Mulmed : Lizi. Anggap aja rambut Lizi warna hitam XD
**
Jam kedua membuatku setengah fokus, setengah mikir. Iya, pas ngeliat kejadian yang tak terduga. Aku langsung bungkam yang membuat Evan dan yang lainnya menatapku bingung. Aku gak bilang apa yang terjadi. Aku gak mau merusak suasana.
Kapan ini berakhir? Setelah lulus.
Iya. Setelah lulus aku akan melupakan kejadian yang berhubungan dengan Nathan. Aku ingin keluar Negri, atau keluar kota, atau keluar rumah dan pergi entah kemana. Aku ingin menjauh. Dan setelah lulus, akan ku pastikan aku tidak akan melihat Nathan lagi. Pasti mereka akan bahagia. Pasti.
"Waktu tinggal 10 menit lagi" Suara lantang dari pengawas menyadarkan ku.
Aku langsung kembali fokus ke soal ujian. Dan aku panik saat melihat lembar jawabanku.
"Aku baru isi 10 soal? Tinggal 40 soal lagi. Dan waktunya tinggal 10 menit" Gumamku frustasi.
Sekarang jam kedua adalah Bahasa Indonesia, dan soalnya ada 50. Sementara Matematika ada 40 soal tadi.
Aduh gimana ini? Tinggal sepuluh menit lagi. Udah soalnya kaya koran, panjang banget -Batinku juga ikutan frustasi.
"Waktu tinggal 5 menit lagi. Silahkan cek ulang nama, tanggal lahir, nomor peserta, dan kode soal" Ucap pegawas untuk kedua kalinya.
Jantungku deg degan karena saking paniknya. Bagaiman bisa aku selesaikan 40 soal dalam waktu 5 menit.
Dengan pasrah, aku menghela napas panjang. Dan langsung membulatkan jawaban di LJK.
Tanpa mikir, tanpa melihat soal, dan tanpa pusing-pusing lagi. Aku langsung membulatkan di LJK ku. Dengan tangan gemetar aku berusaha untuk bisa tetap tenang, supaya lingkaran hitam tidak terlewat garis. Udah tidak ada waktu buat nyontek, mungkin sekarang tinggal 3 menit lagi.
KRIIIINGG!!.
Huft. Bel tanda berakhir telah berbunyi. Aku bernapas lega karena dengan cepat kilat bisa menyelesaikan soal ini. Dan setelah ini pasti aku akan mendapat nilai yang tak terduga.
Ini semua karena otakku kepikiran Nathan dan Nathan.
**
Dengan lesu aku keluar kelas dengan langkah perlahan. Hingga tidak menyadari seseorang yang menyenggol bahuku dari belakang.
"Eh sorry" Ucapnya sambil mendahului ku. Aku mengangguk dan tersenyum simpul.
Aku mengedarkan pandanganku saat keluar dari kelas. Mencari Lizi dan yang lainnya. Aku tersenyum saat melihat Lizi keluar dari kelasnya dengan langkah terburu-buru.
"Sorry ya lama" Ucapnya saat di depanku.
Aku tersenyum dan menggeleng, "Si kembar mana?"
"Mereka lagi ada perlu katanya" Jawab Lizi santai.
Aku hanya mengangguk, "Yaudah yuk pulang" Ajakku dan Lizi mengangguk.
*
"Sumpah, gue stuck banget ngerjain Bahasa Indonesia" Ucap Lizi sambil berbaring di ranjangku.
Saat di perjalanan pulang, Lizi ingin kerumahku.
"Sama gue juga" Ucapku datar.
"Lo nyontek gak?" Tanyanya yang membuatku menoleh.
"Gak. Lo?" Tanyaku balik.
Lizi langsung nyengir, "you know lah"
Aku terkekeh pelan dan kembali menoleh kebalkon kamarku. Otakku langsung teringat Nathan. Aku mengusap wajahku dengan gusar. Rasanya aku baper banget.
"Cassy!!!" Panggil Lizi setengah teriak. Aku terlonjak kaget dan menoleh kearahnya.
"Apa sih? Kagetin aja"
"Ya abianya lo di panggilin malah conge" Jawabnya ketus. Aku hanya memutar kedua bola mataku.
"Mikirin Nathan?" Tebaknya.
Aku mengangguk lemah sambil ikutan berbaring di sebelah Lizi.
"Susah banget gue lupain dia" Ucapku sambil menatap hampa kearah langit kamar.
"Percaya deh sama gue" Lizi memelukku dari samping.
"Nathan gak bermaksud kaya begitu kok" Lanjutnya.
Seketika air mataku mengalir, "Terus?"
Aku merasa Lizi menyeka air mataku, "Lo yang kuat, yang sabar. Dan lo harus kasih kesempatan buat Nathan jelasin ini semua"
Aku menggeleng lemah, "It's not fair Liz"
"Cassy sahabat gue yang cantik. Lo harus dengerin penjelasan dia dulu" Ucapan Lizi sangat menyakinkan.
Aku bangun dan menatap Lizi, "Lo pasti tau sesuatu"
Lizi ikut bangun dan menatapku, "Gue gak tau apapun Cass"
Aku menghela napas. Dan saat itu suasana hening.
Dering ponsel membuatku menoleh kearah nakas. Aku mengambil dan terdiam melihat nama Nathan disana. Ini sudah kedua kalianya Nathan menelfonku. Aku melirik Lizi dan sepertinya ia juga tau siapa yang menelfonku.
"Angkat" Perintahnya.
Aku masih terdiam. Dering ponselku masih berbunyi.
"Angkat Cassy" Perintah Lizi lagi.
Bersamaan dengan itu ponselku tidak berdering lagi. Aku menghela napas lega.
"Mati" Ucapku sambil menunjukkan layar ponsel kearah Lizi.
Aku kembali menaruh kembali di atas nakas. Dan baru beberapa detik kemudian, ponselku kembali berbunyi dan kulihat itu masih dari Nathan.
**
Update lagi saya...
pasti pada bosen ya baca cerita amatiran?
Tenang, cerita ini bakal di ending secepatnya XD gak sampe part 30 kok wkwks
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Fiksi Remaja-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...