-Author pov-
Randy tidak langsung memutuskan panggilan, dia ingin mendengar perbincangan ayah dan neneknya. Sebenarnya ada apa dengan mereka?
'Bu, kenapa ibu tidak mengabarkan aku, kalau...'
'Sudah malam, sebaiknya kau tidur, lagipula aku tidak akan macam-macam dengan anakmu'
Tut tut tut...
Sambungan terputus. Randy mendengar dengan jelas neneknya yang selama ini dia kenal sering memanjakan ayahnya, kali ini membentak ayahnya.
Randy yakin ayahnya pasti sangat terpukul dengan ucapan neneknya. Kenapa semuanya semakin rumit? Ini membuat Randy semakin tidak bisa tidur.
-Ralina pov-
Aku memutuskan perbincangan dengan anakku. Ya Tuhan, sepertinya aku sudah sangat keterlaluan. Kenapa aku jadi semarah tadi? Padahal anakku hanya mengkhawatirkan anak-anaknya.
Ada apa denganku?
Aku mengusap wajahku berulang kali. Ku sandarkan punggungku pada sandaran kasur.
Aku memang pemarah, tapi aku sudah keterlaluan kali ini.
Ku ambil foto suamiku yang terpajang di meja nakas sebelah kanan kasurku. Kuusap bingkai foto itu. Terlihat suamiku terbalut seragam pilotnya sedang tersenyum, sangat tampan, senyumnya seperti Rafael, sangat mirip.
"Demian, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah sangat keterlaluan pada Rafael, sifat burukku sangat susah dihilangkan. Aku juga tidak menyangka bisa semarah tadi"
Aku memang sering bercerita pada bingkai foto almarhum suamiku. Hanya bingkai foto ini yang tahu semua keluh kesahku.
Tak terasa airmataku turun begitu saja. Ntahlah airmata apa ini? Yang jelas aku sangat merasa bersalah dan juga merindukan suamiku.
Ku hela nafas hingga perasaanku cukup tenang, mungkin segelas air bisa menenangkan pikiranku.
Pintu kamar kubuka dan berlalu ke arah dapur, tapu sebelum mencapai dapur, sayup-sayup kudengar suara tangisan.
Siapa itu? Apa hantu? Ku rasa tidak.
'Hikss ayah...'
'Tenang Queenzy'
Cucuku!
Segera kuberlari masuk ke dalam kamar yang ditempati kedua cucuku. Queenzy sedang menangis dalam dekapan Randy.
Tak dipungkiri lagi jika Randy sangat menyayangi Queenzy.
Tanpa kusadari airmataku turun melihatnya.
"Nenek" gumam Randy.
Aku tersenyum dan menghampiri mereka "Queenzy kenapa?" Ku ambil alih tubuh Queenzy.
"Hiks ayah, aku rindu hiks ayah"
Kini kurasakan batin anak dan cucu-cucuku juga sangat kuat. "Yasudah jangan menangis ya, besok Queenzy bisa bertemu ayah" ku elus rambut panjang cucu perempuanku.
Ia mengangguk tangisannya sudah reda, kuusap airmatanya dan mengecup keningnya.
"Sekarang Queenzy dan Randy tidur ya?"
Queenzy mengangguk, kurebahkan tubuhnya di kasur lalu diikuti Randy berbaring di samping Queenzy.
Ku selimuti tubuh kedua cucu kesayanganku dan mengecup keningnya dengan penuh kasih sayang.
Bagiku, mereka sama berharganya seperti Rafael.
Aku tersenyum dan mulai beranjak dari kasur cucu-cucuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dr. & Me [COMPLETED]
Romance[NEW YORK] // [BOOK] Ketika rasa yang dulu hanya kontrak telah berubah menjadi sesungguhnya. Benar apa katanya, Cinta memang butuh adaptasi baru bisa tumbuh menjadi saling berbagi.