WD #17

92 6 0
                                    

Mulmed : Nathaniel (Nathan)

**

Cassy's Pov

"Yaudah gue masuk kelas duluan ya guys" Ucapku sambil beranjak dari kursi.

Sekarang aku lagi ada dikantin bersama Lizi dan anak kembar yang ganteng dan menawan. Dan hari ini adalah hari pertama sekolah kami mengikuti Try Out.

"Oke" Ucap mereka bertiga berbarengan.

Aku langsung melambai dan berjalan menyusuri lorong sekolah yang sudah ramai. Try Out dimulai jam 8. Kulirik jam tanganku, baru jam 7:40. Masih ada waktu kurang lebih 20menit buat buka-buka buku. Dan kelasku tidak sama dengan Lizi. Aku mendapat ruang 8, sementara Lizi ruang 9.

Saat masuk kelas, aku langsung mencari bangku yang sesuai dengan nomor pesertaku. Setelah mendapatkanya aku langsung duduk. Ternyata bangku ku ada diurutan ke tiga dari depan dekat tembok. Gak terlalu belakang banget.

Aku mulai membuka buku Matematika, Iya jam pertama udah dikasih sarapan angka. Jujur saja, aku kurang minat dalam pelajaran ini. Tapi herannya nilaiku gak pernah turun. Mungkin lagi beruntung kali.

Tak lama bel masuk. Aku langsung memasukan buku dan mengambil peralatan ujian di meja guru. Setelah mengambil aku kembali duduk. Mataku mengarah ke pintu kelas dan melihat para murid yang masih lalu lalang. Aku melihat Avan dan Lizi yang jalan berdampingan. Aku sempat heran dengan kedekatan mereka. Aku tidak pernah sempat bertanya kepada Lizi.

Selanjutnya aku melihat Evan yang jalan sendiri. Lalu ia menoleh kearahku dan terseyum. Aku membalas senyumannya. Dan setelah nya dia mengucap dua kata yang bisa aku mengerti -good luck-.

Tak lama guru pengawas masuk dengan membawa amplop coklat yang ku tebak kalau itu soal ujian.

Setelah memimpin doa, kami pun langsung mengerjakan soal-soal yang udah bikin mumet meski baru melihat soalnya.

Semoga aku diberi kemudahan dalam mengerjakan ini, Amin.

**

"Duh gila gue nyerah, kepala gue rasanya mau pecah" Ucap Avan dengan frustasi.

"Yaudah pesen minuma dulu sana, biar otak kamu fresh" Ucap Lizi sambil mengelus pundak Avan.

"Pesenin ya yang" Pintanya manja.

Dan aku langsung menyadari sesuatu. Kamu ? Yang ? Mereka tadi ngomong kaya begitu. Aku langsung bertatapan dengan Evan. Kulihat Evan juga menyadari sesuatu. Rasanya ada yang janggal.

"Wait..." Ucapku tiba-tiba.

Pasangan di hadapanku sekarang langsung menatapku heran.

"Kalian.." Lanjutku sambil menerka-nerka.

"Pacaran?" Sambung Evan yang membuatku mengangguk.

Kulihat Lizi menunduk dengan kedua pipi bersemu merah. Sementara Avan terlihat salah tingkah. Dan bisa kutebak kalau mereke beneran pacaran.

"Lizi, jawab pertanyaan gue" Ucapku menyelidik.

Lizi mengangkat kepalanya sambil tersenyum malu, "Begitu lah"

"Avan?" Dan kali ini Evan yang bertanya kepada saudara kembarnya.

Avan mengangguk mantap.

Dan seketika suasana hening. Aku yang bengong melihat Evan yang ikut tidak percaya dengan kenyataan ini. Dan detik selanjutnya entah kenapa aku dan Evan langsung tertawa.

"Kok kalian ketawa?" Avan bertanya dengan wajah bingung.

Aku berusaha untuk berhenti tertawa. Dan mencoba menarik napas dan setelah itu membuangnya perlahan.

"Kalian sejak kapan pacaran?" Tanyaku.

"Sejak kita deket aja Cass, lo inget gak waktu itu lo pernah tanya juga sejak kapan gue deket sama Avan. Dan gue jawab sejak jauh dari lo. Gue rasa lo lagi butuh waktu sendiri untuk nenangin diri lo. Dan disaat itu gue cuman bisa ngertiin lo, dan entah kenapa awalnya gue cuman deket sama Evan. Eh ternyata cowok menawan ini deketin gue. Dan setelahnya berlanjut sampe sekarang.. sorry gue gak jujur sama lo Cass. Abisnya gue gak tega" Jawab Lizi panjang lebar.

"Wew, gue aja yang satu rumah sama Avan sama sekali gak tau" Ucap Evan yang baru berhenti tertawa.

"Sorry bro" Balas Avan dengan cengiran.

"Yaudah lah, selamat buat kalian. Long last yaa" Ucapku akhirnya.

"Dan karena kalian udah menutupi hubungan kalian dari gue dan Cassy. Sekarang lo berdua harus traktir kita" Usul Evan yang membuatku mengangguk antusias.

"Pantes aja akhir-akhir ini kalian deket" Ucapku sambil mencolek dagu Lizi.

Dan setelah itu kami berempat tertawa bersama. Dan kali ini rasanya aku tidak terpikir Nathan. Aku justru bahagia melihat pasangan baru dihadapanku.

Aku mengedarkan pandangku kearah lain sembari menunggu pesanan datang.

Dan hal yang tidak ingin kulihat terjadi juga. Aku melihat Nathan yang dengan mesra menyuapi Summer. Mataku terasa panas melihat adegan itu. Disaat aku ingin menoleh, Nathan melihatku dengan tatapan merasa bersalah?

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang