WD #20

123 6 0
                                    

"Ini permintaan terakhir gue sebelum gue pergi dari kehidupan lo"

Cassy terdiam. Ia mencerna setiap kata yang keluar dari mulut gadis didepannya.

"Cassy.. lo denger gue kan?" ucapnya lagi, kini air matanya sudah membasahi rok sekolah Cassy.

"Mak--maksud lo apa sih?" gumam Cassy.

Summer menyeka air matanya lalu kembali duduk, ia menatap Cassy serius.

"Gue... maksud gue selama ini gue mengidap penyakit jantung"

DEG. Cassy membeku, ia tak menyangka melihat Summer yang setiap harinya sehat tapi gadis itu mengidap penyakit jantung..?

"Jantung?"

"Iya, hidup gue gak lama lagi. Dan permintaan gue untuk ter.ak.hir kalinya adalah..."

"Bisa bahagia dengan Nathan"

Cassy menatap gadis di depannya dengan tatapan sulit dibaca. Summer memang jahat kepadanya. Tapi kali ini, matanya tidak bisa berbohong kalau ia benar-benar mempunyai penyakit.

"Tapi.... bagaimana bisa?"

"Sejak gue SMP, dan seminggu yang lalu gue ke dokter pribadi gue. Beliau bilang hidup gue udah gak lama lagi Cass"

"Gue mohon sama lo, terakhir gue minta lo relain Nathan buat gue ya?"

Cassy diam. Dia merasa tidak memiliki Nathan seutuhnya sejak mereka saling kenal. Bahkan saat mereka mulai dekat, Summer selalu saja menghalangi dengan caranya. Bagaimana bisa dia merelakan Nathan, cowok yang sudah mulai ia cintai. Kenangan mereka cukup singkat bila dikenang.

Cassy masih ingin dekat dan berbagi cerita dengan Nathan. Ia masih belum puas dengan kedekatannya selama ini. Masih kurang. Justru ia berharap setelah ini masih ada kesempatan untuk bisa dekat dengan Nathan, lagi. Dan sekarang kesempatan itu telah lenyap.

Apa dia harus melerakan Nathan? Dia bingung harus menyalahkan siapa.

"Cassy... kenapa diem? gue janji sama lo. Setelah ini gue gak akan ganggu hidup lo lagi" lanjutnya lagi.

Pastinya tidak akan menganggu hidup Cassy lagi, toh sebentar lagi mereka akan lulus.

"Gue...gue..." Cassy tak sanggup mengatakan apapun.

Bulir air matanya mengalir, dengan cepat ia menghapus air matanya dan kembali menatap Summer. Ia mengingat kata-kata yang sering menyadarkannya, Summer itu lebih pantas untuk Nathan. Dan itu kenyataan.

"Gue... gue akan relain Nathan buat lo. Lo yang lebih pantas untuk Nathan" ucap Cassy akhirnya. Meskipun hatinya tidak rela.

Kedua bola mata Summer berbinar. Dengan satu gerakan, ia memeluk Cassy dengan erat.

"Makasih... makasih" ucapnya sambil nangis.

Summer melepaskan pelukannya.

"Lo jangan nangis lagi Sum," Cassy menghapus air mata yang membasahi kedua pipi Summer.

"Kalian.. cocok"

Sedetik kemudian hati Cassy hancur berkeping-keping. Sekarang ia saja tidak tau harus berkata apa, harus ber-ekspresi seperti apa, dan harus berbuat apa.

Cassy merasa hidupnya flat.

"Nathan selalu bilang berkali-kali sama gue. Lo itu orang yang baik, ramah, cantik, dan lo gak pantes di jahatin atau di musuhin. Maka dari itu, Nathan nyuruh gue berkali-kali buat minta maaf sama lo"

"Dan itu bener, lo emang orang baik Cass. Gue salah nilai lo. Dulu gue kira lo itu perebut cowok orang"

Cassy tersenyum kecut.

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang