1. She is Blind

18.4K 807 13
                                    

Ara Fabian Garravito menyeka peluh yang membasahi wajahnya. Hari ini sungguh melelahkan. Setelah hampir depalan jam berburu foto, ia sama sekali tidak mendapatkan foto sesuai dengan keinginannya. Ia melihat lagi hasil bidikannya yang masih tersimpan di dalam memori kamera, mencoba mencari barangkali masih ada satu atau dua foto yang luput dari perhatiannya dan masih bisa dikatakan 'hasil karya lumayan'. Ara mendengus setelah mendapati tak ada satu foto pun yang membuatnya puas, padahal semua foto-foto itu adalah hasil bidikannya sendiri.

Ara berjalan pelan melewati taman kota. Suasana taman sore ini sedikit berbeda karena taman yang biasanya ramai itu kini menjadi lengang. Pandangan Ara kembali berkelana, ia mengamati taman ini lebih mendetail. Sudah lama sekali ia tidak kemari, padahal saat masih kecil dulu ia sering bermain disini bersama adik dan teman-temannya. Mungkin kesibukan yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk bersantai. Ia menghabiskan hampir separuh musim panasnya di negeri kincir angin, Belanda. Belanda membuatnya betah karena disana ia dapat menemukan banyak objek indah untuk difoto. Jika dipikir-pikir, mungkin ia butuh beristirahat. Memang jika membicarakan masalah foto dengannya tidak akan ada habisnya, tapi jika ia terlalu memfotsir diri pada pekerjaannya ini juga tidak baik bagi kondisi kesehatannya.

Ara bermaksud untuk memasukkan kembali kameranya ke dalam tas, gerakan tangan itu terhenti saat kedua bola matanya menangkap sosok yang sangat menarik perhatiannya. Seorang gadis yang duduk sendiri di kursi taman. Dari jarak tiga meter, Ara dapat merasakan aura kesedihan yang di bawa oleh gadis itu. Pandangan matanya kosong, ia seperti tidak berada di dunia ini. Ara memundurkan langkahnya dan mencari tempat dimana gadis itu tidak dapat melihatnya. Ia berdiri di balik pohon. Ara tidak jadi memasukkan kameranya karena ia sudah mendapatkan objek yang ia cari.

***

"Lihat ini, Reka."

Ara menyerahkan kameranya pada laki-laki yang sedang asyik membaca buku itu. Namanya Reka Filipus Garravito, adik kandung Ara yang usianya hanya selisih satu tahun. Wajahnya mirip dengan Ara, hanya Ara terlihat lebih dewasa dan lebih matang karena tahun ini usia Ara menginjak 28 tahun. Ara sangat menyayangi Reka karena hanya Reka lah yang mengerti dirinya. Di rumah, Ara sering berselisih paham dengan ayahnya. Ayahnya membenci pekerjaan Ara karena ia mengharapkan Ara menjadi seorang pengusaha ekspor impor seperti dirinya.

Harapan tinggallah harapan, rupanya Ara sama sekali tidak tertarik terjun ke dunia bisnis. Ia lebih memilih bergelut di depan lensa kamera. Karena itulah Reka yang selalu memberikan semangat pada sang kakak untuk terus berkarya meskipun Reka sendiri tidak begitu menyukai dunia fotografi, ia lebih menyukai bisnis sama dengan ayahnya. Reka yang terus memberi motivasi juga menghiburnya saat Ara ada masalah dengan ayah mereka. Reka juga yang menjadi alasan Ara untuk pulang. Jika tidak ada Reka di rumah, maka Ara tidak akan sudi untuk pulang.

"Siapa dia?" balas Reka sambil terus menekan tombol next untuk melihat foto-foto yang lainnya. Ara mengambil foto gadis itu dari berbagai sisi dan semuanya sangat bagus.

"Tidak tahu. Aku baru melihatnya di taman. Menurutmu bagaimana?" tanya Ara.

"Bagaimana apanya? Hasil fotonya atau gadis dalam foto ini?" Reka belik bertanya untuk memastikan

"Hmm... dua-duanya."

"Kalau masalah hasil foto tidak usah diragukan lagi, kamu memang hebat kak. Kalau gadis ini.... Hmm... aku hanya bisa berkata dia terlihat kasihan sekali," jawab Reka sambil memperhatikan gadis dalam foto itu lebih saksama.

"Rupanya kamu memiliki pikiran yang sama denganku. Kamu lihat, sepertinya dia sangat kesepian. Dia membutuhkan teman," Ara memberi penilaian berdasarkan apa yang sudah ia lihat.

"Lalu?"

"Aku mau menjadi temannya," nada suara Ara terdengar tegas.

"Tapi kamu tidak mengenalnya kak" Reka mengingatkan.

Autumn's AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang