"Ini kekasihku"
Seketika wajah Jessie kaget dan memerah, tak beda jauh dengan Jessie, Mia terlihat kaget, tapi dia masih bisa menutupi kekagetannya dengan gigi putihnya yang terus ia pamerkan. "Oh hi, siapa namamu? Aku Mia, teman Antolin semasa kuliah" Mia mengulurkan tangannya.
"Hi. Aku Jessie, senang berkenalan denganmu" Jessie menyambut tangan Mia.
Mia tersenyum senang "aku juga senang berkenalan dengamu, bahkan aku seneng mengetahui bahwa..." Mia mengecilkan suaranya dan mendekatkan kepalanya ke arah Jessie "Antolin menyukai wanita"
Seketika kedua wanita tersebut tertawa bersama membuat Antolin yang memang dengar dengan jelas ucapan Mia mendengus kesal.
"Haha, Jes kau tahu? Antolin memiliki teman bernama Rafael, mereka sangat lengket sampai tidak bisa dipisahkan, bahkan ketika kuliah mereka dikira gay, hahaha" adu Mia.
"M Mia, apa yang kau katakan?" Ujar Antolin malu.
"Hah benarkah? Lanjutkan aku ingin dengar" jawab Jessie antusias.
"Mereka bahkan tinggal bersama dan tidur dikasur yang sama"
"I itu karna tidak ada kasur lain di kamar itu" Antolin mencoba membela diri.
"Seharusnya Rafael sekamar dengan Charles dan kau memohon pada Rafael untuk sekamar denganmu karna kau takut setelah mendengar cerita hantu tentang asramakan?"
"Benarkah? Kau penakut sekali, haha" gelak Jessie terdengar sangat puas, bahkan tawanya terdengar nyaring.
"M Mia cukup Mia" Antolin berusaha menghentikan cerita-cerita yang akan dilontarkan Mia selanjutnya, ah itu sungguh memalukan. Masa lalunya memang kelam, Antolin mengakui itu.
Ketika dulu ia terus mengikuti kemana Rafael pergi, bahkan jika Rafael tidak pulang tepat waktu, Antolin akan menelpon berkali-kali sampai Rafael benar-benar frustasi dan akhirnya pulang. Antolin juga orang yang paranoid, dia takut dengan hantu sampai sekarang dan sering berfikir bahwa semua yang dia sugestikan akan menjadi kenyataan.
"Dan kau tahu? Antolin bahkan pernah tidak tidur semalaman setelah mendengar cerita hantu di asrama"
"Y ya itu karna aku memang tidak bisa tidur"
"Bohong, Rafael bahkan mengatakan kalau kau menaruh jimat, sapu, dan kayu didekat kasur kalian"
"I itu kan hanya untuk berjaga-jaga saja"
Jessie menoleh ke arah Antolin dan tersenyum meremehkan "kau terlalu paranoid"
Antolin hanya bisa terdiam ditertawai oleh dua wanita cantik disekitarnya.
Kebahagiaan itu tak berlangsung lama, karna suara ponsel Mia mengintrupsi tawa mereka. Mia mengambil ponselnya yang terus berdering. 'Cody Calling' dia menjawabnya.
"Ya aku kesana sekarang"
Telepon diputuskan secara sepihak oleh Cody, Mia memasukkan kembali ponsel ke dalam tas dan mulai berdiri "Antolin, Jessie aku harus pergi sekarang. Lain kali kita berbincang lebih banyak, aku akan menceritakan tentang Antolin padamu, Jes" ujarnya diiringi dengan tawa.
"Tentu aku akan mendengarkannya dengan senang hati" jawab Jessie.
Antolin menghela nafas, akhirnya penderitaannya berakhir, setidaknya Mia tidak akan menceritakan kehidupan kelamnya pada Jessie didepannya lagi untuk saat ini.
"aku pergi, bye"
"bye, hati-hati, Mia" salam Jessie pada teman barunya.
"Hah akhirnya pulang juga" Antolin menghela nafas dan meminum iced tea nya yang sedaritadi ia angguri.
"Dasar paranoid" Jessie mencubit kedua pipi Antolin "aku kerja dulu" Jessie mulai berdiri dan meninggalkan Antolin.
"Kau mau kemana?" Pertanyaan Antolin sama sekali tak digubris, Jessie terus melenggang menjauh dari kekasihnya.
