh, ia letakan kembali foto itu ketempatnya "sudah?"
Jessie mengangguk, "oh iya, kau mau minum sesuatu? Maaf aku sampai lupa untuk membuatkan minum" Jessie berjalan ke dapur.
"Tidak usah, aku rasa kita harus berangkat sekarang. Kau akan telat"
Jessie melirik jam tangannya, sudah hampir jam enam. Dia akan telat lagi sepertinya. "Ah baiklah kalau begitu, ayo"
Antolin dan Jessie berjalan keluar dari lift. "Selamat pagi, Tn.Durkheim"
"Oh pagi Jes" lelaki ini adalah penjaga apartemen yang Jessie tinggali. "Kau yang tadi? Ternyata kau tamunya Jessie".
Antolin yang merasa ucapan itu untuknya hanya tersenyum.
"Iya dia tamuku"
"Siapa dia? Aku baru melihatnya, biasanya Stephanie yang datang"
"Dia..." Jessie menoleh ke arah Antolin sembari tersenyun, tangan yang saling menggegam itu semakin erat. "Dia kekasihku"
"Benarkah? Wah pasti Kevin sangat senang jika mengetahui hal ini, oh ya bagaimana keadaanya?"
Senyuman Jessie agaknya memudar setelah mendengar nama kakaknya diucapkan "dia baik. Oh ya, kami permisi dulu, Tuan"
"Kami permisi, Tuan" tambah Antolin yang mengikuti Jessie.
"Ya, hati-hati" jawab lelaki bermarga Durkheim.
Antolin membukakan pintu mobil untuk Jessie, setelah Jessie masuk, ia pun ikut masuk ke dalam kursi kemudi.
"Jes"
"Iya?"
"Boleh kutanya sesuatu?" Jessie mengangguk. "Siapa Kevin?"
Jessie menoleh dan tersenyum "nanti akan ku kenalkan"
Antolin mengangguk dan kembali fokus pada jalanan, walaupun di dalam pikirannya ia memirkan tentang lelaki bernama Kevin, apa Kevin adalah lelaki yang di foto itu?
Mereka sampai dirumah sakit, Antolin membukakan pintu untuk Jessie, dengan senang hati Jessie keluar.
Setelah mengunci mobil, mereka berjalan keluar parkiran, Antolin menyelipkan jari-jarinya pada jari-jari Jessie.
"Kau telat tidak apa-apa?" Tanya Antolin.
"Aku rasa tidak apa-apa, Ny.Dave pasti memakluminya"
"Memaklumi apa?"
"Kita yang sedang kasmaran" jawaban Jessie sungguh menggelikan, bahkan dia sendiri tertawa.
Antolin ikut tertawa dan mengusak rambut kekasih barunya "kau ini"
Mereka masuk ke dalam kantin yang sudah buka, masih sepi. Hanya terlihat dua orang wanita yang sedang berbincang.
"Itu Jessie" seru Ny.Dave, wanita yang membelakangi Jessie segera menoleh, ternyata Stephanie.
"Kau telat 23 menit Ny.Jessie Allison Scharell" ujar Stephanie dengan wajah datarnya.
Jessie terkekeh "kau terlalu pagi datangnya dr.Stephanie Arlin Rubs"
"Oh dr.Raynold" Stephanie baru menyadari keberadaan dokter bedah itu disamping temannya.
Bukan hanya bediri berdampingan, tetapi tangan mereka saling menyatu. Terlihat sekali sangat erat. Stephanie tidak menyangka bahwa temannya bisa berpacaran.
Jaman kuliah Stephanie tidak pernah melihat Jessie berpacaran, jangankan berpacaran, melirik lelaki pun tidak sama sekali padahal banyak sekali lelaki yang menyukai Jessie waktu itu.
"Sepertinya aku harus masuk sekarang" seru Antolin.
"Kau mau masuk?"
Antolin mengangguk "aku harus memeriksa pasien-pasienku"
"Baiklah"
Antolin mengecup kening Jessie yang membuat wanita-wanita di,sana terkejut termasuk Jessie "aku pergi" setelahnya Antolin berlalu keluar kantin.
"Ahhh" Stephanie masih menampakkan wajah terkejutnya. "Dia menciummu, menciummu, Jes".
Jessie tersenyum.
"Kau bahkan sudah berani telat Jessie" seru Ny.Dave dengan senyum miringnya.
"Maafkan aku, Ny.Dave"
"Aku butuh penjelasanmu, sekarang"
![](https://img.wattpad.com/cover/44441403-288-k38845.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Storie d'amore[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.