Aku berjalan lemas menyusuri lorong sekolah yang masih agak sepi. Ya, akhir-akhir ini aku jadi sering berangkat lebih pagi. Setelah Evan menjelaskan soal Nathan beberapa hari lalu. Membuatku jadi gak bersamangat sama sekali.
Semua ini terlalu cepat. Kenapa disaat aku ingin bahagia, pasti ada aja halangannya. Nathan juga gak menjelaskan apapun kepadaku. Ia hilang bagai di telan bumi. Padahal satu sekolah, tapi aku gak melihat Nathan. Terakhir kulihat saat dia pulang bareng dengan Summer. Hanya itu.
Bruk!!
Aku merasa menabrak sesuatu hingga bokongku menyentuh lantai. Aku mendongak dan melihat Gaby yang menatapku dengan datar. Tumben dia udah dateng sendiri, biasanya selalu dengan Summer.
Aku berdiri dan menatapnya.
"Maaf" Ucapnya datar. Aku melongo mendengar ucapannya. Tumben dia minta maaf kepadaku?
Aku hanya mengangguk pelan, "Gak apa-apa, gue duluan ya" Ucapku sambil berlalu.
Aku sempat menoleh kebelakang sekilas, dan Gaby sudah berjalan ke kelasnya. Tumben dia langsung pergi. Biasanya dia bully aku dulu. Atau bahkan dia marah-marah.
Aku langsung berjalan cepat menuju kelas. Disana juga masih sepi. Belum ada siswa yang masuk. Aku duduk di bangku ku dalam diam.
Dan tak terasa bel masuk telah berbunyi. Aku melihat Lizi masuk kelas dengan senyum merekah di wajahnya.
"Ko senyum-senyum gitu" Ucapku saat Lizi duduk disampingku.
Ia menoleh kearahku, "Gak ko Cass"
Aku hanya mengangguk dan gak bertanya lebih lanjut lagi.
**
"Cass gimana hubungan lo sama Nathan?" Tanya Lizi saat kami di kantin.
"Hubungan apa?" Tanyaku balik.
Lizi memutar kedua bola matanya, "Kan waktu itu lo cerita sama gue Cass"
Aku berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Masih sama, dia- Ahh beberapa hari lalu dia telfon gue Liz" Ucapku sedikit antusias.
"Terus dia bilanga apa?" Tanya Lizi dengan mata berbinar.
Aku menghela napas lagi, "Gak gue angkat" Jawabku pelan.
Lagi-lagi Lizi memutar kedua bola matanya, "Itu kesempatan Cass, siapa tau aja dia mau jelasin sesuatu sama lo" Ucapnya.
Aku hanya diam sambil menyesap jus jeruk. Mungkin saja, tapi saat itu aku benar-benar gak mood buat angkat telfon darinya. Padahal aku ingin sekali mendengar suaranya. Jual mahal banget Cass!
"Tapi gue gak mau denger penjelasan apapun lagi Liz" Ucapku. Mendengar beritanya saja udah cukup buat aku galau.
"Yakin gak mau denger?" Tanyanya sinis.
"Kalau gue jadi lo, gue bakal dengerin penjelasan dia dari A sampe Z" Lanjutnya lagi dengan tegas.
"Dan gue rasa.." Lanjutnya yang kali ini sambil memasukan satu sendok nasi kemulutnya.
"Dia ithuuh cuman adha feeleng sama mlooo"
"Duh habisin dulu makanan yang ada dimulut lo, baru ngomong" Omelku.
Lizi menelan makanan nya, lalu menyesap minumannya.
"Dan gue rasa dia itu ada feeling sama lo. Buktinya dia sempet utarakan isi hatinya kan waktu itu? Dan pasti ini ada alasan yang kuat sampe si Nathan mau tunangan sama Summer" Ucapnya dengan wajah serius.
Aku diam. Apa itu benar? Tapi sesungguhnya aku gak mau lagi denger penjelasan apapun. Tapi omongan Lizi di kalimat terakhir hampir sama dengan omongannya Evan. Semua ini ada alasan kenapa Nathan mau tunangan dengan Summer. Intinya begitu deh.
"Gue juga dapet kabar dari Avan, kalau si Nathan merasa bersalah banget"
"Wait.. Avan? Sejak kapan lo deket sama dia?" Tanyaku curiga.
"Sejak kita jauh"
Aku menghela napas. Aku emang agak menjauh darinya, karena aku hanya ingin sendiri. Tapi untunglah Lizi mengerti tentang keadaanku.
Aku tersenyum minta maaf, "Sorry Liz, gue gak bermaksud" Ucapku sambil nyengir.
Lizi hanya mengangguk dan melanjutkan makananya lagi. Sementara aku hanya diam dengan pikiran yang berkecamuk.
**
"Liz, bentar lagi kita udah mau try out nih" Keluh Lizi saat kami berjalan menyusuri lorong sekolah.
"Terus?" Tanyaku heran.
"Gue belum siap" Jawabnya enteng.
"Belum siap atau males?" Tanyaku sambil menatap mengejek kearahnya.
Lizi juga menatapku, "Mungkin keduanya" Jawabnya sambil nyengir.
Dan kami pun tertawa. Aku mengalihkan pandanganku kedepan. Dan ketika itu tawa ku pudar saat melihat dua pasang mata yang sedang berjalan. Summer dan Nathan.
Langkahku mulai pelan sampai Nathan berpapasan denganku. Dan disitu dia melihatku, aku juga, tapi aku langsung buang muka kearah lain. Aku sempat meliriknya sekilas. Dan aku melihat tatapan mata Nathan yang sulit dibaca.
"Mereka makin deket aja" Ucap Lizi tiba-tiba.
"Kita pulang yuk Liz" Ajakku dan langsung melangkah dengan cepat.
**
typo?
Maaf ya baru update lagi.. baru dapet ide, dan beginilah hasilnya. Part ini sengaja pendek...
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Jugendliteratur-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...