---
Bel pulang kembali terdengar, suara terindah yang pernah murid dengar di sekolah, murid-murid di kelas 11-2 Ilmu Alam bersorak senang, semuanya membereskan alat tulis ke dalam tas.
"Saya cukupkan pelajaran hari ini, selamat siang" Tn.Whiska keluar kelas.
Randy berdiri dan mulai meninggalkan kelas.
"Hey tunggu" teriak seorang dari arah belakang yang ditujukan untuk Randy, merasa ada seorang memegang pundaknya dia pun menoleh, London sedang mengambil nafas karna lelah mengejar Randy.
"Ada apa?"
"Nanti sore aku akan ke rumahmu untuk mengerjakan biologi, kirimi aku alamatmu"
"hmm tapi ak..."
"Oh iya aku lupa, catat nomor telponku" seru London. Randy hanya bisa diam "kenapa diam? Ayo cepat catat nomorku? Apa kau mau aku yang mencatatnya?"
"Akuu tidak punya ponsel"
"hahaha, tapi sayangnya leluconmu tidak lucu, cepat berikan ponselmu" ujar London yang mulai kesal dengan tingkah si lelaki aneh yang sekarang menjadi teman sebangkunya.
"Aku tidak bercanda"
London menatap Randy, ia mencoba mencari kebohongan dari ucapan Randy, tapi sepertinya memang benar. Ini gila, siapa orang yang tidak punya gadget diera semodern ini? Apa dia tidak mampu untuk membeli ponsel? Tapi dia terlihat seperti orang berada, lalu apa alasan logis lainnya?
"Kau? Tidak punya ponsel dizaman semodern ini? Kau serius?" Randy mengangguk "hah, ini gila, apa Ayah dan Ibumu tidak mampu membelikanmu ponsel? Lalu kita harus bagaimana?"
"Kau ikut ke rumahku sekarang"
"Sekarang? Tap tapi aku belum bilang ayahku"
"Kau bisa memberitahukannya lewat ponsel canggihmu itu atau jika kau tidak mampu untuk mengisi ulang pulsamu, di rumahku ada telepon rumah" kali ini Randy yang berbalik mencela London.
"Sial, aku masih mampu membelinya" dengus London sembari menghentakkan kakinya.
'Dia terlihat lucu saat kesal, sweet girl' gumam Randy dalam hati.
"Ayolah, ayahku pasti sudah menunggu" Randy menarik tangan London keluar sekolah dan menghampiri mobil hitam ayahnya. Randy membukakan pintu belakang dan membiarkan London masuk lebih dulu "cepat masuk" titahnya.
"Iya iya" London pun masuk ke dalam mobil keluarga Lucas dilanjut oleh Randy.
"Hai, Ran. Dan siapa ini? Ayah baru melihatnya" seru Rafael.
"Siang ayah, ini temanku, dia anak baru namanya London, dia akan belajar bersama denganku, jadi kita langsung pulang saja, yah" jelas Randy.
"Hi paman, aku London temannya Randy, maafkan aku jika merepotkan"
Rafael tersenyum, akhirnya anaknya memiliki teman juga yang diajak ke rumah, selama Randy bersekolah, Randy sama sekali tidak pernah mengajak temannya ke rumah, bahkan Rafael juga tidak tahu anaknya memiliki teman atau tidak di sekolah. "Hi London, paman senang Randy membawa temannya ke rumah" Rafael mulai menyalakan mesin mobilnya dan melaju meninggalkan halaman sekolah Randy.
"Kau masih dijemput ayahmu? Kau masih manja ternyata" bisik London pada Randy.
"Ini kemauan ayahku" jawab Randy.
Randy melihat ke arah kursi depan, ternyata adiknya tertidur, dengan sengaja dia mencolek pipi Queenzy yang sedang asik tertidur, Queenzy pun merasa terganggu, ditampiknya tangan usil kakaknya, Randy kembali mencolek pipi Queenzy lagi-lagi ditampik oleh Queenzy, Randy mencolek pipi Queenzy lagi hingga membuat suara nyaring Queenzy menggema di dalam mobil.
"Randy, jangan usili adikmu, dia sedang tidur"
Randy terkekeh dan kembali pada posisi duduk nyamannya.
"Dasar usil" bisik London lagi.
"Itu sangat menyenangkan, kau harus mencobanya jika kau punya adik" ucapan terbodoh yang pernah London dengar dari seorang kutubuku seperti Randy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romance[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.