WD #16

104 5 0
                                    

Mulmed : Cassy.

***

Dua bulan telah berlalu, dan beberapa hari lagi sekolah ku akan menjalani try out 1. Tak terasa tinggal beberapa langkah lagi aku akan menikmati kelulusan.

Dan sampai saat ini aku dan Nathan belum berbicara sedikit pun. Aku sering sekali melihat mereka -Nathan dan Summer- berduaan.

Dan tak sedikit aku melewati malam dengan air mata. Lizy, sahabatku yang baik. Dia selalu ada, dia selalu di sampingku. Disaat aku sedih, dia tak bosan-bosan untuk menghiburku. Evan juga demikian, entah kenapa dia selalu mau mengantarku pulang. Avan juga kadang pulang bersamaku.

Semenjak penjelasan Evan di taman sekolah waktu lalu. Aku sudah tidak mau lagi mendengar apapun tentang Nathan. Cukup tau mereka akan tunangan, itu sudah cukup membuatku sakit.

Dan yang lebih membuatku aneh adalah, Gaby dan Lauren -sohib Summer-. Mereka tidak mengangguku lagi, mereka juga tidak membully ku lagi. Summer juga, dia tidak melempariku dengan telur atau terigu lagi. Terutama Gaby, akhir-akhir ini aku tak sengaja bertemu dengannya. Namun setiap kali bertemu, dia hanya diam dan pandanganya datar. Tanpa ekspresi. Entah marah, sedih, atau senang. Aku sama sekali tidak melihat itu.

Apa mungkin setelah Summer berhasil mendapatkan Nathan, dia tidak lagi berperilaku buruk terhadapku? Mungkin. Summer sudah mendapatkan kebahagiaannya. Aku bisa melihat itu.

Dan yang masih terniang di kepalaku, ketika Nathan mengutarakan isi hatinya. Secara tidak langsung dia seperti menggantungku. Kalau memang seperti itu, lebih baik dia jujur.

Sekarang aku harus apa? Fokus buat Try Out sajalah.

"Hey Cass" Lizy datang dan duduk di sampingku.

"Hai" Balasku tanpa menoleh kearahnya.

"Tumben belajar, try out kan masih lama"

"Daripada gak ngapa-ngapain di kelas, mending gue belajar aja" Ucapku sambil membulak lembar buku yang kubaca.

Ku dengar Cassy hanya ber-o ria.

"Cassy" Panggilnya dengan nada serius.

Aku menoleh, "Apa?"

Lizy tak langsung menjawab. Raut wajahnya berbeda sekali. Ada apa lagi ini? Apa ada sesuatu yang buruk?. Aku jadi keinget Evan, waktu dia ingin berbicara dengan raut wajah yang sama seperti Lizy saat ini.

"Liz" Panggilku.

Lizy mengangkat kepalanya, "Nathan...."

"Stop! Kalau lo cuman mau ngomongin soal Nathan, lebih baik gak usah" Potongku cepat dan mengarah pada buku ku lagi. Aku sudah tau kalau Nathan mau tunangan.

"Cass tapi in-"

"Lizy please" Ucapku dengan wajah memohon.

Jujur aku juga ingin tau kabar Nathan. Tapi kenapa disaat ada yang ingin memberitahu kepadaku, justru aku tidak mau mendengar. Labil banget aku ini.

"Oke" Lizy menghela napas.

Dan detik itu juga, aku dan Lizy terdiam. Sesekali aku melirik Lizy, dia sekarang sudah fokus dengan bukunya.

**

Author's Pov

"Gue gak tau harus gimana lagi" Ucap seorang cowok dengan nada putus asa.

"Sebelum kita lulus, dia harus udah tau semuanya" Ucap cowok sebelahnya.

"Apa ini gak ada cara lain?" Lanjutnya lagi.

Orang itu hanya bergidik bahu, "Gue juga bingung. Ini mendadak. Gue belum siap"

Cowok yang disebelahnya menghela napas. Menurutnya tidak ada cara lain untuk menjelaskan semuanya. Dia juga bingung harus bagaimana.

"Gue kangen sama dia" Ucapnya nyaris pelan. Namun tulus.

"Gue mau peluk dia, gue kangen disaat berduaan sama dia" Lanjutnya dengan suara yang sedikit bergetar.

"Kita atur nanti" Ucap cowok berambut keriting sambil merangkul bahu disebelahnya.

Bersamaan dengan itu, seorang cewek berambut panjang berjalan kearah mereka.

"Nath, kamu kemana aja aku cariin juga" Ucapnya manja sambil duduk disampingnya.

Nathan menoleh dan tersenyum tipis, "Aku disini sayang, lagi ngobrol sama Evan"

Cewek itu hanya tersenyum sambil memeluk lengan Nathan, "Nanti pulangnya ke cafe ya? Aku pengen kesana"

Nathan mengangguk, dan cewek itu tersenyum sambil mempererat pelukannya.

"Gue cabut dulu bro" Ucap Evan sambil berlalu.

"Oke" Balas Nathan disertai anggukan.

Cewek disampingnya menoleh kearah Nathan dan berkata, "Sayang, abis ke cafe kita jalan-jalan ya?"

"Summer, kamu gak boleh capek. Inget pesan dokter waktu itu kan?"

"Tapi aku bete Nath, dari kemarin setiap pulang sekolah cuman diem dirumah doang" Rajuknya.

Nathan menghela napas sabar, ia tidak bisa membantah permintaan Summer. Tapi ia juga tidak mau kalau Summer terlalu capek. Dia takut sepulangnya Summer pingsan.

Nathan mengelus pundak Summer pelan, "Sayang, hari ini kita ke cafe aja ya. Kalau gak mau, kita langsung pulang" Ucapnya sedikit tegas.

Summer menghela napas berat, dan setelahnya dia mengangguk.

Nathan tersenyum sambil memeluk gadis itu dari samping.

"Ini baru calon tunangan aku"

Ketika mendengar itu, Summer langsung membalas pelukan Nathan dengan lebih erat.

"I love you"

**

jalan cerita ini kayanya bakal saya cepetin. Biar nih cerita cepet selesai. hehehe

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang