Sejak Mikha membuka mata di pagi hari dan mendapati bahwa dirinya berada di ruang rawat sebuah rumah sakit terkemuka di Kyoto, ia sama sekali tidak melepaskan tangan Ara yang menggenggam jemarinya dengan erat. Ia merasa amat takut saat ini. Hari ini Mikha harus menjalani menjalani operasi transplanstasi mata. Ia tidak ingin Ara meninggalkannya sedetik saja, apalagi saat ini hanya Ara satu-satunya orang yang ia kenal karena Reka telah kembali ke Jakarta sehari yang lalu. Ara selalu ada disamping Mikha untuk sekedar menghibur dan memberinya semangat.
"Ara, aku takut. Aku sangat takut. Bagaimana seandainya operasi itu gagal?" suara Mikha serak. Ia bahkan menggenggam jemari Ara lebih kuat. Tidak membiarkan Ara meninggalkannya sedetikpun. Ia memang bukan tipe perempuan yang pesimis, kehidupan yang ia jalani banyak mengajarinya untuk menjadi perempuan tangguh yang tahan banting dan kuat dalam menghadapi apapun. Tetapi untuk kali ini, ia merasa benar-benar seperti tidak memiliki harapan.
"Kamu akan baik-baik saja. Serahkan semua pada Tuhan. Aku yakin sebentar lagi tidak ada kabut kegelapan yang menyelimuti mata indahmu. Jika memang operasi itu gagal, maka aku yang akan menjadi cahaya dalam hidupmu," Ara mencium tangan Mikha yang berada dalam genggamannya. Berbeda dengan Mikha yang pesimis, Ara justru optimis bahwa operasi itu akan berhasil. Dokter Sato Okazaki adalah dokter spesialis mata terbaik yang pernah ia kenal.
"Kamu akan selalu ada disisiku jika memang aku masih tidak bisa melihat?" ulang Mikha untuk meyakinkan dirinya sendiri bahwa Ara tidak akan meninggalkannya.
"Aku sudah berjanji di hadapan Tuhan untuk tidak meninggalkanmu, Mikha. Pegang janjiku, apapun keadaanmu. Bahkan aku menikahimu sebelum kamu bisa melihat," tegas Ara. Ia mendekatkan bibirnya di bibir Mikha dan mengecup bibir itu singkat. Mikha tersenyum, ia merasa sedikit lega dengan perkataan Ara. Ucapan Ara adalah obat paling manjur untuk membuatnya lebih berani menghadapi operasi.
Tidak lama, Dokter Sato Okazaki datang ke ruang rawat untuk menjemput Mikha. Kemudian para perawat mendorong ranjang Mikha untuk dibawa ke ruang operasi. Mikha sudah menguatkan hatinya. Setidaknya jika operasi itu gagal, masih ada Ara yang tidak akan pernah meninggalkannya. Dan jika operasi itu berhasil, Mikha akan dapat melihat cahaya dalam hidupnya dan tentu melihat secara langsung orang yang sangat ia cintai. Saat mereka berada di depan ruang operasi, Mikha akhirnya mau melepaskan tangan Ara.
Ara sendiri hanya diam saat melihat ranjang Mikha hilang di balik pintu ruang operasi. Bohong besar kalau saat ini ia merasa tidak khawatir. Sesungguhnya, Ara lebih takut jika dibandingkan dengan Mikha. Bukan, ia bukan takut jika operasi Mikha gagal, tapi ia takut akan hal lainnya. Ia tetap mengkhawatirkan keadaan Mikha saat ini, tapi ada hal lain yang lebih ia khawatirkan dan sangat menguras pikirannya selama ini. Hal yang telah menjatuhkannya ke dalam lubang kesalahan yang mungkin tak akan ada ujungnya. Dan ia tidak akan pernah bisa keluar dari lubang itu untuk menebus kesalahannya.
Ara berjalan pelan ke pelataran rumah sakit. Ia menengadah dan menatap langit. Seandainya ia bisa kembali ke masa lalu, tentu ia tidak akan mengalami hal pelik hingga seperti ini. Tapi apa yang sudah ia mulai akan sulit untuk ia akhiri. Dan semua itu membawa Ara masuk lebih dalam ke permainan yang telah ia ciptakan sendiri. Tanpa sadar, setetes air mata membahasi pipinya. menyimbolkan sebuah luka hati yang saat ini sedang menganga lebar dan sialnya luka itu akan terus menganga karena ia tak akan mendapatkan obat untuk luka hatinya.
***
Sepertinya kali ini Dewi Fortuna sedang berpihak pada Naoki, ia memang memiliki seribu satu cara untuk bisa mendapatkan apa yang ia inginkan walaupun dengan cara licik sekalipun. Tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk menggunakan tangan kotor. Selagi ia masih bisa bisa menggunakan cara yang wajar tanpa melukai siapapun, ia tidak akan menggunakan cara liciknya. Naoki berjalan dengan langkah anggun dan pelan memasuki sebuah area perkantoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Amour
RomanceNO COPAS/REMAKE TANPA IJIN AUTHOR!!! BELUM REVISI EYD... ---------------------------- "Bukan keinginanku untuk terlahir buta. Namun aku sungguh beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintaiku dengan segala kekurangan fisik yang aku miliki. D...