Siapa yang melakukan ini? Ini sungguh memalukan.
Aku terdiam saat melihat beberapa foto yang tertempel di mading. Siapa yang tega berbuat seperti ini. Aku mengambil foto-foto itu dan pergi dari kerumuan anak murid yang sedari tadi sudah menertawaiku.
Sumpah! terlihat lebih buruk si Cassy itu.
Gue rasa dia lebih cocok kaya begitu.
Cantikan difoto daripada aslinya.
Begitulah kometar ejekkan yang kudengar saat mereka melihatku. Aku berlari menuju taman belakang sambil memegang erat foto-foto yang ditanganku. Sesampainya aku duduk kemudian menangis. Lagi-lagi aku terlihat cengeng. Tapi aku tidak menyangka bahkan sangat malu saat foto ini terpajang di mading. Kapan foto ini diambil?
Aku melihat kembali foto di tanganku yang sudah lecak. Ini sangat buruk.
Aku tau ini pasti ulah Summer. Siapa lagi kalau bukan dia, hanya dia disekolah ini yang membenciku. Apa lagi yang dia mau? Dari kemarin aku dan Nathan tidak bicara sedikit pun, bertemu juga tidak. Lalu apa yang salah? Aku juga tidak melalukan apapun yang membuatnya marah.
Bisa-bisa aku merengek kepada mama untuk pindah sekolah.
Aku meremas foto yang ada ditanganku. Air mataku mulai mengalir lagi, kali ini cukup deras. Hingga tanpa sadar aku tertunduk dengan bahu yang bergetar hebat.
"Cassy?" Terdengar suara lembut dari sampingku. Aku menghapus air mataku dan menoleh kearahnya.
"Evan?" Ucapku bingung.
"Lo ngapain disini? Apa yang lo tangisin?" Tanyanya dengan nada serius dan duduk disampingku. Tapi dari nada suaranya, sepertinya ia tau apa yang sedang aku tangisi.
Aku menunduk sambil mengeratkan lembar foto ditanganku. Kurasa Evan tau tentang foto memalukan ini. Foto dimana aku di siram dengan air kemudian dilempari terigu dan telur busuk. Dan berakhir dengan bau busuk yang meyeruak dipenciumanku. Pasti kalian juga ingat kan?
Yang membuatku bingung, kapan foto ini diambil? Seingatku lorong sekolah sudah sepi saat itu. Hanya ada aku dan Summer and the girls. Mungkin masih ada penjaga sekolah, tapi apa mungkin penjaga sekolah yang mengambil foto ini? Itu gak mungkin kan? Ini membuatku pusing.
"Cassy" Panggilnya lagi. Ia mengangkat daguku dan memerintah untuk menatapnya.
"Lo jelek kalau lagi nangis, lo gak boleh cengeng gini dong" Ucapnya.
"Gue malu van, emang apa salah gue?" Tanyanku disela-sela tangis.
Namun Evan terdiam, tidak merespon perkataanku. Matanya menatapku dengan teliti. Kemudian tanganya beralih menyentuh pipi kiriku yang memar. Sepertinya Evan menyadari ini.
"Cass, pipi lo kenapa?" Tanyanya.
"Ini ulah Summer juga?" Lanjutnya.
Aku menjauhkan tangannya dari wajahku, "Gak apa-apa ko, semalem gue ke bentur... lemari" dustaku.
Evan menyipitkan matanya, "Masa sih?"
"Iya beneran, udahlah gak parah ko. Nanti juga sembuh" Ucapku sambil beralih dari pandangannya. Gak mungkin aku jujur, kalau ini ulah papa tadi pagi.
"Udah diobatin?" Tanyanya khawatir. Aku hanya mengangguk tanpa menoleh kearahnya.
"Diobatin terus ya, biar cepet sembuh"
Aku kembali mengangguk, "thanks"
Jantungku terasa berdetak tak karuan begini. Kenapa deket sama Evan jadi kaya begini ya."Dan masalah foto itu, lo gak usah khawatir biar gue yang bales semua ini. Kita juga udah tau siapa yang berbuat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Teen Fiction-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...