#Cassy's Pov
Hari ini tepat dimana sekolahku akan bertanding basket dengan sekolah unggulan. Senyum di wajahku gak pernah memudar, mengingat saat beberapa hari lalu bahwa Nathan memintaku untuk hadir di pertandingan nanti. Perutku terasa ada kupu-kupu yang terbang saat mendengarnya. Ya, aku memang seperti orang sedang jatuh cinta. Tapi kalau benar, aku sedikit sadar diri sedang jatuh cinta dengan siapa. Gak pantas jika aku punya perasaan lebih dengan Nathan, meski dia belum ada yang punya. Tapi itu gak terlalu aku pikirkan, sudah dekat dengannya saja menurutku sudah cukup.
Aku melirik jam tangan yang melingkar di pergelanganku, sudah jam 6:15. Aku menghabiskan sarapanku tanpa ada yang tersisa. Hari ini aku akan berangkat bareng dengan Lizi, gadis itu akan menjemputku.
"Ma aku keruang tamu ya, sambil nunggu Lizi" Ucapku yang di balas dengan anggukan mama.
Sebelumnya aku sempat waspada kalau-kalau papa akan pulang. Sudah dua hari ini papa gak pulang kerumah, yang aku takuti jika ia pulang pasti akan marah-marah lagi dengan mama. Kasian mama kalau di bentak dan di kasari oleh papa. Kenapa ia bisa berubah menjadi lelaki yang tidak bertanggung jawab?
Aku mengambil remote tv dan mulai memilih channel yang ku suka. Ya, sambil menunggu Lizi aku ingin menonton kartun kesukaanku, Spongebob Squerpants. Dari pada nonton gosip lebih baik nonton kartun.
Ting nong...
Suara bel rumahku berbunyi, aku rasa itu Lizi. Aku langsung beranjak dari tempatku dan membuka pintu. Gadis di hadapanku tersenyum lebar sambil mengamit tas ranselnya. Hari ini Lizi tampak sedikit berbeda. Yang biasanya rambutnya berkepang satu, kini rambutnya hanya tergerai begitu saja. Dan tampaknya Lizi juga sedikit memakai make up. Yaampun, begitu excitednya kah sampai ia harus seperti ini? Kecantikannya justru bertambah kalau seperti ini.
"Duh ada yang seneng banget keliatannya" Ucapku sambil tersenyum mengejek.
Lizi hanya nyengir, "Iya dong. Kan nanti liat idola gue main" Ucapnya sambil berdecak kagum.
Aku hanya menggelengkan kepalaku, "Ayo masuk dulu"
Kami langsung masuk dan aku mempersilahkan Lizi untuk duduk. Tak lama mama keluar dari arah dapur dan menyapa Lizi, ia langsung menghampiri mama dan menyalami punggung tangan mama.
"Mau minum apa? Nanti Tante bikinin" Tawar mama saat mereka duduk.
"Gak usah Tante aku mau langsung aja"
Mama hanya mengangguk saja sambil tersenyum.
"Bentar ya gue ambil tas dulu" Ucapku sambil melangkah menuju kamar, meninggalkan mama dan Lizi yang ku dengar sudah mulai berbincang.
Aku langsung mengambil tas ranselku dan memakainya. Sebelumnya aku melangkah kearah cermin dan melihat pantulan diriku. Aku melihat memar yang telah memudar di pipiku, untung saja memar ini cepat pudar. Aku menyisir rambut dan setelahnya langsung turun ke lantai bawah.
"Ayo Liz, ma aku berangkat dulu ya" Ucapku sambil menyalami mama yang diikuti Lizi.
"Hati-hati ya" Pesan mama saat kami keluar rumah.
"Iya ma"
"Pastinya Tante"
***
Suasana di area sekolah begitu ramai. Saat ini aku dan Lizi sudah berada di lapangan basket. Sekolah kami mempunya dua lapangan di belakang sekolah. Yang satu untuk berlatih basket dan kegiatan olahraga lainnya, satunya lagi khusus untuk acara tanding basket antar sekolah. Karena sekolah kami lebih berminat mengikuti eskul basket dibanding eskul lainnya. Maka dari itu Kepala Sekolah berniat untuk membuat lapangan basked khusus untuk pertandingan. Dan tidak heran, kalau sekolah kami selalu menjadi juara pertamanya. Ditambah para pemainnya yang bagus plus ganteng. Oke abaikan.
