Nathan mengajakku ke ruang makan yang berada dilantai dua yang tak jauh dari Aula. Mereka duduk di bangku kosong secara berhadapan.
Suasana canggung menyelimuti kami saat ini. Nathan beberapa kali menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal. Aku tau pasti dia gugup sekarang. Aku jadi penasaran apa yang ingin dia bicarakan. Apa ini ada hubungannya dengan pertunangan mereka?
"Lo mau bicara apa?" tanyaku akhirnya.
Nathan berdeham beberapa kali. Kemudian menatapku dan berkata, "Malam ini lo cantik dan penampilan lo yang tadi itu...awesome"
Aku tersenyum sambil mengangguk, "Thanks"
"Tapi bukan itu sih yang mau gue omongin"
"Lalu?" tanyaku dengan nada yang biasa. Meski ada sedikit nada penasaran juga.
"Pertama, gue mau minta maaf sama lo" Jedanya sambil menggenggam tanganku. "Gue emang cowok bodoh yang udah sia-siain cewek kaya lo"
Aku menghela napas dan menunggu dengan sabar untuk kelanjutan perkataan Nathan.
"Minggu depan gue udah mau tunangan sama Summer" ucapnya pelan saat kalimat itu.
"Gue udah banyak nyakitin lo Cass. Dan lo pantes lupain gue. Lo pantes bakar kenangan kita yang udah lingkupi kehidupan lo selama ini"
bulir air mata turun dari sudut mata Nathan. Dia nangis?
Aku masih menatapnya dalam diam. Seakan menununggu kelanjutan dari Nathan. Aku tau kalau dia ingin meneruskan ucapannya.
"Nath" panggilku lembut sembari menghapus air mata yang masih terus keluar dari kelopak matanya.
"Lo sangat bodoh kalau lagi nangis kaya gini" cibirku.
Nathan tertawa hambar. Ia menghapus sisa air matanya dengan gusar. Lalu kembali menatapku sambil senyum.
"Apa kita masih bisa bersama lagi Cass?"
Sejenak aku diam. Kemungkinan aku dan Nathan bisa bersama lagi. Tapi kebersamaan yang dimaksud Nathan adalah pertemuan antara teman lama yang bertahun-tahun lamanya tidak bertemu.
"Kita akan pisah nanti. Dan bukan berarti setelah ini kita merubah status hubungan menjadi musuh 'kan?" tanyaku sambil berusaha tersenyum.
"Itu gak akan terjadi. Gue bersyukur banget bisa kenal sama lo. Meski terlambat" jawabnya dengan pelan di akhir kata.
"Gak ada kata terlambat Nath, hanya waktu aja yang belum mau setujuin apa yang kita mau" jedaku. "Gue gak mau setelah ini kita jadi jauh. Gue udah rela untuk ke bahagiaan lo. Gue bukan siapa-siapa yang dengan seenaknya ngatur hidup lo." lanjutku panjang lebar.
Nathan bangkit dari kursinya dan melangkah kesampingku. Tanpa kutau selanjutnya, dia memelukku dengan erat. Aku bisa merasakan napas yang memburu di pundakku. Aku juga bisa merasakan setetes ait yang jatuh di pundakku.
Nathan menangis lagi. Dan itu juga membuatku mengeluarkan air mataku.
"Gue akan selalu cinta sama lo Cass" ucapnya terisak.
Aku hanya diam dan tidak bisa berkata lagi.
"Gue juga berharap setelah ini gue bisa mimpiin lo setiap malam" ucapnya lagi sambil mengeratkan pelukannya.
Aku mengelus lengan Nathan. Aku tersenyum mendengar ucapan terkhirnya itu.
Sampai kapanpun aku dan Nathan tidak akan pernah lebih untuk menjalin suatu hubungan. Teman. Hanya itu. Rasa sayang yang kami punya tidak bisa lagi untuk di ungkapkan. Tidak bisa lagu untuk di ekspresikan seperti dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Teen Fiction-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...