"Lo semua marah ya sama gue?"
Semua terdiam dan saling pandang setelah aku berkata seperti itu.
"Hmm..." Evan mulai membuka suaranya. "Gak salah sih" lanjutnya lagi.
"Terus?" kali ini Lizi yang mulai bertanya.
"Yaudah kita jalan bareng aja" jawab Evan yang membuat Nathan mendelik.
"Hah? gue kan pengen jalan sama Cassy. Hanya berdua!" ucap Nathan tegas saat kata 'berdua'
"Yaudah kita jalan bareng aja, gapapa ya Nath?" ucapku akhirnya dengan nada memohon.
Nathan menghela napas, awalnya ia ragu untuk menjawab. Bebarapa detik selanjutnya ia mengangguk pasrah seraya berjalan keluar.
Aku melirik Lizi sekilas dan ia tersenyum. Aku paham arti senyumannya Lizi. Arti senyuman itu seakan berkata kalau ini adalah kesempatan untukku agar bisa dekat lagi dengan Nathan. Soal Summer? pikirkan nanti saja.
--
Akhirnya kami semua jalan kesebuah taman yang dulunya pernah aku pijaki bersama Nathan.
Meski berempat, tapi kami semua seakan berpisah dan jaga jarak. Aku selalu berdua dengan Nathan, sementara Lizi berduaan dengan Evan. Kami makan gulali, berfoto ditaman, bermain dengan anak kecil. Sampai akhirnya aku mengusulkan untuk menuju kesebuah cafe mini yang tak jauh dari taman ini. Sebelumnya aku sering melihat cafe mini itu, tapi baru sekarang aku sempat mendatanginya.
Sampai didalam, aku memilih tempat paling ujung dekat jendela berdua dengan Nathan. Lizi memilih tempat agak jauh dariku, hanya tiga meja dari mejaku dan Nathan.
Saat pesanan kami datang. Aku menyesap coffee vanila ku dan menatap kearah Nathan yang duduk dihadapanku. Entah kenapa rasanya senang bisa berhadapan dengan Nathan, seperti dejavu.
Tiba-tiba Nathan juga menatapku.
"Kenapa?" tanyanya.
Aku berkedip sekilas dan mulai menyuap cake mini coklat pesananku.
"Gak ko," jawabku saat cake coklat dimulutku habis..
"Lo sengaja ya ngajak Evan sama Lizi?" tanya Nathan to the point.
Aku berpikir sejenak, "Tapi gak maksud Nath.. gue...hmm... gue cum--"
"Yaudah lupain aja" potongnya dengan santai.
Aku hanya mengangguk mengerti dan kembali menyuap cake coklatku dan setelahnya menyesap coffee vanila ku.
"Nath?" panggilku pelan.
"Iya?"
"Gue mau nanya sama lo" ucapku serius.
Nathan menatapku tanpa ekspresi. Seakan-akan dia tau apa yang aku tanyakan sekarang.
"Lo sama Summer beneran mau tunangan?" tanyaku hati-hati. Namun pandangan mataku tak berkedip kearah Nathan saat menanyakan hal itu.
Nathan diam. Ia menunduk sekilas, lalu mengalihkan pandanganya kearah jendela cafe. Aku sabar menunggu jawaban dari Nathan. Meski aku tau akhirnya. Tapi aku juga mau dengar kebenaran itu dari mulut Nathan sendiri. Yang dijelaskan Summer memang sudah membuatku cukup. Tapi masih kurang kalau Nathan tidak ikut menjelaskan bukan?
Aku menghela napas, bersamaan dengan itu Nathan kembali menatapku dengan pandangan yang sama. Tanpa ekspresi. Kali ini aku gak takut kalau ia akan marah karena aku bertanya tentang hubungan mereka.
"Gue... sama dia... emang mau tunangan" jawabnya pelan tapi pasti.
Yap. Aku sudah tau memang.Dan kali ini? aku biasa aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dreams
Teen Fiction-SELESAI- Sama sekali aku tidak mengharapkan balasan cinta darimu. Sama sekali aku tidak inginkan kita menjalin suatu hubungan. Karena.... Sudah merasa cukup saat kamu tersenyum, tertawa, bahkan mengobrol denganku. Meski pada akhirnya, Aku memang h...