"Cass, kok mulai nya lama banget ya?" Tanya Lizi yang mulai tak sabaran. Sedari tadi gadis itu hanya berceloteh tak jelas karena gak sabaram buat nonton acara pertandingannya.
"Ya sabar Liz, bentar lagi juga mulai. Tuh lawan sekolah kita juga udah dateng" Ucapku sambil menunjuk ke seberang lapangan
"Kita duduk disana yuk, nanti kalau disini kena bola" Ajakku sambil menarik tangan Lizi kearah bangku penonton.
Sampai didekat bangku, aku mulai jalan kearah tengah untuk menempati bangku yang kosong. Dan...
Bruk!!
"Hahahaha" Suara tawa terniang di kedua telingaku.
"Makanya kalau jalan tuh liat-liat dong, sampe kesandung gitu"
"Lagian ngapain coba lo duduk sini, tempat lo itu disana" Ucapnya sambil menunjuk kearah dekat lapangan.
"Cass ayo bangun" Ucap Lizi sambil membantuku bangun.
"Eh Sum, lo belum puas apa kerjain Cassy!! mau lo tuh apa sih!!" Teriak Lizi yang membuat orang-orang sekitarku melirik kearahnya.
Aku yang sempurna sudah berdiri, langsung menarik tangan Lizi dan duduk dibangku yang sudah kulihat sebelumnya. Aku melirik sekilas kearah murid lain dan langsung pergi, gak sedikit pun aku melirik Summer atau temannya. Udah bosen banget liat wajah cantiknya itu.
"Udah Liz gak usah di terusin, biarin aja" Ucapku menenangkannya.
"Tapi gue gak terima kalau lo di gituin terus sama dia" Ucapnya dengan kesal.
"Yaudah sih udahan keselnya. Nanti kan idola lo main, muka nya jangan galak gitu dong" ucapku sambil menggoda Lizi.
"Apaan sih lo" Ucapnya sambil senyum-senyum gak jelas.
Selang beberapa menit acara akan dimulai. Para penonton mulai histeris saat para pemain terjun kelapangan. Bagaimana gak histeris. Kali ini pemainnya lebih ganteng. Aku juga heran, kenapa Nathan ke gantengannya bertambah. Evan juga, semakin hari ia semakin manis dengan senyumannya. Tak lupa juga dengan Avan, dia keliatan menawan dengan gaya rambut ala-nya, entah gaya apa yang ia pakai tapi yang jelas dia sangat menawan. Anak kembar yang manis dan menawan. Oke abaikan.
Permainan di mulai. Para penonton histeris saat detik-detik Nathan ingin memasukan bola, namun gagal karena bola kembali di rebut oleh sang lawan. Lama-lama aku bosan karena belum ada yang bisa memasukan bola ke dalam ring. Dan kurasa aku mulai dehidrasi karena teriak terus. Sebenarnya malu kalau teriak begitu, tapi karena Lizi begitu semangat jadinya aku ikutan semangat.
Aku memutuskan untuk duduk dan mengambil botol minum di dalam tasku. Sesekali aku melirik Lizi di balik botol minumku, dia begitu semangat saat meneriaki nama Nathan. Atau Lizi punya feeling sama Nathan? Oh itu bukan urusanku.
Setelah kurasa cukup, aku kembali memasukan botol yang bertema Frozen itu kedalam tas. Lalu kembali berdiri. Namun hanya beberapa detik, setelahnya aku merasa ada sesuatu yang mendarat di keningku. Tanpa ku tau selajutnya, aku sudah terhuyung lemas dan pandanganku mulai gelap.
"Cassy bangun!" Itulah kata terakhir yang dapat ku dengar. Setelahnya pandangaku benar-benar gelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Teen Fiction-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...