Semoga part ini bikin baper. Kalo kurang bikin baper ato malah gak baper, maapin author...author hanya manusia biasa... siapin tisu ya..
Happy reading ^^
--------------
Ini dimana? Sudah berapa lama ia tidur? Rasanya lama sekali. Matanya bahkan begitu berat untuk sekedar terbuka. Kenapa hanya gelap yang bisa ia pandang? Ia mencoba menggerakkan tubuhnya, rasanya juga sulit sekali. Seperti ada batu berpuluh ton yang menimpa tubuhnya. Bahkan untuk sekedar menggerakkan jari, ia tidak mampu. Ia hanya bisa mencium aroma obat khas rumah sakit. Ia hanya bisa mendengar suara tetesan air infus. Di rumah sakit kah ia? Untuk apa? Ia tidak sakit dan ia tidak pernah ingin sakit.
Samar-samar ia mendengar suara langkah kaki dari beberapa orang yang masuk ke ruangannya. Aaaarrgghh!!! Gelap ini sungguh menyiksa. Kenapa untuk membuka mata saja rasanya sangat sulit? Ia ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa ia berada di tempat yang paling ia benci.
"Apakah ia akan baik-baik saja, Dok?" suara itu, ia mengenali suara itu.
Suara yang beberapa hari ini mungkin selalu merecoki hidupnya. Siapa lagi kalau bukan Oscar yang selalu mengikutinya kemanapun ia pergi dan melarangnya melakukan hal-hal untuk membuatnya lupa kepada istrinya yang menghilang entah kemana. Ah, masih pantas ah ia berharap bahwa Mikha tetaplah istrinya. Masih adakah harapan untuk menemukan istrinya itu? Dalam keadaan tak berdaya seperti ini pun ia masih bisa merasakan hatinya perih. Benar-benar perih.
"Untuk saat ini kondisinya stabil. Tapi masih tetap harus menunggu hasil dari lab untuk memastikan semuanya."
Shit!! Reka memaki dalam hati. Apa ini? Mengapa untuk bangun rasanya sulit? Pertanyaan yang sama sejak tadi dan tidak akan mendapatkan jawaban sebelum ia membuka matanya. Ia merasakan dokter itu memegang perut dan memeriksa dengan stetoskop. Kemudian ia merasakan sebuah jarum menusuk pergelangan tangannya.
Sialan!! Ada apa dengan diriku ini?!
Dengan segala tenaga yang ia miliki, ia mencoba untuk membuka matanya yang masih terasa berat. Pelan... pelan.. ia mengerjab-ngerjabkan matanya. Cahaya mulai masuk dengan perlahan. Walau semuanya masih tampak sangat kabur. Namun akhirnya ia bisa membuka matanya perlahan-lahan.
"Reka, kamu sudah sadar?" Oscar meremas bahu Reka pelan.
"Tuan Reka, anda bisa mendengar saya?" kini giliran dokter itu yang bicara.
Reka mulai bisa beradaptasi dengan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Pandangan kabur pun lama-lama menjadi jelas. Ia bisa melihat Oscar, seorang laki-laki paruh baya dengan mengenakan seragam dokter, dan juga seorang perawat wanita. Mereka kini memandang Reka dengan pandangan menyiratkan pertanyaan.
Reka hanya mengangguk lemah. "Aku... kenapa?" Akhirnya ia bisa mengemukakan pertanyaan yang sedari tadi berputar-putar di otaknya. Reka bisa mendengar suara helaan nafas dari Oscar. Tiba-tiba ia dilanda firasat yang tidak enak.
"Tuan, anda mengalami gangguan hati karena terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Kami masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut dan menunggu hasil laboratorium. Kami berharap gangguan itu tidak kronis dan kami masih bisa memberikan resep obat serta rawat jalan pada anda," Dokter itu menjelaskan.
Taaarr!!
Tidak tau lagi bagaimana sakitnya mendengar kabar itu. Mungkin Reka sudah terlalu mati rasa untuk mendengarkan setiap berita buruk yang dapat menggerogoti hatinya. Bahkan saat ini, hatinya benar-benar rusak dalam konotasi yang sebenar-benarnya. Setelah mengatakan itu, Dokter dan perawat tadi mengecek suhu badan Reka, setelah menuliskan hasil pemeriksaan, mereka segera keluar dari dalam ruang rawat Reka. Meninggalkan Reka berdua dengan Oscar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Autumn's Amour
RomanceNO COPAS/REMAKE TANPA IJIN AUTHOR!!! BELUM REVISI EYD... ---------------------------- "Bukan keinginanku untuk terlahir buta. Namun aku sungguh beruntung karena memiliki suami yang begitu mencintaiku dengan segala kekurangan fisik yang aku miliki. D...