WD #19

123 5 0
                                    

Mulmed : Summer.

**

Malamnya aku sama sekali gak konsen buat belajar. Di otakku cuman ada Nathan dan Nathan. Setelah siang tadi ia menelfon ku, aku merasa perkataan Lizi harus aku lakukan. Dengerin dulu penjelasan dari dia. Begitu deh intinya.

Tapi rasanya belum siap aja. Tapi aku juga penasaran alasan dibalik semua ini. Aku memandang lurus kearah tembok, mencoba menerka-nerka alasan apa Nathan bisa seperti itu.

5 menit.

10 menit.

15 menit.

Stop! aku gak bisa menebak apapun. Yang ada kepalaku jadi pusing.

Pintu terbuka dan muncullah Mama, "Sayang, makan malam dulu yuk. Nanti lanjut belajar lagi"

"Iya ma" Aku menoleh sekilas lalu beranjak dari meja belajarku.

Sampai di ruang makan, mama sudah duduk manis sambil menunggu ku. Aku duduk di depan mama.

"Ayo kita mulai makan" Ucap mama tenang. Aku mengangguk dan menyendok nasi beserta lauk-pauk.

Makam malam kali ini di temani dengan keheningan. Sudah biasa bagiku dan mama. Selesai makan aku membantu mama membereskan meja makan dan mencuci piring.

"Aku ke atas ya ma" Ucapku sambil melangkah keluar ruang makan.

Gubrak!!

Aku tersentak kaget saat ingin menaiki anak tangga. Refleks aku menoleh dan mendapati papa yang baru pulang. Lagi.

Papa masuk dengan penampilan yang kacau, rambut berantakan, dan baju kemeja yang kusut. Papa jalan dengan langkah terhuyung menuju sofa. Tapi bisa ku lihat Papa tidak sedang mabuk, mugkin karena lelah maka dari itu ia berjalan gontai. Bersamaan dengan itu mama keluar dari ruang makan dengan ekspresi datar saat melihat kepulangan papa.

Aku mencoba menghampiri mama.

"Ma, papa..." Bisikku sambil melihat ngeri kearah papa yang duduk sambil bersandar di sofa.

" Kamu ke kamar aja ya sayang, ini biar mama yang urus"

Namun aku menggeleng cepat. Gak mungkin aku tinggalin mereka berdua. Pasti papa akan bersikap kasar lagi nanti.

"Cassy.." Perintahnya.

Dengan berat hati aku mengangguk pasrah dan pergi meninggalkan Mama.

Namun aku berhenti dibalik tembok penghubung ruang tamu dan ruang keluarga.

Mama mendekat kemudian berkata, "Mas..."

Dari sini saja aku sudah dapat mendengar dengan jelas meski Mama bicara pelan.

Papa tak bergeming. Dengan berani Mama duduk disamping Papa dengan jarak yang agak jauh.

"Mas..." Panggilnya lagi.

Pria itu menoleh dengan tatapan sulit dibaca.

"Kamu...."

"Apa?" Tanya Papa datar.

Aku tidak melihat tanda-tanda Papa akan marah. Biasanya langsung marah-marah dan meminta uang secara paksa.

Kulihat mereka masih bertatapan dalam diam. Setelah itu...

"Jika kamu pulang hanya untuk meminta uang. Aku belum punya Mas, aku mohon jangan marah... saat ini keuangan kita sedang menipis. Belum lagi bayar biaya akhir tahun Cassy"

Papa terdiam sambil menatap Mama. Aku bingung, kenapa Papa tidak marah? Tapi itu bagus sih. Tapi aneh.

"Aku tau" Itu tanggapan Papa yang sukses membuatku cengo begitu pun juga Mama.

Wildest DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang