12. You Can't Escape Again!

7.6K 454 5
                                    


Terik matahari Jakarta siang ini menyapa Ara dan Mikha. Setelah melewati bulan madu yang indah di Jepang, sudah saatnya mereka kembali ke tanah air. Bagi Mikha, rasanya ia masih belum cukup puas untuk menjelajahi tempat-tempat yang menarik di Jepang, namun jika Ara sudah memutuskan untuk kembali Mikha juga tidak bisa membantah. Tetapi Ara menjanjikan pada Mikha mereka pasti kembali lagi ke Jepang. Mikha yakin bahwa Ara tidak pernah main-main dengan ucapannya, apalagi jika itu menyangkut kebahagiaannya. Setibanya di Jakarta Ara berniat untuk langsung tinggal di rumah baru mereka, tetapi Mikha punya rencana lain, ia merindukan ibunya. Apalagi ibunya pasti bahagia jika melihatnya sudah bisa melihat. Ia ingin melihat wajah ibunya.

"Sayang, bagaimana kalau kita pergi ke rumah Ibu dulu? Aku sangat merindukan Ibu," bujuk Mikha saat mereka sudah berada di dalam mobil. Ara menyuruh salah satu sopir Reka untuk menjemput mereka di Bandara sementara Reka sangat sibuk sehingga tidak bisa menjemput mereka. Mikha sedikit merasa aneh karena biasanya Reka yang paling heboh merecoki kehidupan mereka. Saat beberapa hari sejak kepulangannya ke Indonesia, Reka bagai menghilang di telan bumi. Tidak ada kabar sama sekali, bahkan Ara tidak pernah membahas tentang adik semata wayangnya itu. Mikha mengangkat bahu, kenapa tiba-tiba ia memikirkan Reka?

"Tidak masalah. Tapi sepertinya aku tidak bisa menemanimu. Aku akan meninggalkanmu di rumah Ibu dan menjemputmu malam harinya. Bagaimana?" Ara menoleh ke arah Mikha sekilas sebelum pandangannya beralih lagi pada jalanan yang padat merayap.

"Mengapa? Kamu tidak ingin bertemu Ibuku?" Mikha mengernyitkan dahi.

"Bukan begitu, Sayang. Ibumu adalah Ibuku juga, kan? Tetapi aku ada sedikit urusan. Bisakah kamu menungguku?" Ara kembali memandang Mikha dan menggenggam tangan Mikha meminta persetujuan.

Mikha menghela nafas berat. Sebenarnya meskipun mereka berada di rumah Ibunya, Mikha juga masih ingin menghabiskan waktu bersama Ara. Apakah ia bisa egois sedikit saja? Toh selama ini ia tidak pernah minta hal yang aneh-aneh pada Ara. Tidak tau kenapa Mikha ingin sekali Ara berada di sisinya sejak ia hamil. Mungkin bayi di dalam kandungannya ini sangat menyayangi ayahnya hingga tidak mau ditinggal sedikit saja. Mikha mengelus perutnya dengan sayang. Ara yang menyadari itu ikut mengelus perut Mikha juga.

"Aku janji aku akan segera kembali untuk menjemput kamu ketika urusanku sudah selesai. Karena sejak kita di Jepang banyak sekali pekerjaan yang aku tinggalkan," Ara mencoba memberi Mikha pengertian.

Mikha hanya mengangguk pasrah. Ia tidak mau membatasi suaminya apalagi dalam hal pekerjaan. Rasanya egois juga kalau membiarkan Ara terus disampingnya sementara laki-laki itu pasti juga butuh kerja untuk kehidupan mereka dan anak mereka kelak. Mikha tidak tau bagaimana pekerjaan Ara di dunia fotografi secara detail. Mikha juga tidak tau apakah Ara memiliki kerja sampingan lainnya atau tidak. Ah, kenapa sekarang kelihatan sangat menyedihkan? Ia bahkan tidak tau bagaimana hidup suaminya sendiri. Selama ini Mikha masih terlarut dengan kebahagiaan mereka sehingga lupa menanyakan hal-hal kecil mengenai Ara ditambah dengan perkenalan mereka hingga pernikahan yang dibilang cukup singkat waktunya. Nanti jika mereka sudah memiliki waktu untuk bicara berdua, Mikha akan mencoba untuk mengenal lebih dekat suaminya ini.

"Aku akan menunggumu di rumah Ibu. Aku harap kamu segera kembali karena aku pasti akan merindukanmu," Mikha menyandarkan kepalanya di bahu Ara.

"Aku juga pasti akan merindukanmu, Sayang."

***

Magda tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja ia dapatkan, anaknya bisa melihat!!! Hal yang selalu ia impi-impikan itu kini menjadi kenyataan. Betapa ia melihat binar kebahagiaan di mata indah itu. Mata putri satu-satunya yang selalu dipenuhi dengan kegelapan. Dulu, saat Mikha masih kecil ia selalu mencari cara bagaimana anaknya bisa hidup normal seperti anak-anak pada umumnya. Tetapi segala keterbatasan ekonomi membuatnya tidak dapat memenuhi harapannya. Kadang ia sering menangis sendirian saat melihat sorot kesedihan di mata Mikha. Kadang hatinya terasa perih saat melihat Mikha mengigau bahwa ia ingin setitik cahaya saja dalam hidupnya.

Autumn's AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang